Oktarizal Fiardi
Dan Kami pun telah menurunkan beban
darimu. Yang memberatkan punggungmu? (al Insyirah:2-3)
Di
sekeliling RasuluLllah Saw. ada para sahabat yang ikhlas berjuang
Mengemban
risalah dakwah bukanlah tugas yang ringan apa lagi mudah. Membimbing manusia
untuk mengenal Allah, menunjuki mereka ke jalan yang lurus, mensucikan diri
mereka dari kotoran-kotoran jahiliyah. Ini adalah tugas yang sungguh sangat
berat. Tidak semua orang mampu melaksanakan tugas mulia yang berat ini. Namun
Rasulullah Saw. tetap melaksanakannya selama hampir seperempat abad. Beliau
telah sampaikan risalah Islam yang agung, beliau telah tunaikan amanah dakwah,
beliau telah berikan pencerahan kepada umat. Dan lebih dari itu semua, beliau
telah berjuang dan berjihad untuk menegakkan agama Allah.
Keistiqamahan
dan Kesuksesan RasuluLlah Saw. dalam dakwah tidak bisa dilepaskan dari
kemudahan-kemudahan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh, Allah telah
meringankan beban berat yang membebani punggungnya.
Di
antara cara Allah meringankan beban beliau adalah keberadaan para sahabat yang
selalu tulus, ikhlas dan penuh kesetiaan membantu beliau. Para sahabat yang
mencintai RasuluLlah Saw. melebihi cinta mereka terhadap diri mereka sendiri.
Para sahabat yang selalu siap sedia mengorbankan apapun yang mereka milki untuk
kepentingan dakwah. Mereka siap mengorbankan harta, perasaan, waktu dan bahkan
nyawa sekalipun. Para sahabat yang dalam kondisi apapun siap membela beliau.
Tidak
diragukan lagi, sahabat yang paling terdepan dalam membantu dan meringankan
beban dakwah RasuluLlah Saw. adalah Abu Bakar ash Shiddiq.
Peristiwa
Isra’ dan Mi’raj menjadi bukti betapa kuatnya iman Abu Bakar ash Shiddiq,
betapa setianya beliau kepada Rasulullah Saw. dan betapa tinggi pembelaannya
kepada sang Rasul Saw.. Di saat semua orang mendustai dan tidak mempercayai
berita yang disampaikan RasuluLlah Saw., Abu Bakar dengan lantang mengatakan,
“Jika Muhammad yang mengatakan hal demikian, saya pasti percaya. Bahkan, jika
yang diceritakannya lebih menakjubkan lagi saya pun tetap akan percaya.”
Dalam
kesempatan lain, Abu Bakar ash Shiddiq mengingfakkan seluruh hartanya untuk
perbekalan jihad. RasuluLlah Saw. pun takjub dan bertanya kepada Abu Bakar ash
Shiddiq, “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Abu
Bakar menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.”
Disamping
RasuluLlah Saw. ada istri yang selalu setia mendampingi
Ada
lagi peran istri yang selalu setia dalam keadaan suka dan duka mendampingi
perjalanan dakwah RasuluLllah Saw.. Keberadaan seorang Khadijah di samping
beliau di awal-awal kemunculan dakwah benar-benar telah meringankan beban
RasuluLlah Saw.. Khadijah menjadi sosok pelipur lara dikala duka, penghapus
kesedihan dikala sedih, penebar rasa aman di kala rasa takut merasuki jiwa.
Sepulang
dari gua Hira’, setelah turunnya wahyu pertama, RasuluLllah Saw. kembali ke
rumah dalam keadaan menggigil dan ketakutan. Dalam keadaan seperti itu, peran
Khadijah sebagai seorang istri sangat membantu RasuluLlah Saw. dalam mengatasi
rasa cemas dan takut yang dihadapinya. Khadijah datang dengan kata-kata yang
menentramkan hati lagi menyejukkan qalbu, “Tidak. Demi Allah, Allah sama
sekali tidak akan menghinakanmu, karena engkau suka menyambung tali
persaudaraan, ikut meringankan beban oran lain, memberika makan orangyang
miskin, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”
Bahkan
sebelum meninggal pun Khadijah masih ingin untuk terus berkontribusi bagi perkembangan
dakwah. Beliau mengucapkan perkataan yang akan selalu dikenang sejarah,
perkataan seorang perempuan yang mempersembahkan hidup dan matinya untuk
dakwah. “Wahai RasuluLlah, tiada lagi harta dan hal lainnya yang bersamaku
untuk aku sumbangkan demi dakwah. Andai selepas kematianku, tulang-tulangku
mampu ditukar dengan Dinar dan Dirham, maka gunakanlah tulang-tulangku demi
kepentingan dakwah yang panjang ini.”
Keberadaan
sahabat yang ikhlas dan istri yang setia memilki peran penting dalam kesuksesan
dakwah. Dakwah tidak akan berkembang jika hanya diperjuangkan seorang diri.
Dakwah ini sangat berat jika hanya
dipikul seorang diri. Seorang da’i membutuhkan orang lain di sampingnya.
Orang-orang yang akan menjadi penguat dan penyemangat. Siapa lagi yang bisa
memainkan peran ini melebihi peran teman yang tulus dan
istri yang setia?
Bersambung...
No comments:
Post a Comment