Thursday, 5 November 2015

Manusia-manusia Bercadar Hijau


Oleh : Lita Oktaviani
Lagi.masih sama dengan kondisi pada hari-hari sebelumnya.mereka- manusia-manusia dengan cadar hijau ,tetap dengan kesibukan masing-masing,berseliweran di bawahku .Seperti pagi ini,aku baru saja menyapa sang mentari,belum ada yang berubah, benda berwarna hijau itu masih menghiasi wajah mereka.

“mataharinya nggak kelihatan”
“kalau begini terus, kita bisa mati”
“sudah ada yang meninggal karena bencana ini”
“nafas jadi sesak”
“kapan bencana ini berakhir”
Bencana? Bencana apa? Apa maksud dari orang-orang bercadar hijau dengan bencana? Mengapa mereka memakai benda hijau itu? belum terjawab pertanyaanku, angin datang membawa kabar.
“ jumlah manusia bercadar hijau semakin banyak”
“benarkah?”
Angin mengangguk pasti.
“kamu tahu apa penyebabnya?”
Angin menggeleng. Aku terdiam,kembali.
“ ada apa ini? Mengapa mereka menutupi sebagian wajah mereka? Apa ada bau yang tidak enak yang menyebar? Tapi aku tidak mencium apa-apa. Tanda Tanya besar masih bergelantungan dipikiranku.
Pagi dengan suasana yang sama,benda hijau itu terpasang di setiap wajah manusia yang ku temui. “Sepertinya mereka sangat menyukai benda itu” pikirku. Kemana ku menghadapkan wajahku,yang terlihat selalu dan selalu benda hijau itu. apa sih bagusnya benda itu? mengapa mereka rela membuat nafas mereka sesak? Mengapa mereka tidak lepaskan saja benda itu? apa sih enaknya memakai benda itu? aku bermain-main dengan persepsiku sendiri.
Hari telah menjelang siang,seharusnya cahaya matahari bersinar terik,tapi kali ini beda. Langit masih terlihat sedikit gelap,tapi sepertinya kondisi langit tidak berdampak pada aktivitas manusia-manusia bercadar hijau. Mereka tetap bekerja walau dengan benda hijau yang masih setia bertengger diwajah dan aku….masih belum menyadari penyebabnya.
Sudah seminggu lebih aku memperhatikan manusia-manusia itu dan sekarang aku bosan. Aku ingin jalan-jalan,melihat hal-hal baru di daerah lain. Ku panggil angin,memintanya mengantarkanku. Daerah yang ku singgahi ternyata tak jauh beda dengan daerah sebelumnya. Ada gedung yang tinggi, kendaraan yang hilir mudik dan….apa itu? dihadapanku terbentang lahan dengan pepohonan berwarna hitam legam. Setahuku,pohon berwarna hijau,tapi ini……? Ku telusuri terus lahan ini. “mungkin di ujung sana ada warna yang berbeda”  pikirku.namun malang bagi indera penglihatanku,ia tidak menerima pantulan warna yang berbeda,kecuali satu,hitam.
“Jangan…jangan…” ku minta angin mempercepat gerakannya menuju pusat kota.
benar dugaanku,benda hijau itu lagi.
“angin,kita ke utara”
Aku terus memperhatikan setiap objek dibawahku. Di kejauhan,aku melihat titik hitam yang bergerak.
“angin,kita kesana” ku arahkan jari tunjukku.
Sekelompok manusia memanggul,yang dalam bahasa manusia disebut keranda. Hatiku miris,terngiang ucapan manusia-manusia bercadar hijau tempo hari. Ku lanjutkan perjalananku menuju bangunan yang biasa merawat orang-orang sakit. Terlihat anak-anak kecil dengan benda yang terbuat dari besi yang berisi oksigen didalamnya terpasang di hidung mereka.
“Tuhan…apakah aku penyebab semua ini?”
Bayangan keranda, anak-anak dengan tabung oksigen,manusia-manusia dengan masker melintas di hadapanku layaknya slide. Aku menangis,air mataku bersatu dengan hujan yang turun. Terdengar ucapan syukur dari manusia-manusia bercadar hijau.
“ Tuhan…aku hanyalah hasil dari perbuatan manusia yang serakah. Merekalah penyebab kehadiranku,tapi kenapa aku yang disalahkan? bukan aku penyebab kematian itu,bukan aku penyebab nafas-nafas menjadi sesak tapi mereka,manusia yang hanya memikirkan keuntungan pribadi semata.
Airmataku kian deras,bersamaan dengan semakin menebalnya aku dan benda penutup sebagian wajah manusia yang berwarna hijau semakin banyak.


image source



Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

1 comment: