Friday 25 March 2016

Menyelami Nilai-Nilai Tarbawi Surat al Insyirah (2)




Oktarizal Fiardi

Dan Kami pun telah menurunkan beban darimu. Yang memberatkan punggungmu? (al Insyirah:2-3)

Di sekeliling RasuluLllah Saw. ada para sahabat yang ikhlas berjuang
            Mengemban risalah dakwah bukanlah tugas yang ringan apa lagi mudah. Membimbing manusia untuk mengenal Allah, menunjuki mereka ke jalan yang lurus, mensucikan diri mereka dari kotoran-kotoran jahiliyah. Ini adalah tugas yang sungguh sangat berat. Tidak semua orang mampu melaksanakan tugas mulia yang berat ini. Namun Rasulullah Saw. tetap melaksanakannya selama hampir seperempat abad. Beliau telah sampaikan risalah Islam yang agung, beliau telah tunaikan amanah dakwah, beliau telah berikan pencerahan kepada umat. Dan lebih dari itu semua, beliau telah berjuang dan berjihad untuk menegakkan agama Allah. 


            Keistiqamahan dan Kesuksesan RasuluLlah Saw. dalam dakwah tidak bisa dilepaskan dari kemudahan-kemudahan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh, Allah telah meringankan beban berat yang membebani punggungnya.

            Di antara cara Allah meringankan beban beliau adalah keberadaan para sahabat yang selalu tulus, ikhlas dan penuh kesetiaan membantu beliau. Para sahabat yang mencintai RasuluLlah Saw. melebihi cinta mereka terhadap diri mereka sendiri. Para sahabat yang selalu siap sedia mengorbankan apapun yang mereka milki untuk kepentingan dakwah. Mereka siap mengorbankan harta, perasaan, waktu dan bahkan nyawa sekalipun. Para sahabat yang dalam kondisi apapun siap membela beliau.

            Tidak diragukan lagi, sahabat yang paling terdepan dalam membantu dan meringankan beban dakwah RasuluLlah Saw. adalah Abu Bakar ash Shiddiq. 

            Peristiwa Isra’ dan Mi’raj menjadi bukti betapa kuatnya iman Abu Bakar ash Shiddiq, betapa setianya beliau kepada Rasulullah Saw. dan betapa tinggi pembelaannya kepada sang Rasul Saw.. Di saat semua orang mendustai dan tidak mempercayai berita yang disampaikan RasuluLlah Saw., Abu Bakar dengan lantang mengatakan, “Jika Muhammad yang mengatakan hal demikian, saya pasti percaya. Bahkan, jika yang diceritakannya lebih menakjubkan lagi saya pun tetap akan percaya.”

            Dalam kesempatan lain, Abu Bakar ash Shiddiq mengingfakkan seluruh hartanya untuk perbekalan jihad. RasuluLlah Saw. pun takjub dan bertanya kepada Abu Bakar ash Shiddiq, “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Abu Bakar menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.”
           
            Disamping RasuluLlah Saw. ada istri yang selalu setia mendampingi
            Ada lagi peran istri yang selalu setia dalam keadaan suka dan duka mendampingi perjalanan dakwah RasuluLllah Saw.. Keberadaan seorang Khadijah di samping beliau di awal-awal kemunculan dakwah benar-benar telah meringankan beban RasuluLlah Saw.. Khadijah menjadi sosok pelipur lara dikala duka, penghapus kesedihan dikala sedih, penebar rasa aman di kala rasa takut merasuki jiwa. 

            Sepulang dari gua Hira’, setelah turunnya wahyu pertama, RasuluLllah Saw. kembali ke rumah dalam keadaan menggigil dan ketakutan. Dalam keadaan seperti itu, peran Khadijah sebagai seorang istri sangat membantu RasuluLlah Saw. dalam mengatasi rasa cemas dan takut yang dihadapinya. Khadijah datang dengan kata-kata yang menentramkan hati lagi menyejukkan qalbu, “Tidak. Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan menghinakanmu, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut meringankan beban oran lain, memberika makan orangyang miskin, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”

            Bahkan sebelum meninggal pun Khadijah masih ingin untuk terus berkontribusi bagi perkembangan dakwah. Beliau mengucapkan perkataan yang akan selalu dikenang sejarah, perkataan seorang perempuan yang mempersembahkan hidup dan matinya untuk dakwah. “Wahai RasuluLlah, tiada lagi harta dan hal lainnya yang bersamaku untuk aku sumbangkan demi dakwah. Andai selepas kematianku, tulang-tulangku mampu ditukar dengan Dinar dan Dirham, maka gunakanlah tulang-tulangku demi kepentingan dakwah yang panjang ini.”

            Keberadaan sahabat yang ikhlas dan istri yang setia memilki peran penting dalam kesuksesan dakwah. Dakwah tidak akan berkembang jika hanya diperjuangkan seorang diri. Dakwah ini  sangat berat jika hanya dipikul seorang diri. Seorang da’i membutuhkan orang lain di sampingnya. Orang-orang yang akan menjadi penguat dan penyemangat. Siapa lagi yang bisa memainkan peran ini melebihi peran teman yang tulus dan istri yang setia? 
Bersambung...


Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
 

No comments:

Post a Comment