Wednesday 25 July 2018

Tipe Manusia Apakah Kita?




Oleh: Paramudika H, A.Md

“Khairunnas anfa’uhum linnas” “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yg paling banyak manfaat bagi orang lain.” Rasulullah SAW.

Kebutuhan kita sebagai makhluk sosial telah menempatkan kita pada beragam kondisi. Entah itu di suka, di benci, di musuhi, di sahabati, di gurui, atau sebaliknya membenci, memusuhi, mensahabati, menggurui dan sebagainya. Sewaktu-waktu kita bisa pada posisi salah satunya atau salah duanya.
Wajar, karna jaminan tentang berbolak-baliknya hati seorang anak cucu Adam hanya hak prerogatif Allah semata. Namun,  disebalik renteten  peristiwa yang kita alami dan perbuat di keseharian, mesti nya kita sudah menggenggam jawaban diri, termasuk ke bagian yang manakah kita ini.

Manusia wajib, dia yang kehadirannya selalu di rindukan. Setiap apa yang diperbuatnya, orang lain merasakan kebahagiaan karenanya. Bisa jadi karena ilmunya, hartanya, prilakunya, akhlaknya atau korelasi kesemuanya sehingga menjadikan orang lain mendapatkan kebermanfaatan karenanya. Lalu ketiadaannya menjadikan orang-orang disekitarnya merasakan kehilangan. Sebab mereka yang telah tercuri hatinya merasakan ada rongga yang kosong tatkala ketiadaan manusia wajib ini. Ini dia manusia wajib, jika kita mentadabburi Al-Qur'an, kita akan mendapatkan sebuah ayat yang menjadi permisalan bagi eksistensi sesuatu yang ditentukan oleh kemanfaatannya bagi manusia. Allah SWT berfirman "..Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi..." [QS. Ar-Ra'd : 17]

Manusia Sunah, orang tipe ini juga di cintai karena kehadirannya membawa manfaat bagi sekitarnya namun kealfaannya tiada menyebabkan orang lain merasa kehilangan. Orang lain senang jika dia hadir suatu ketika namun kepergiaannya tak menyebabkan kekosongan di hati mereka yang telah dibersamainya.

Manusia Mubah. Ada tidak ada, dia tidak membawa pengaruh apa-apa. Kehadirannya seolah-olah seperti angin lalu saja,  tidak membawa manfaat namun juga tidak menghadirkan mudharat. Biasa saja.

Manusia makruh. Jikalau bisa, orang lain tidak mengharapkan keberadaaannya. Karena tak ada manfaat darinya namun kadangkala kehadirannya membuat orang lain merasa bosan, tak nyaman dan sebagainya. Inilah tipe manusia yang kalau seandainya orang lain bisa memilih keberadaaannya tentu tidak di harapkan.

Manusia haram. Inilah kebalikan dari manusia wajib.Ketiadaannya akan sangat di syukuri. Karena orang lain akan merasa aman tanpanya. Jika dia ada, kehadirannya hanya sebagai benalu. Membawa musibah dan petaka bagi siapa saja yang berinteraksi dengannya. Maka sangat wajar jika pada akhirnya orang-orang terus menghindar darinya.

kemudian kita masuk ke golongan yang mana?
Mari mulai instropeksi diri, keberadaan kita sebagai makhluk sosial membuat interaksi dengan sesama akan berlangsung untuk seterusnya maka penilaian itu kadangkala kita butuhkan dari mereka yang dengannya kita berinteraksi. Menjadi manusia wajib atau manusia haram (na’udzhubillah) sekalipun, itu pilihan. Bagaimana kita dengan orang lain, seperti apa sikap dan lisan ini. Segalanya tergambar sudah. Dan penilaian itu bukan tentang seberapa bagus kita, tapi seberapa bermanfaatnya kita. Walllahu alam.

Image Source

Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment