Oleh: Paramudika H,
A.Md
“Khairunnas
anfa’uhum linnas” “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yg paling banyak
manfaat bagi orang lain.” Rasulullah SAW.
Kebutuhan kita sebagai
makhluk sosial telah menempatkan kita pada beragam kondisi. Entah itu di suka,
di benci, di musuhi, di sahabati, di gurui, atau sebaliknya membenci, memusuhi,
mensahabati, menggurui dan sebagainya. Sewaktu-waktu kita bisa pada posisi
salah satunya atau salah duanya.
Wajar, karna jaminan tentang berbolak-baliknya
hati seorang anak cucu Adam hanya hak prerogatif Allah semata. Namun, disebalik renteten peristiwa yang kita alami dan perbuat di
keseharian, mesti nya kita sudah menggenggam jawaban diri, termasuk ke bagian
yang manakah kita ini.
Manusia wajib, dia yang
kehadirannya selalu di rindukan. Setiap apa yang diperbuatnya, orang lain
merasakan kebahagiaan karenanya. Bisa jadi karena ilmunya, hartanya,
prilakunya, akhlaknya atau korelasi kesemuanya sehingga menjadikan orang lain
mendapatkan kebermanfaatan karenanya. Lalu ketiadaannya menjadikan orang-orang
disekitarnya merasakan kehilangan. Sebab mereka yang telah tercuri hatinya
merasakan ada rongga yang kosong tatkala ketiadaan manusia wajib ini. Ini dia
manusia wajib, jika kita mentadabburi Al-Qur'an, kita akan mendapatkan
sebuah ayat yang menjadi permisalan bagi eksistensi sesuatu yang ditentukan
oleh kemanfaatannya bagi manusia. Allah SWT berfirman "..Adapun buih itu,
akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat
kepada manusia, maka ia tetap di bumi..." [QS. Ar-Ra'd : 17]
Manusia Sunah, orang tipe ini juga di cintai karena kehadirannya
membawa manfaat bagi sekitarnya namun kealfaannya tiada menyebabkan orang lain
merasa kehilangan. Orang lain senang jika dia hadir suatu ketika namun
kepergiaannya tak menyebabkan kekosongan di hati mereka yang telah
dibersamainya.
Manusia Mubah. Ada tidak ada, dia tidak membawa pengaruh
apa-apa. Kehadirannya seolah-olah seperti angin lalu saja, tidak membawa manfaat namun juga tidak
menghadirkan mudharat. Biasa saja.
Manusia makruh. Jikalau bisa, orang lain tidak mengharapkan
keberadaaannya. Karena tak ada manfaat darinya namun kadangkala kehadirannya
membuat orang lain merasa bosan, tak nyaman dan sebagainya. Inilah tipe manusia
yang kalau seandainya orang lain bisa memilih keberadaaannya tentu tidak di
harapkan.
Manusia haram. Inilah kebalikan dari manusia
wajib.Ketiadaannya akan sangat di syukuri. Karena orang lain akan merasa aman
tanpanya. Jika dia ada, kehadirannya hanya sebagai benalu. Membawa musibah dan
petaka bagi siapa saja yang berinteraksi dengannya. Maka sangat wajar jika pada
akhirnya orang-orang terus menghindar darinya.
kemudian kita masuk ke golongan yang mana?
Mari mulai instropeksi diri, keberadaan kita sebagai
makhluk sosial membuat interaksi dengan sesama akan berlangsung untuk
seterusnya maka penilaian itu kadangkala kita butuhkan dari mereka yang
dengannya kita berinteraksi. Menjadi manusia wajib atau manusia haram
(na’udzhubillah) sekalipun, itu pilihan. Bagaimana kita dengan orang lain,
seperti apa sikap dan lisan ini. Segalanya tergambar sudah. Dan penilaian itu
bukan tentang seberapa bagus kita, tapi seberapa bermanfaatnya kita. Walllahu alam.Image Source
Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment