Wednesday, 30 November 2016

Ciamis - Jakarta, sebuah pelajaran tentang keikhlasan



Reza Pratomo 

Selama 2 hari ini di linimasa sosial media saya begitu riuh oleh teman, sahabat, saudara dan kerabat yang berbagi tentang gerakan jalan kaki yang dilakukan oleh sekitar 3000 santri dari Ciamis, Jawa Barat menuju Jakarta, dalam rangka menghadiri Aksi Bela Islam Jilid III, yang menuntut penista Al Qur’an ditahan oleh pihak yang berwenang.


Aksi ini dilakukan oleh para santri dan ulama di Ciamis karena tekanan yang dilakukan penguasa kepada para pemilik jasa usaha angkutan, untuk tidak ada yang membawa para peserta demo ke Jakarta. Namun karena kecintaan mereka pada Allah dan Al Qur’an, jarak sekitar 290 KM mereka tempuh dengan berjalan kaki.

Berita ini sontak menjadi viral, menyebar ke seluruh anak negeri, dengan reaksi yang beragam. Para pemangku kebijakan terpaksa harus meralat ucapan mereka sendiri dan mencabut himbauan untuk tidak berangkat ke Jakarta, sekaligus memperbolehkan pelaku usaha angkutan membawa peserta demo. Namun peserta aksi jalan kaki tetap melanjutkan aksi mereka menuju ibukota.

Masyarakat Ciamis membuktikan ucapan Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa umat Islam adalah benteng terakhir yang akan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Aksi tersebut membangkitkan ghirah keislaman di setiap dada umat yang memiliki iman dalam hatinya, bahwa Allah sebaik-baik pembuat skenario. Pembuat kebijakan boleh saja menekan, tapi jika Allah berkehendak, maka Allah akan buka jalan bagi  mereka yang ingin membela agama ini. Tanpa peduli apa yang mungkin akan disampaikan orang disepanjang perjalanan menuju Jakarta.

Lihatlah disepanjang jalan begitu banyak umat Islam yang menunggu para mujahid tersebut. Tua, muda, kaya, miskin. Berbagai golongan ikhlas menunggu hanya untuk berbagi apa yang mereka miliki. Jika mereka hanya punya roti, maka roti tersebut yang mereka bagikan. Alas kaki, jas hujan, obat-obatan dan sebagainya begitu banyak tersedia di sepanjang jalan. Jika mereka tidak memiliki barang, maka yang mereka lakukan adalah berdoa sambil menangis, terharu masih ada orang yang sanggup membela agama yang mereka sendiri tidak sanggup untuk melakukannya. Bukan karena tidak bisa, sebagian dari video yang diunggah tersebut adalah orang tua dan ibu-ibu.

Bahkan di beberapa laporan langsung beserta video yang diunggah ke internet, logistik untuk peserta sangat berlimpah, makanan kecil, minuman, bahkan kopi panas ada di dalam mobil logistik peserta. Salah satu video yang diunggah oleh akun facebook Deny Suwarja memperlihatkan tukang ojek yang rela menyumbangkan 10 karton air mineral bagi peserta aksi.

Mendekati kota Bandung, apa yang dilakukan peserta aksi mendapatkan respon dari pimpinan daerah tingkat 1 Provinsi Jawa Barat. Tak kurang dari Gubernur Jabar, Kang Aher beserta Pangdam dan Kapolda Jabar menemui peserta dan akan membantu peserta untuk diberangkatkan menggunakan kendaraan menuju jakarta. Malam ini pun Walikota Bandung, Ridwan Sayal berkenan menemui peserta aksi tersebut di lokasi tempat mereka beristirahat di Kota Bandung.

*****
Maka mari kita belajar Ikhlas dari mereka.

Ikhlas membela Agama, walau tekanan menghadang. Biarkan Allah yang menilai, bukan manusia lainnya, bukan pula penguasa.

Karena jika Allah ridho, maka akan ada ribuan orang yang akan ikut tergerak hatinya bergabung, dan memperkuat kesatuan umat ini.

Jika Allah ridho, akan banyak do’a yang akan kita dapatkan. Bukan untuk berbangga, tapi semakin memperkuat dan melembutkan hati untuk tetap berjuang di jalan Allah.

Bukankah kita hidup untuk mendapatkan ridhoNYA?

Dan salah satu jalan tersebut adalah dengan berusaha ikhlas berjuang di jalanNYA.

Ya Allah, dari Ciamis saya mendapat pelajaran tentang Keikhlasan. Air mata tidak dapat berhenti mengalir melihat bagaimana Allah menggerakkan seluruh elemen masyarakat sepanjang perjalanan, untuk bahu-membahu memperjuangkan agama ini.

Saya iri, mereka bisa berbagi, sementara saya hanya bisa berdoa dalam hati.

Saya malu, mereka lantang berkata “jika ada Allah, saya mampu!”, sementara dunia saya seringkali menutup qalbu.

Saya menangis, mereka tetap melangkah walau dihadang gerimis, sementara saya hanya bisa duduk manis.

*****

Jika kita mendukung Aksi Bela Islam Jilid III, namun tidak dapat hadir pada acara tersebut, setidaknya dukungan dapat dilihat pada jejak digital sosial media yang kita miliki





Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment