Wednesday, 27 January 2016

LIFE





by. Nurul khoiriyyah

Ketika untuk pertama kali kamu mengerti arti kehilangan, apa yang ingin kamu lakukan? Menangis meratapi hari, atau memutuskan untuk membuka lembar baru tanpa ‘dia’ , seseorang yang pergi dan membuat mu begitu merasa kehilangan.
Jika kamu memilih untuk bergelimang dalam kesedihan, kamu akan terpuruk begitu dalam. Membiarkan tangis mengungkung keseharian mu. Sedangkan kamu tau, hidupmu akan tetap berjalan tanpa ‘dia’. Tapi jika kamu memutuskan membuka lembar baru tanpa ‘dia’ ada bagian hati mu yang memberontak . tak ingin berpura pura tabah dalam rasa kehilangan.

Jadi pilihan apa yang akan kamu pilih.? Dengan raga yang di lingkupi hati yang merasakan segalanya, apa kamu hanya diam menjadi penonton yang hanya akan menangis ketika kisahnya mencapai klimaks. 

Atau ikut tertawa ketika mendapat akhir yang bahagia. Itu takkan membuatmu mengerti makna kehilangan yang sesungguhnya. Jadi jangan pernah lari dari siklus hidup yang meneriakkan makna hidup dan kematian.

Dan disini aku. Ketika aku mulai mengerti makna hidup, ‘dia’ juga mengajari ku arti dari sebuah kehilangan. Aku menyayanginya, sungguh. Bukan seperti seorang remaja yang sedang di buai cinta monyet. Tapi cinta yang mengajariku ‘tak semua yang kamu inginkan akan kamu dapatkan’. Ini bukan surga,bukan. Yang hanya dengan memikirkannya kamu akan mendapatkannya.

@@@

“Siapa kamu?” aku membentak orang itu. sedari tadi dia memperhatikanku intens. Aku tak mengenalnya. Orang aneh yang datang keatap rumah sakit tempat ku merenung. Gerakan nya pun aneh. Tanga nya menggapai angin yang tak terlihat.

Aku?” dia menunjuk dirinya,aneh.

Hari ini kelasku mengunjungi Mel yang dkabarkan dirawat karena terserang malaria. Daya tahan tubuhnya diserang plasmodium, yang  termasuk jenis sporozoa  Penyebab penyakit malaria. Aliran darahnya terkontaminasi terdapat plasmodium   yang kini sudah berkembang biak di organ hati Mel. Kemungkinan dia mendapat gigitan nyamuk anopheles disekolah.

Tapi aku tak mau ambil andil dalam hal ini. Aku bukan temannya. Dan semua akan baik baik saja walau pun aku tk mengambil alih diam di ruangannya sepanjang hari. Mel anak yang cerdas dan berbakat. Beda dengan ku, semua orang tau Mel. Jadi aku tak harus ambil pusing. Jadi, disinilah aku sekarang. Di atap teratas sebuah rumah sakit swasta terbesar di kotaku.

Niat awal ku hanya untuk menghabiskan waktu ditempat yang tenang. Lebih memilih menyendiri dari pada harus berdesakan di ruangan Mel. Baru sebentar disini, seorang perempuan kecil , sepertinya dua tahun lebih kecil dariku,datang. Diawal dia tak mengganggu. Tapi setelah dua menit dia beranjak kesampingku. Memandangiku dengan gelagat anehnya. Jari jari nya terlihat tak terkontrol. Dan aku risi dengannya.

“Bethy..!” seorang laki laki berjalan mendekatiku. Dia merangkul gadis kecil yang terlihat senang dengan kedatangannya.

“Hey, apa dia menyapa mu?” pertanyaan itu untukku.

“Tidak.” Jawabanku dibalas dengan senyum.

Dex..” laki laki itu mengulurkan tangannya. Untuk seorang yang anti social sepertiku, menyambut jabatan tangannya terlihat seperti gerakan kaku.

Ema”

Bethy melepas rangkulan Dex. Kaki nya mendekati pagar besi dan bersandar menghadap kami. Kaki nya berayun, membentur besi pelan. Kulihat matanya tak fokus. Jarinya masih bergerak gerak tak menentu. Dex tersenyum melihatnya.

Beth, mengidap down sindrom dari kecil. Bagi kebanyakan orang itu tak normal. Tapi kamu bisa lihat, dia sangat cerdas. Aku mengenalnya saat aku datang kerumah sakit ini. Kukira dia memeriksa kelainan pada otaknya. Tapi aku salah, dia terkena radang paru paru akut. Secara medis dia diserang bakteri  Diplococcus pneumonia. Tapi dia terlihat sehat sehat saja bukan.” Aku hanya mengangguk menanggapinya.

Kamu sendiri, mengapa ada disini?” Dex menunggu jawabanku.

Teman sekelasku terkena malaria. Jadi kelasku meliat keadaannya hari ini.”

Beberapa menit awal percakapan kami terlihat seperti basa basi. Tapi Dex tak kehabisan topik pembicaraan. Dia berhasil membuat ku melontarkan terlalu banyak kata. Dia bercerita banyak hal. Memberi  tau alamat sekolahnya walau aku tak bertanya. Bethy ikut bergabung walau hanya menanggapi celotehan kami dengan cengiran.

Aku turun saat Ken menelfonku karna semua orang baru sadar aku tak ada ketika akan pulang. Aku pamit pada Dex dan Bethy, aku berharap suatu saat  akan kembali bertemu dengan mereka.

@@@
Em.. please..” Ken terus membujuk ku untuk menemaninya kerumah sakit untuk melihat Mel. Ken adalah salah satu penggemar Mel.

Dan sekarang disinilah aku. Dikoridor rumah sakit yang terkontaminasi dengan warna putih. Karna bosan tak masuk dalam percakapan Ken dan Mel, aku beralasan ingin mengunjungi temanku yang juga di rawat di rumah sakit ini.

Aku gak tau kamu punya temen selain aku.” Ken curiga.

Sori, aku gak sekuper itu.” Mel tertawa mendengar jawabanku. Ken mengalah dan membiarkan ku pergi, setelah dia mengancam akan meninggalkan ku jika terlalu lama. Aku melewati lorong lorong rumah sakit menuju atap teratas.

Saatku berhasil mencapai atap, ku lihat ada Bethy disana. Dia memandangku dan melambai kearah ku. Aku tersenyum dan berjalan mendekatinya. Dia tengah merangkai sebuah puzzle bergambar system kehidupan dalam pelajaran biologi. System lima kingdom , aku menyukai pelajaran ini di sekolah. Bethy sudah berhasil memposisikan fungi, plantae, dan animalia pada posisinya masing masing. Dia kelihatan ragu memposisikan antara monera dan protista.

Monera di awal Beth..” aku meletakkan monera pada posisi pertama.

Dua..” Bethy mengangkat puzzle protista dan menaruhnya di posisi ke dua. Senyum tanpa beban menghiasi wajahnya.

Aku terkesan dengan dengannya. Hidup terlalu kejam menenggelamkan Bethy pada rasa sakit tak berujung. Gadis kecil yang tangguh menurut ku , dalam rasa sakit dia masih bisa terseyum. Sedangkan aku yang hidup dalam kecukupan tak pernah mengerti dengan makna kesyukuran. Bagi ku hidup adalah sebuah kesempatan yang takberarti. Sedangkan bagi mereka yang sama seperti Bethy, hidup adalah kesempatan kedua untuk melihat dunia.

Kamu juga disini Em…” Dex duduk di sampingku. Aku memberinya senyum.

So, kenapa kamu ada disini?”

“Ken,memaksaku untuk manemaninya bertemu dengan Mel. Kamu tau dia salah seorang penggemar Mel. Dan ,blup, disinilah aku.” Dex tertawa menanggapiku.

Hari ini, Dex bercerita banyak hal tentang rumah sakit ini. Dia punya ruang rahasia di ujung koridor lantai empat, suster tak mengetahui tempat itu, terlalu tersudut. Seperti aku  yang selalu mendapat posisi tak berharga disetiap sudut kehidupanku. Tak ada yang bisa ku banggakaan dari  diriku. Dex mengajak ku besok untuk berkunjung ke tempat tempat yang sering dia jumpai di rumah sakit ini.

Aku tunggu disini ya.” Dex berteriak kepadaku saat aku mencapai tangga awal.

Ya..” ujarku sambil melambai kearahnya.

Besok..” aku membalasnya dengan anggukan kecil.

@@@

Dex menungguku dilantai teratas rumah sakit. Dia tersenyum saat aku datang, tak ada Bethy saat ini.awal nya dia mengajakku ke salah satu sudut di atap ini yang tak pernah ku lihat. Dari tempat itu kami bisa melihat kota dari ketinggian. Dan ini menyenangkan.

Kamu tau banyak tentang tempat ini.” Dex tak menjawab, hanya tersenyum kepadaku.

Lalu Dex mengajak ku ke lantai empat tempat sudut rahasianya berada.  Ini ruangan kecil kamar inap kelas ekonomi. Hanya ada kasur dan meja kecil disamping ranjang. Dex membuka tirai yang menyebabkan sinar matahari masuk ke ruangan kecil itu.  dia mengajakku mendekati jendela. Jendela itu menghadap  taman kecil di bagian belakang rumah sakit. Ada kolam yang ditengah nya terdapat sebuah air mancur, di bagian kanan dan kiri taman terdapat payung duduk yang muat untuk empat orang.

Kapan kapan kita kesana ya..” pintaku pada Dex. Dan dia hanya membalas ku dengan senyum.

Dex mengajak ku kebangsal anak anak yang menderita lesmaniasis. Penyakit itu ditularkan melalui perantara nyamuk Pholobotomus , yang kemudian menyerang hati dan limpa. Penyakit ini menimbulkan  pembengkakan pada organ hati dan limpa. Penyakit ini juga menimbulkan demam yang berkepanjangan.

Dex mengenalkan ku pada mereka. Ada kerling antusias saat mereka melihat ku datang dengan Dex. Ada Rama yang sudah memasuki bulan kelima dia dirawat di bangsal ini. Keyla juga mengatakan padaku kalau dia sudah memasuki dua tahun dirawat di tempat ini.  Tak ada nada sedih kulihat dari cara mereka berbicara. Padahal aku tau, hati mereka berharap dengan kesempatan kedua yang di berikan Tuhan sebagai anugrah.

“kak Ema, Kel ingin jadi dokter kalau sudah besar.”

“iya? Kakak yakin kamu pasti bisa jadi dokter.”

“tapi kalau Tuhan gak ngasih Kel waktu lebih lama gimana?” polos, itu yang aku tangkap dari cara Kel berbicara. Aku tak tau harus menjawab apa. Itu semua kuasa Tuhan, ku tak pernah tau tentang hal itu.

“Tuhan pasti sayang sama Kel. Makanya Kel  harus sering sering doa sama Tuhan, dan kamu tetap harus selalu semangat”  jawaban yang klise menurut ku, tapi Kel menanggapinya dengan anggukan yang dibarengi senyum lebar yang sangat manis.

Dex mengajak ku untuk memberikan beberapa hadiah untuk mereka. Semuanya terlihat sangat bahagia saat kami membagikan beberapa bingkisan. Lalu Dex mengantarku kepekarangan  parkir rumah sakit. Aku mengucapkan trimakasih, tapi Dex bilang seharusnya dia yang berterimakasih pada ku. Dex memberiku satu bingkisan berisi boneka teddy bear yang tersisa.

“Dex..” aku memanggil Dex saat dia mulai menjauhi mobil ku. Dia berbalik , menungguku mengatakan sesuatu.

“trimakasih untuk hari ini.” Ujar ku. Dex tersenyum dan mengangguk. Lalu kembali berbalik.

“Dex..” dia kembali menatapku.

“ bye..” ujar ku lagi. Dex kembali  mengangguk dan sedikit tergelak.

@@@

Aku mempercepat laju mobil ku. Membunyikan klakson sebentar sebentar. Aku mendengus saat melihat angka tiga puluh yang terpampang di lampu lalulintas. Ku tundukkan kepalaku pada stir mobil. Mencoba mengontrol emosiku yang meluap luap.

Kak Em.. kak Dex…

Pesan itu singkat, tapi mampu membuatku mengerti ada sesuatu yang terjadi pada Dex. Lampu jalan berubah menjadi hijau. Aku menekan gasku kuat kuat, tak ingin terlambat untuk menuju rumah sakit.

                                                                    @@@                   

“satu…” Bethy mengangkat puzzle monera dan meletakkannya pada urutan awal. Aku baru tau puzzle itu dari Dex.

Dex. Entah sedalam apa aku mengenalnya. Dia baik dan ramah. Aku menyukai sifatnya yang tergolong blak blakan. Malam itu aku baru tau, alasan kenapa Dex tau seluk beluk rumah sakit ini. Segala sudut yang tak tersentuh oleh yang lain, tapi tersentuh olehnya. Dex adalah pasien yang di infeksi Mycobacterium tuberculosis, atau TBC. Penyakitnya sudah mencapai tingkat akut.

Malam itu Dex pergi dengan tenang. Meninggalkan ku yang mempunyai segudang tanya untuknya. Esoknya, aku menumpahkan segalanya didepan nisannya.

“kenapa kamu gak pernah cerita Dex?” aku tak mengerti , kenapa aku menangisi orang yang baru ku kenal.

Aku terus menanyakan banyak hal di hadapan Dex. Menangisi kecuekan ku atas dirinya. Dan aku tau, Dex takkan pernah menjawab tanyaku. Membiarkannya mengambang di sudut kesedihan. Dex takkan pernah kembali , aku tau itu. disaat aku menangisi kepergian Dex, Bethy datang dan merangkulku. Dan sejak saat itu aku berjanji takkan pernah meninggalkannya.

Kamu bertanya banyak hal tentang kehidupan ini. Dan ingat,menanyakan mengapa terlu banyak hal hal yang terjadi di hidup mu, sejatinya sama dengan ketika kamu menanyakan kenapa ada huru ‘F’ pada kata ‘LIFE’.



Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment