Thursday 19 July 2018

Lunturnya Kebanggan Berbahasa Indonesia


Penulis: Fadil Ahmadhia Warman

Wartawan sekolah majalah nasional (Majalah HAI)
Alumni MA Perguruan Islam Ar Risalah

Indonesia adalah negara yang terkenal dengan negara berbagai macam bahasa dan suku bangsa. Hampir dipastikan tak ada negara yang dapat menyaingi keberagaman NKRI ini. Hal yang lebih mengagumkan adalah keberhasilan bangsa Indonesia untuk menyatukan ratusan bahasa tadi dengan bahasa yang satu yaitu bahasa Indonesia. Lalu, apakah kita memperhatikan bagaiman nasib bahasa Indonesia pada dewasa ini?

Setiap kali menyambut hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, kita diingatkan dengan semboyan “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa”. Namun, semakin bertambahnya umur bangsa Indonesia dan dengan bergulirnya pergantian generasi ke generasi, semakin luntur kebanggaan tentang Indonesia. Kita tetap menekankan semboyan “Satu Nusa dan Satu Bangsa Indonesia” karena kita tetap tinggal di bumi Indonesia.

Sebenarnya kita belumlah bebas dari penjajahan. Masih banyak aspek kehidupan kita yang dijajah, bahkan kebanggaan terhadap bangsa sendiripun masih terjajah. Misalnya saja pada penggunaan bahasa Indonesia. Hampir semua media menggunakan campuran bahasa asing, seperti dalam tulisan men-download, me-share, me-upload, dan sebagainya.

Bahkan di sekolah-sekolah lebih banyak ditemukan penggunaan bahasa asing, dari tulisan di sudut-sudut sekolah, lapangan, taman, sampai semboyan sekolahpun berbahasa asing. Mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi kalau tidak menggunakan bahasa asing, gengsinya tinggi, dianggap sekolah yang buruk, dan lain sebagainya. Cukup banyak sekolah yang menggunakan bahasa asing untuk menambah peminat.

Belum lagi dengan Ujian Nasional (UN), nilai bahasa Inggris lebih penting daripada bahasa Indonesia sendiri. Tidak pelak pula, kita menemukan di berbagai tempat umum dipasang kata-kata berbahasa Inggris. Jika tak ada bahasa Inggris, tak keren. Mall dan pusat perbelanjaan lebih banyak menggunakan bahasa Inggris sebagai penunjuk jalan; exit, this way, in your line, man, woman. Lucunya lagi, aparat pemerintah yang seharusnya mendukung bahasa Indonesia lebih menonjolkan bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat pada kepolisian dengan tulisan Inggris police, highway patrol, turn back crime. Pelaku bisnis juga lebih senang dalam penggunaan bahasa asing yang ujung-ujungnya mendongkrak penjualan mereka ice tea, fried race, softdrink, sale, discount up to 70 %, dan sebagainya. Nama apartemen dan perumahan juga lebih keren jika menggunakan nama dan daerah di Amerika Serikat dan Eropa agar harga lebih tinggi.

Bukannya bahasa Inggris tidak penting dalam kehidupn sehari-hari. Namun, jangan sampai membuat kesadaran akan bangsa sendiri luntur begitu saja. Dewasa ini, orang lebih bangga jika disebut negara laun ketimbang negara Indonesia sendiri.

Bahasa asing memang penting. Hal ini diperlukan untuk kerja sama ataupun pembelajaran. Kita semua tahu, bahasa Inggris adalah bahasa Internasional. Bahasa yang menyatukan seluruh dunia. Tapi, apa salahnya jika di negara Indonesia ini tetap dipampang berbagai macam tulisan dalam bahasa Indonesia. Jangan sampai aparat pemerintah ikut-ikutan yang akan berdampak pada masyarakat.

Pemerintah adalah panutan yang akan menjadi contoh bagi penduduk di Indonesia ini. Peran pemerintah sangat diperlukan agar bahasa Indonesia kembali hidup di dalam masyarakat. Pemerintah dapat membuat berbagai program yang akan menunjang hal ini.

Hal yang sama juga pada masyarakat Indonesia. Berbanggalah dengan bahasa Indonesia, karena bahasa nasional di negara ini telah menjadi salah satu bahasa ASEAN. Betapa banyak kita temukan pedagan yang berada di negara-negara ASEAN mahir dalam bahasa Indonesia. Jarang sekali kita menemukan pedagang Indonesia yang cakap dalam bahasa Vietnam, Thailand, atau negara ASEAN lainnya.

Marilah kita pupuk semangat berbahasa Indonesia, agar generasi berikutnya tak lupa dengan bangsa sendiri.



No comments:

Post a Comment