Arti Bullying
adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan
dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan
mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Victorian
Departement of Education and Early Chilhood Development mendefinisikan
bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam
keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psokologis,
mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang serta dilakukan
secara berulang dan terus menerus.
Bentuk-bentuk bullying antara
lain seperti berikut :
Bullying fisik, contohnya
memukul, menjegal, mendorong, meninju, menghancurkan barang orang lain,
mengancam secara fisik, memelototi, dan mencuri barang.
Bullying psikologis, contohnya
menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja
mengisolasi seseorang, mendorong orang lain untuk mengasingkan seseorang secara
soial, dan menghancurkan reputasi seseorang.
Bullying verbal, contohnya
menghina, menyindir, meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan,
keluarga, kecacatan, dan ketidakmampuan (exampel : "Eh ada sih pincang
lewat").
Kenapa seseorang melakukan bullying?
Para pelaku bully mendapatkan kepuasan dari menindas
orang. Ia merasa lebih kuat, lebih berkuasa, karena ada orang yang takut pada
dirinya. Bisa jadi ia berpikiran, ia akan mendapat popularitas disekolah karena
ditakuti oleh siswa lainnya. Padahal sesungguhnya para pembully ini akan
dibenci oleh orang-orang yang tidak setuju dengan tindakannya.
Dan alasan lain
mereka menindas adalah karena mereka iri pada kelebihan target bullying mereka, mereka
merasa terancam dengan kehadiran seseorang yang lebih cantik, lebih pintar dari
mereka. Atau sebenarnya mereka memiliki masalah yang menyebabkan mereka
menindas untuk menyalurkan amarah mereka kepada orang lain. Mereka tidak tahu
apa dampak perbuatan bullyingnya terhadap para korban mereka. Sehingga mereka
tidak merasa bersalah atas perbuatannya.
Anak-anak yang menjadi korban bullying lebih
berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying,
antara lain:
- Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur. Masalah ini mungkin akan terbawa hingga dewasa.
- Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot
- Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah
- Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis
- Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan.
B. Dampak Positif
Di samping dampak negatifnya, bullying juga dapat mendorong
munculnya berbagai perkembangan positif bagi anak-anak yang menjadi korban bullying.
Anak-anak korban bullying cenderung akan:
- Lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah
- Termotivasi untuk menunjukkan potensi mereka agar tidak lagi direndahkan
- Terdorong untuk berintrospeksi diri
Anak-anak yang Mem-bully
Tak hanya anak-anak yang di-bully, anak-anak
yang mem-bully juga dapat terkena dampaknya. Menurut riset, saat
menginjak usia dewasa, anak-anak yang suka mem-bully memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk:
- Berperilaku kasar/abusif
- Melakukan kriminalitas
- Terlibat dalam vandalisme
- Menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol
- Terlibat dalam pergaulan bebas
60% anak laki-laki
yang mem-bully temannya di masa SD atau SMP pernah dinyatakan bersalah paling
tidak sekali atas suatu tindak kriminal di usia 24 tahun.
Pada dasarnya bullying atau
penindasan ini merupakan tindakan yang sangat tidak dianjurkan dan sangat
tercela, mari kita simak pandangan Islam mengenai kasus penindasan atau bullying ini.
Dalam Islam sendiri sangat
melarang keras dan sangat tidak menganjurkan perilaku merendahkan orang lain.
Hal ini sebagai mana penjelasan dalam sebuah firman Allah Subahanahu Wa
Ta’ala:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا
مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ
وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ
الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan
itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Hujurat: 11)
Oleh sebab itu, kita sebagai
sesama muslim dan sesama manusia haruslah menjaga dan menebar kasih sayang pada
semua, bukan justru berbuat zalim sesama manusia.
Seperti hadits Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam:
“Muslim adalah orang
yang menyelamatkan semua orang muslim dari lisan dan tangannya. Dan Muhajir
adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah”. (HR. Bukhari no. 10)
Berikut adalah beberapa cara
untuk mengatasi bullying :
Pertama, apabila anak mengalami
bullying dan bullying yang dilakukan pelaku berupa intimidasi verbal, salah
satu caranya orangtua dan guru bisa melatih anaknya untuk bela diri verbal.
Contoh dari bela diri verbal.
Misalnya dalam sebuah kasus, A
sebagai Pelaku, B sebagai Korban, terjadi percakapan sebagai berikut:
A: Hai gendut
B: Hai juga
A: Badanmu kayak gajah,
gede…haha…
B: Iya alhamdulillah, itu
tandanya aku tidak kekurangan makan, berkecukupan. Haha
A: Dasar jelek
B: Menurut orangtua ku, aku
cakep.
A: Menurut kami kamu jelek.
B: Setiap orang boleh berbeda
pendapat.
Dan kosa kata lainnya. Sesuatu
yang ditanggapi berulang-ulang dengan tenang dapat membuat pelaku bullying akan
bosan dengan sendirinya dan malah bukan korban bullying yang
kesal, tapi si pelakunya sendiri.
Tapi ini sekadar contoh, para
orangtua bisa mengkreasikannya dalam bentuk kosakata lain. Wah jadi orangtua
harus kreatif dong? Lah kata siapa jadi orangtua tidak harus kreatif? Itu
ujiannya punya anak kan, yaitu mau tidak kita menyediakan waktu, bersusah-susah
berfikir untuk berkreasi menghadapi perilaku-perilaku atau kejadian-kejadian
pada anak yang terus berubah?
Tapi tenang, kabar gembiranya,
semua orangtua sudah diberikan potensi kreatifitas kok. Insya Allah,
para orangtua akan menemukannya sendiri kalau giat berlatih.
Kedua, kita juga harus menanamkan
pada diri anak agar anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun, apabila
terus-terusan di bullying, sebagai orangtua juga harus mengajarkan
anak untuk melawan. Melawan di sini maksudnya adalah, semisal adik akan memukul
kakaknya, lalu kakaknya menangkap dan menahan tangan adik agar tidak mengenai
kakaknya.
Ketiga, Islam mengajarkan untuk
membalas kejahatan dengan kebaikan, maka peran orangtua di sini mengajak anak
yang sering membullying untuk main ke rumah lalu diberi suguhan dan diajak
ngobrol santai, buat dia nyaman, sehingga dia sungkan untuk membullying anaknya
lagi, bahkan bisa jadi dia yang akan menjadi penjaga anaknya di sekolah saat
anaknya dijahili.
Keempat, tanamkan ilmu agama pada
anak sejak kecil.
Kelima, pancing anak untuk
terbiasa bercerita tentang kesehariannya, karena bisa jadi sang anak takut
untuk bercerita. Akhirnya dia diam dan berdampak pada kejiwaannya, itu bisa
berdampak bahaya bagi kepribadiaan sang anak.
Itulah beberapa cara untuk
mengatasi bullying terhadap anak yang dilakukakan oleh teman
sebayanya atau kakak tingkatnya. Wallahu A’lam Bisshowab.
No comments:
Post a Comment