Fadil
Ahmadhia Warman, MA Arrisalah
Belum
habis di telinga kita mendengar berita atau kabar tentang demo yang dilakukan
oleh sejumlah aktivis muslim di seluruh Indonesia. Mereka berkumpul untuk turun
ke jalan yang berasal dari seluruh wilayah di Indonesia. Mereka menyuarakan dan
melakukan aksi ini atas nama Islam yang mulia.
Adakah
orang membiarkan begitu saja jika agamanya dinodai, dinistai, atau dicaci-maki?
Jika orang itu masih punya hati nurani pasti ia akan simpatis dengan hal yang
demikian. Aksi pada 4 November 2016 bukanlah amarah yang berasal dari kaum
muslimin. Tapi, itu adalah ghiroh yaitu rasa yang bangkit jika agama Islam ini
dinistakan.
Apa
salahnya jika harga diri kita diinjak-injak? Tak ingatkah kita bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah dengan penuh hinaan dan cacian? Berapa
kali beliau kena pukul? Berapa kali beliau diludahi, bahkan dilempari batu?
Tapi, jika itu sudah menyangkut prinsip maka Rasul akan marah besar. Begitulah
yang terjadi dewasa ini. Orang-orang Islam membiarkan begitu saja perilaku
dunia atas nama buruk yang dilemparkan kepada mereka. Islam dituduh sebagai
agama yang mengajarkan perang. Islam juga dituduh sebagai agama teroris. Saat
itu, kaum muslimin bungkam karena mereka bukanlah seperti itu. Biarlah orang
memfitnah asalkan Allah tahu yang sebenarnya. Allah tahu siapa yang teroris,
Allah tahu siapa yang mengajarkan kekerasan. Allah tahu bahwa Islam itu fitrah
dan rahmatan lil ‘alamin. Tapi, saat
seorang mantan pemimpin mengatakan sesuatu tentang Al-Quran yang merupakan
kitab suci yang disana berisi perkataan Allah maka umat Islam tak akan tinggal
diam. Jika prinsip yang disinggung maka umat ini tak akan diam!
Inilah
umat Islam sesungguhnya. Siapakah yang telah membuka Konstantinopel? Al-Fatih
yang merupakah seorang muslim yang taat. Tak pernahkah terpikirkan bagi kita
bahwa Islam ini bukanlah agama yang kotor. Tak pernah ada sama sekali
pengajaran dalam agama ini tentang kekerasan, bahkan Islam sangat mengecam
orang-orang yang berbuat kekerasan. Namun, beberapa oknum dengan enaknya
melempar tuduhan itu kepada Islam buat menutupi seorang perusak yang
sebenarnya. Tapi selama itu umat Islam diam dan tak menggerakkan bibir.
Orang
ini telah menistakan ayat Allah. Dan para pendukung politiknya, dengan semau
mereka menafsirkan ayat ini. Padalah, ini bukanlah ayat yang multitafsir.
Dengan segala cara mereka membela orang yang bersalah itu. Bagaimana tidak?
Pembelaan itu berasal dari berbagai pihak yang tentunya sudah diberi
iming-iming yang licik.
Demo
adalah salah satu kebebasan yang berikan oleh negara untuk menyampaikan
aspirasi rakyat. Sudah berapa kali surat dilayangkan kepada pemerintah sana
agar bisa berumbuk langsung dengan presiden RI. Namun, dengan segala upaya pula
surat itu tidak dibaca. Mereka membiarkan surat itu tergeletak begitu saja dan
mereka berusaha menyibukkan diri dengan hal yang lain dan kesibukan mereka itu
bukanlah hal yang urgent.
Umat muslim yang ikut turun ke
jalanan dan beriringan menuju Istana RI hanya ingin berbicara langsung dengan
Presiden RI yang terhormat. Namun apa yang mereka dapatkan? Presiden lebih mau
melakukan hal yang lain daripada berhadapan dengan rakyat yang telah
mengamahkan pundak kepemimpinan ini kepada mereka, walaupun sebenarnya bukan
orang-orang yang demi yang memilihnya sebagai presiden. Mereka ingin berumbuk
dengan presiden untuk menyelesaikan masalah ini secara bersama-sama agar tak
ada simpang siur akan kasus ini lagi.
Andai saja presiden menampakkan
batang hidungnya pada sore itu maka tak akan terjadi kericuhan, massa bisa
pulang dengan damai karena telah mendengarkan keputusan lewat lisan presiden
mereka. Namun, hal itu diputarbalikkan. Massa dibuat ricuh oleh provokator yang
datang entah dari mana. Bisa saja orang ini adalah orang-orang bayaran.
Kaum muslimin hanya bisa menemui
wapres dan ditetapkan bahwa Ahok akan diadili ‘seadil-adilnya’. Mari kita
tunggu bersama-sama apakah lisan yang telah dilontarkan ini akan dilaksanakan?
Lisan yang disaksikan oleh Allah dan malaikat-malaikatNya. Semoga saja
Indonesia ini tak hancur dalam rezim pemerintahan presiden sekarang. Allah akan
memenangkan orang yang adil atau tunggu saja kehancuran seperti Italia di zaman
Lenin, Jerman di zaman Hitler, dan pemimpin-pemimpin bodoh lainnya. Jangan
sampai Indonesia hanya tinggal sejarah sehingga musnahlah NKRI tercinta ini.
Puisi buat pemerintah kita.
INI INDONESIA?
Inilah negeri kita,
negeri yang katanya negara hukum
Inilah negeri kita,
negeri yang katanya rakyatnya hidup rukun
Inilah negeri kita,
negeri yang katanya pembangunan prioritas utama
Inilah negeri kita,
negeri yang katanya negara bersih
Inilah negeri kita,
negeri yang katanya pepohonan bisa tumbuh dengan damai
Apakah ini negeri kita,
Di saat melecehkan ideologi dianggap biasa?
Di saat melecehkan ideologi dianggap biasa?
Apakah ini negeri kita,
Di saat rakyat kecil berbicara para pemimpin bungkam?
Di saat rakyat kecil berbicara para pemimpin bungkam?
Apakah ini negeri kita,
Di saat rakyat butuh presiden, ia malah keluyuran keluar rumah?
Di saat rakyat butuh presiden, ia malah keluyuran keluar rumah?
Apakah ini negeri kita,
Agama bukanlah hal yang mutlak?
Agama bukanlah hal yang mutlak?
Aku sudah tak mengenal
negeriku
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment