Sunday, 5 June 2016

Sapaan Surga




Oktarizal Fiardi

Surga. Sebuah nama yang sangat akrab di telinga kita. Sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Sering juga kita jumpai ketika membaca kalam Ilahi. Ketika mendengarnya, setiap kita pasti merindukannya.
Tidak sekedar rindu. Lebih dari itu, kita ingin masuk ke dalamnya dan tinggal di sana untuk selama-lamanya. Sepanjang usia kita. Di sanalah segala kenikmatan, kesenangan, keindahan, ketentraman, dan ketenangan bermuara. Keindahannya tidak bisa dikhayalkan. Kenikmatannya yang abadi tidak sebanding dengan kenikmatan dunia yang hanya bersifat semu dan sementara. Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah Saw. mengatakan, Allah Swt. berfirman,“Aku telah sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang soleh sesuatu yang keindahannya belum pernah terlihat oleh mata, kenikmatannya belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di dalam hati.” (HR. Bukhari)

Wajar dan lumrah ketika kita merindukan surga, karena ia begitu menakjubkan dan menabur berjuta pesona. Ketika surga yang merindukan dan ingin menyapa kita itu baru luar biasa. Mungkinkah? Mungkin saja dan itu tidak mustahil! Sebagai bukti, mari kita perhatikan informasi yang disampaikan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu bernama al-Rayyan, dari pintu ini akan masuk orang-orang yang berpuasa, tidak ada siapapun selain mereka yang memasuki pintu ini, dikatakan (diserukan):”mana orang-orang yang berpuasa?” Lalu mereka semua berdiri, tidak ada seorang pun selain mereka yang memasuki pintu itu. Jika orang-orang yang berpuasa telah masuk, maka pintu itu ditutup, sehingga tidak ada seorang pun selain mereka yang memasukinya.” (HR. Muslim)

Sebagaimana kita merindukan sapaannya, sorga pun rindu untuk menyapa kita. Ia merindukan orang-orang yang berpuasa. Ia akan hadir dan menyapa orang-orang yang berpuasa. Mereka yang ketika puasa tidak sekedar menahan haus dan lapar. Ketika berpuasa, hati mereka juga berpuasa dari sifat iri, dengki, ujub dan penyakit-penyakit lainnya yang mungkin saja bersarang dalam hati. Demikian juga anggota tubuh lainnya, tangan, kaki, lidah , mata, telinga pun ikut berpuasa dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Pikiran pun ikut berpuasa. Tidak ada pikiran-pikiran negatif yang singgah di alam pikirannya. Semuanya disingkirkan untuk menjaga kesempurnaan puasa. “Sesungguhnya puasa itu bukan hanya menahan dari makan dan minum saja, puasa yang sebenarnya adalah menahan dari laghwu (ucapan sia-sia) dan rafats (ucapan kotor), maka bila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan kebodohan kepadamu katakanlah: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” (HR. Al Hakim)

Tidak sebatas memuasakan dan menahan anggota tubuhnya. Mereka pun selalu menghiasi hari-hari puasanya dengan bermacam ibadah yang menjadikan mereka semakin dekat dengan-Nya. Tilawah, zikir, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan sholat menjadi menu harian mereka ketika berpuasa. Merekalah orang-orang yang ingin mendapatkan sapaan Al-Rayyan pada hari kiamat kelak. Merekalah yang disebutkan Rasullah Saw. dalam sabdanya, “Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebentar lagi Ramadan akan menyapa dan hadir di tengah-tengah kita. Bulan penuh maghfirah ini menjadi ajang pembuktian bagi kita, bahwa kita pantas disapa dan dirindukan surga. Jangan sampai pertemuan kita dengan sayyid al-syuhur ini tanpa membawa hasil. Jangan sampai kita hanya mendapatkan haus dan lapar dari puasa kita. Jangan sampai kita berjumpa dengan Ramadan, namun kita termasuk golongan yang celaka. ”Celakalah orang yang diberi kesempatan berjumpa dengan Ramadan, namun ia tidak mendapatkan ampunan.” (HR. Tirmidzi)    
  
                                                                                             



Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment