Penulis: Fadil Ahmadhia Warman
Wartawan sekolah majalah nasional (Majalah HAI)
Alumni MA Perguruan Islam Ar Risalah
Indonesia adalah negara yang
terkenal dengan negara berbagai macam bahasa dan suku bangsa. Hampir dipastikan
tak ada negara yang dapat menyaingi keberagaman NKRI ini. Hal yang lebih
mengagumkan adalah keberhasilan bangsa Indonesia untuk menyatukan ratusan
bahasa tadi dengan bahasa yang satu yaitu bahasa Indonesia. Lalu, apakah kita
memperhatikan bagaiman nasib bahasa Indonesia pada dewasa ini?
Setiap kali menyambut hari Sumpah
Pemuda 28 Oktober, kita diingatkan dengan semboyan “Satu Nusa, Satu Bangsa,
Satu Bahasa”. Namun, semakin bertambahnya umur bangsa Indonesia dan dengan
bergulirnya pergantian generasi ke generasi, semakin luntur kebanggaan tentang
Indonesia. Kita tetap menekankan semboyan “Satu Nusa dan Satu Bangsa Indonesia”
karena kita tetap tinggal di bumi Indonesia.
Sebenarnya kita belumlah bebas dari
penjajahan. Masih banyak aspek kehidupan kita yang dijajah, bahkan kebanggaan terhadap
bangsa sendiripun masih terjajah. Misalnya saja pada penggunaan bahasa
Indonesia. Hampir semua media menggunakan campuran bahasa asing, seperti dalam
tulisan men-download, me-share, me-upload, dan sebagainya.
Bahkan di sekolah-sekolah lebih
banyak ditemukan penggunaan bahasa asing, dari tulisan di sudut-sudut sekolah,
lapangan, taman, sampai semboyan sekolahpun berbahasa asing. Mulai dari PAUD
hingga perguruan tinggi kalau tidak menggunakan bahasa asing, gengsinya tinggi,
dianggap sekolah yang buruk, dan lain sebagainya. Cukup banyak sekolah yang
menggunakan bahasa asing untuk menambah peminat.
Belum lagi dengan Ujian Nasional
(UN), nilai bahasa Inggris lebih penting daripada bahasa Indonesia sendiri.
Tidak pelak pula, kita menemukan di berbagai tempat umum dipasang kata-kata
berbahasa Inggris. Jika tak ada bahasa Inggris, tak keren. Mall dan pusat
perbelanjaan lebih banyak menggunakan bahasa Inggris sebagai penunjuk jalan; exit, this way, in your line, man, woman.
Lucunya lagi, aparat pemerintah yang seharusnya mendukung bahasa Indonesia
lebih menonjolkan bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat pada kepolisian dengan
tulisan Inggris police, highway patrol,
turn back crime. Pelaku bisnis juga lebih senang dalam penggunaan bahasa
asing yang ujung-ujungnya mendongkrak penjualan mereka ice tea, fried race, softdrink, sale, discount up to 70 %, dan
sebagainya. Nama apartemen dan perumahan juga lebih keren jika menggunakan nama
dan daerah di Amerika Serikat dan Eropa agar harga lebih tinggi.
Bukannya bahasa Inggris tidak
penting dalam kehidupn sehari-hari. Namun, jangan sampai membuat kesadaran akan
bangsa sendiri luntur begitu saja. Dewasa ini, orang lebih bangga jika disebut
negara laun ketimbang negara Indonesia sendiri.
Bahasa asing memang penting. Hal ini
diperlukan untuk kerja sama ataupun pembelajaran. Kita semua tahu, bahasa
Inggris adalah bahasa Internasional. Bahasa yang menyatukan seluruh dunia.
Tapi, apa salahnya jika di negara Indonesia ini tetap dipampang berbagai macam
tulisan dalam bahasa Indonesia. Jangan sampai aparat pemerintah ikut-ikutan
yang akan berdampak pada masyarakat.
Pemerintah adalah panutan yang akan
menjadi contoh bagi penduduk di Indonesia ini. Peran pemerintah sangat
diperlukan agar bahasa Indonesia kembali hidup di dalam masyarakat. Pemerintah
dapat membuat berbagai program yang akan menunjang hal ini.
Hal yang sama juga pada masyarakat
Indonesia. Berbanggalah dengan bahasa Indonesia, karena bahasa nasional di
negara ini telah menjadi salah satu bahasa ASEAN. Betapa banyak kita temukan
pedagan yang berada di negara-negara ASEAN mahir dalam bahasa Indonesia. Jarang
sekali kita menemukan pedagang Indonesia yang cakap dalam bahasa Vietnam,
Thailand, atau negara ASEAN lainnya.
Marilah kita pupuk semangat
berbahasa Indonesia, agar generasi berikutnya tak lupa dengan bangsa sendiri.
No comments:
Post a Comment