oleh : Taufik Arrahman
Hidup,
tak banyak orang memahaminya, tak jarang orang terpedaya olehnya, yang pasti
kita semua mendapatkan peran untuk menjalankannya sebaik-baiknya. Walau takkan
ada satu orang pun yang lahirnya, pengalaman hidupnya, dan amtinya persis sama
denganmu teman. Tahukah engkau wahai teman, hanya ada satu kemungkinan diantara
tiga ratus ribu milyar kemungkinanyang ada, bahwa manusia yang hadir itu adalah
engkau teman. Dengan kata lain, sisa ratusan ribu milyar lainnya tidak lolos
seleksi. Tak ditakdirkan untuk memeainkan peran dalam sandiwara dunia. Dan yang
terpilih untuk mengambil peran-peran tersebut adalah engkau, teman. Begitulah
sebuah fakta ilmiah yang diungkap oleh Dale Carniage dari bukunya ‘You and
Heredity’.
Sadarlah,
bahwa engkau terlahir untuk menjalankan peran-peran tersebut. Menjadi aktor
professional, berimprovisasi memainkan adegan demi adegan walaupun telah di
naskahkan tindak tanduknya. Sebentar kawan, pertanyaan utamanya adalah,
sudahkah kita memilih peran-peran tersebut? “hidup itu brmula dari ‘B’ (Birth),
dan brakhir dengan ‘D’ (Death). Dan yang harus senantiasa di ingat adalah diantara
‘B’ dan ‘D’ ada ‘C’ (Choice). Hidup adalah pilihan.” Sebagaimana yang tertulis
dalam bukunya Ahmad Rifa’i Rif’an, ‘Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati’. Tujuan
idup, ah, rasanya telah sering terdengar telinga, bahkan hafal di kepala,
firman Allah dalam kitabnya, Al-baqarah ayat 30. Pahami dan renungkan semua itu
kawan. Jika kau dapat memahami hal-hal dasar tersebut niscaya kau akan menjaditongkat-tongkat
yang membangun peradaban islam.
Jika
kita melirik kepada fiqh tentang peradaban, akan ditemukanla dua cara umum
untuk menyongsong peradaban islam. Yang pertama ialah Al-ahkamu Syar’iah (hukum-hukum syari’at). Seperti yang sama-sama kita
ketahui,hukum-hukum syari’at adalah hukum milik agama kita, islam. Hukum yang
bersumber dari Al-qur’an dan As-sunah (hadist nabi). Hukum yang telah di buat
sedemikian rupa oleh sang pencipta semesta. Hukum yang menciptakan kemaslahatan
dunia dan akhirat, dalam artian, bagi yang menjalankan dan mematuhinya, maka
berhaklah untuknya selamat dunia maupun akhirat. Coba lihat negeri kita
tercinta ini, majukah peradabannya? Makmurkah semua rakyatnya? Sejahterakah
ekonominya? Kenapa? Karena hukumnya masih abal-abalan. Hukum syari’at tidak
segera ditegakkan. Engkau pasti tahu dengan pajak, teman. Ada pajak
bangunanlah, pajak kendaraanlan, pajak penghasilanlah, pajak perniagaanlah, dan
lain sebagainya. Untuk apa semua itu jikalau uangnya hanya untuk dirauk oleh segelintir
orang yang ingin cepat kaya? Kemanakah sistem zakat yang menyempitkan jarak si
kaya dan si miskin? Maaf kawan, jangan tersinggung. Itu hanya secuil contoh
bahwa hukum syari’at adalah hukum yang paling adil di muka bumi ini. Siapa yang
bilang hukum pancung itu kejam, kecuali para pembunuh? Siapa yang menyangkal
potong tangan itu sadis, kecuali sang pencuri? Dan siapa yang mengatakan cambuk
dan rajam itu tak baradab kecuali pezina?
Yang
kedua, adalah cara yang terlupakan oleh kebanyakan kita. Iyalah Al-Ahkamu Alkauniyah (memahami hukum
alam). Pastilah muncul sebuah pertanyaan, apasih sebenarnya hukum alam
tersebut? Baiklah kawan, alam ini memiliki hukumnya tersendiri. Hukum yang
berlaku kepada semua manusia yang pernah ada. Hukum yang adil dan tidak memihak
siapapun. Contoh mudahnya adalah air. Jika kita tuangkan air yang ada dalam
botol aqua kedalam wadah segiempat, apakah ia masih berbentuk seperti botol
aqua? Benar sekali kawan, air itu pasti mengikuti bentuk wadah segiempat tersebut. Kenapa? Nah, itulah hukum alamnya.
Jika air ditempatkan di ruangan yang bersuhu dibawah 0 derajat celcius, membeku. Jika
air ditempatkan di ruangan yang bersuhu 100 derajat celcius atau lebih,
mendidih. Oke, pasti masih bingungkan? Contoh lainnya, masih segar di ingatan
kita tentang perang badar bukan? Kira-kira apakah logis 313 pasukan muslim
melawan 1000 pasukan kafir? Tepat
sekali, hal tersebut tidak logis. Untuk hukum alam masalah jumlah, kaum
muslimin kalah, tapi apakah hanya satu hukum alam yang bermain pada saat itu?
Tidak kawan. Pasukan muslim sampai di medan perang lebih dahulu, dan menguasai
medan pertempuran ditambah bebas memilih tempat yang strategis untuk membuat
komando tempur. Ini hukum alam yang kedua, menguasai medan pertempuran. Semua
mata air yang ada di medan pertempuran dihancurkan kecuali mata air di markas
kaum muslimin, sehingga pasukan kafir tidak bisa mengakses kebutuhan yang
paling penting, yaitu air. Jarak madinah ke badar lebih dekat dri pada makkah
ke badar, sehingga pasukan muslim jauh lebih fit staminanya, hukum alam juga.
Dan masih banyak hukum-hukum alam lainnya yang belum terjamah oleh akal kita.
Rasulullah SAW dan pasukannya memang kalah dalam hukum alam tentang jumlah
pasukan dan senjata, tetapi jika diibaratkan ada sepuluh hukum alam, hanya satu
yang memihak pasukan kafir dan sembilan lainnya memihak kepada pasukan jihad
islam. Maka pastilah logis kalau pasukan jihad islam yang memenangkan prang
tersebut. Maka pelajarilah hukum alam yang bertebaran di dunia ini
Wahai
kawan, saudara
seiman. Mari, mari kita akhiri birokrasi yang sulit lagi menyulitkan ini
bersama-sama. Mari kita sudahi segala alur kehidupan yang kacau-balau ini. Dan
bersihkan semua kotoran, walau setitik tahi lalat pun. Dengan apa? Jadikanlah
dirimu tonggak-tonggak muda berbahan dasr emas, menggantikan tonggak-tonggak
tua rapuh yang berbahan semen. Isilah tempat-tempat yang memerlukan tonggakmu,
agar bangunan ini kokoh, tahan berapapun angka yang ditunjukkan oleh
seismograf. Dan berjanjilah pada islam, Indonesia, beserta ibu bapakmu bahwa
kau akan menjadikan semua ini kenyataan.
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment