Monday 31 October 2016

Bullying dan Penanganannya



Arti Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Victorian Departement of Education and Early Chilhood Development  mendefinisikan bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psokologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang serta dilakukan secara berulang dan terus menerus.


Bentuk-bentuk bullying antara lain seperti berikut :

Bullying fisik, contohnya memukul, menjegal, mendorong, meninju, menghancurkan barang orang lain, mengancam secara fisik, memelototi, dan mencuri barang.

Bullying psikologis, contohnya menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja mengisolasi seseorang, mendorong orang lain untuk mengasingkan seseorang secara soial, dan menghancurkan reputasi seseorang.

Bullying verbal, contohnya menghina, menyindir, meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan, keluarga, kecacatan, dan ketidakmampuan (exampel : "Eh ada sih pincang lewat").

Kenapa seseorang melakukan bullying?

Para pelaku bully mendapatkan kepuasan dari menindas orang. Ia merasa lebih kuat, lebih berkuasa, karena ada orang yang takut pada dirinya. Bisa jadi ia berpikiran, ia akan mendapat popularitas disekolah karena ditakuti oleh siswa lainnya. Padahal sesungguhnya para pembully ini akan dibenci oleh orang-orang yang tidak setuju dengan tindakannya.

Dan alasan lain mereka menindas adalah karena mereka iri pada kelebihan target bullying mereka, mereka merasa terancam dengan kehadiran seseorang yang lebih cantik, lebih pintar dari mereka. Atau sebenarnya mereka memiliki masalah yang menyebabkan mereka menindas untuk menyalurkan amarah mereka kepada orang lain. Mereka tidak tahu apa dampak perbuatan bullyingnya terhadap para korban mereka. Sehingga mereka tidak merasa bersalah atas perbuatannya.

Anak-anak yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain:
  • Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur. Masalah ini mungkin akan terbawa hingga dewasa.
  • Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot
  • Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah
  • Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis
  • Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan.

B. Dampak Positif

Di samping dampak negatifnya, bullying juga dapat mendorong munculnya berbagai perkembangan positif bagi anak-anak yang menjadi korban bullying. Anak-anak korban bullying cenderung akan:

  • Lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah
  • Termotivasi untuk menunjukkan potensi mereka agar tidak lagi direndahkan
  • Terdorong untuk berintrospeksi diri


Anak-anak yang Mem-bully

Tak hanya anak-anak yang di-bully, anak-anak yang mem-bully juga dapat terkena dampaknya. Menurut riset, saat menginjak usia dewasa, anak-anak yang suka mem-bully memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk:
  1. Berperilaku kasar/abusif
  2. Melakukan kriminalitas
  3. Terlibat dalam vandalisme
  4. Menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol
  5. Terlibat dalam pergaulan bebas


60% anak laki-laki yang mem-bully temannya di masa SD atau SMP pernah dinyatakan bersalah paling tidak sekali atas suatu tindak kriminal di usia 24 tahun.

Pada dasarnya bullying atau penindasan ini merupakan tindakan yang sangat tidak dianjurkan dan sangat tercela, mari kita simak pandangan Islam mengenai kasus penindasan atau bullying ini.

Dalam Islam sendiri sangat melarang keras dan sangat tidak menganjurkan perilaku merendahkan orang lain. Hal ini sebagai mana penjelasan dalam sebuah firman Allah Subahanahu Wa Ta’ala:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Hujurat: 11)

Oleh sebab itu, kita sebagai sesama muslim dan sesama manusia haruslah menjaga dan menebar kasih sayang pada semua, bukan justru berbuat zalim sesama manusia.

Seperti hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:

“Muslim adalah orang yang menyelamatkan semua orang muslim dari lisan dan tangannya. Dan Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah”. (HR. Bukhari no. 10)

Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi bullying :

Pertama, apabila anak mengalami bullying dan bullying yang dilakukan pelaku berupa intimidasi verbal, salah satu caranya orangtua dan guru bisa melatih anaknya untuk bela diri verbal. Contoh dari bela diri verbal.

Misalnya dalam sebuah kasus, A sebagai Pelaku, B sebagai Korban, terjadi percakapan sebagai berikut:

A: Hai gendut
B: Hai juga
A: Badanmu kayak gajah, gede…haha…
B: Iya alhamdulillah, itu tandanya aku tidak kekurangan makan, berkecukupan. Haha
A: Dasar jelek
B: Menurut orangtua ku, aku cakep.
A: Menurut kami kamu jelek.
B: Setiap orang boleh berbeda pendapat.

Dan kosa kata lainnya. Sesuatu yang ditanggapi berulang-ulang dengan tenang dapat membuat pelaku bullying akan bosan dengan sendirinya dan malah bukan korban bullying yang kesal, tapi si pelakunya sendiri.

Tapi ini sekadar contoh, para orangtua bisa mengkreasikannya dalam bentuk kosakata lain. Wah jadi orangtua harus kreatif dong? Lah kata siapa jadi orangtua tidak harus kreatif? Itu ujiannya punya anak kan, yaitu mau tidak kita menyediakan waktu, bersusah-susah berfikir untuk berkreasi menghadapi perilaku-perilaku atau kejadian-kejadian pada anak yang terus berubah?

Tapi tenang, kabar gembiranya, semua orangtua sudah diberikan potensi kreatifitas kok. Insya Allah, para orangtua akan menemukannya sendiri kalau giat berlatih.

Kedua, kita juga harus menanamkan pada diri anak agar anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun, apabila terus-terusan di bullying, sebagai orangtua juga harus mengajarkan anak untuk melawan. Melawan di sini maksudnya adalah, semisal adik akan memukul kakaknya, lalu kakaknya menangkap dan menahan tangan adik agar tidak mengenai kakaknya.

Ketiga, Islam mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan kebaikan, maka peran orangtua di sini mengajak anak yang sering membullying untuk main ke rumah lalu diberi suguhan dan diajak ngobrol santai, buat dia nyaman, sehingga dia sungkan untuk membullying anaknya lagi, bahkan bisa jadi dia yang akan menjadi penjaga anaknya di sekolah saat anaknya dijahili.

Keempat, tanamkan ilmu agama pada anak sejak kecil.

Kelima, pancing anak untuk terbiasa bercerita tentang kesehariannya, karena bisa jadi sang anak takut untuk bercerita. Akhirnya dia diam dan berdampak pada kejiwaannya, itu bisa berdampak bahaya bagi kepribadiaan sang anak.

Itulah beberapa cara untuk mengatasi bullying terhadap anak yang dilakukakan oleh teman sebayanya atau kakak tingkatnya. Wallahu A’lam Bisshowab.



No comments:

Post a Comment