Oktarizal Fiardi
Surga. Sebuah nama yang
sangat akrab di telinga kita. Sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari.
Sering juga kita jumpai ketika membaca kalam Ilahi. Ketika mendengarnya, setiap
kita pasti merindukannya.
Tidak sekedar rindu. Lebih dari itu, kita ingin masuk
ke dalamnya dan tinggal di sana untuk selama-lamanya. Sepanjang usia kita. Di
sanalah segala kenikmatan, kesenangan, keindahan, ketentraman, dan ketenangan
bermuara. Keindahannya tidak bisa dikhayalkan. Kenikmatannya yang abadi tidak
sebanding dengan kenikmatan dunia yang hanya bersifat semu dan sementara. Dalam
sebuah hadits qudsi Rasulullah Saw. mengatakan, Allah Swt. berfirman,“Aku telah sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang
soleh sesuatu yang keindahannya belum pernah terlihat oleh mata, kenikmatannya belum
pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di dalam hati.” (HR. Bukhari)
Wajar dan lumrah ketika
kita merindukan surga, karena ia begitu menakjubkan dan menabur berjuta pesona.
Ketika surga yang merindukan dan ingin menyapa kita itu baru luar biasa.
Mungkinkah? Mungkin saja dan itu tidak mustahil! Sebagai bukti, mari kita
perhatikan informasi yang disampaikan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu
bernama al-Rayyan, dari pintu ini akan masuk orang-orang yang berpuasa, tidak
ada siapapun selain mereka yang memasuki pintu ini, dikatakan (diserukan):”mana
orang-orang yang berpuasa?” Lalu mereka semua berdiri, tidak ada seorang pun
selain mereka yang memasuki pintu itu. Jika orang-orang yang berpuasa telah
masuk, maka pintu itu ditutup, sehingga tidak ada seorang pun selain mereka
yang memasukinya.” (HR. Muslim)
Sebagaimana kita
merindukan sapaannya, sorga pun rindu untuk menyapa kita. Ia merindukan orang-orang
yang berpuasa. Ia akan hadir dan menyapa orang-orang yang berpuasa. Mereka yang
ketika puasa tidak sekedar menahan haus dan lapar. Ketika berpuasa, hati mereka
juga berpuasa dari sifat iri, dengki, ujub dan penyakit-penyakit lainnya yang
mungkin saja bersarang dalam hati. Demikian juga anggota tubuh lainnya, tangan,
kaki, lidah , mata, telinga pun ikut berpuasa dari hal-hal yang tidak
bermanfaat. Pikiran pun ikut berpuasa. Tidak ada pikiran-pikiran negatif yang
singgah di alam pikirannya. Semuanya disingkirkan untuk menjaga kesempurnaan
puasa. “Sesungguhnya puasa itu bukan hanya menahan dari makan dan minum
saja, puasa yang sebenarnya adalah menahan dari laghwu (ucapan sia-sia) dan
rafats (ucapan kotor), maka bila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan
kebodohan kepadamu katakanlah: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” (HR. Al
Hakim)
Tidak sebatas
memuasakan dan menahan anggota tubuhnya. Mereka pun selalu menghiasi hari-hari
puasanya dengan bermacam ibadah yang menjadikan mereka semakin dekat
dengan-Nya. Tilawah, zikir, tasbih, tahmid,
tahlil, istighfar dan sholat menjadi menu harian mereka ketika berpuasa.
Merekalah orang-orang yang ingin mendapatkan sapaan Al-Rayyan pada hari kiamat
kelak. Merekalah yang disebutkan Rasullah Saw. dalam sabdanya, “Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan
dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lampau.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Sebentar lagi Ramadan
akan menyapa dan hadir di tengah-tengah kita. Bulan penuh maghfirah ini menjadi ajang pembuktian bagi kita, bahwa kita pantas
disapa dan dirindukan surga. Jangan sampai pertemuan kita dengan sayyid al-syuhur ini tanpa membawa hasil. Jangan sampai kita hanya mendapatkan haus dan
lapar dari puasa kita. Jangan sampai kita berjumpa dengan Ramadan, namun kita
termasuk golongan yang celaka. ”Celakalah
orang yang diberi kesempatan berjumpa dengan Ramadan, namun ia tidak
mendapatkan ampunan.” (HR.
Tirmidzi)
No comments:
Post a Comment