Wednesday, 30 November 2016

4 Hal yang Dilakukan oleh Anak-anak untuk tetap kreatif



Sebagai seorang karyawan, seringkali kita merasa lelah dalam bekerja, dan membutuhkan waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan energi yang terkuras dalam pekerjaan, Dan kadang dalam pekerjaan  kita seperti kehabisan ide untuk terus maju dan berekmbang dalam ruang lingkup organisasi tempat kita bernaung.

Namun penemuan ilmiah menjelaskan bahwa kita dapat belajar dari seorang anak usia 5 tahun tentang bagaimana menghadapi tugas atau tantangan yang menuntut kraetifitas, maka seorang anak akan lebih sukses dalam menyelesaikan tantangan tersebut.

Apa saja yang menjadikan seorang anak dapat terus mengembangakn pikiran kreatifnnya? Berikut adalah 4 poin yang mempengaruhi eadaan tersebut

1. Coba, Gagal dan Coba lagi.

Pada sebuah percobaan memuat menara dari stik sisa makanan, kelpompok anak-anak mampu membuat sebuah gedung yang lebih tinggi dari pada para pesaingnya, yaitu berani mencoba, sementara grup mahasiswa bisnis membuat bangunan paling rendah. Anak tidak sibuk membuat perencanaan tentang apa yang akan mereka buat. Lakukan saja, jika gagal, perbaiki, kemudian ulang lagi prosesnya.

Jika dihubungkan kepada realita hari ini, berapa dari kita yang berani mecoba berbagai opsi yang tersedia dengan cara mencoba yang paling sedikit beresiko.

2. Berpikir diluar logika

Seorang anak secara akan berpikir diluar logika, dan berpikir secara berbeda dari kenyataan yang mereka hadapi saat ini. Seorang anak akan seringkali berpikir “out of the box”, yang mana ide yang dihasilkannya cenderung fresh dan berbeda. Hanya sedikit sekali orang dewasa yang mampu memiliki pemikiran yang berbeda seperti ini.

Membiasakan berpikir diluar kebiasaan dan tidak menggunakan filter realita hari ini mampu menjadikan kita lebih kreatif seperti anak.
3. Bertanya “kenapa” tiada henti
Seorang anak jika merasa ingi tahu aka sebuah hal biasanya akan terus menerus mengajukan pertanyaan, kenapa tiada henti kepada kita, yang kadang kita sendiri kewalahan untuk menjawab pertanyaan yang tidak utus-putus seperti itu. Pertanyaan yang diajukan pun seringkali adalah pertanyaan mendasar tentang hal-hal kecil, seperti “kenapa kaki ayah ada rambutnya?” sebuah jawaba yang tidak memuaskan akan mendorong anak untuk terus membuat pertanyaan yang akan memuaskan perasaan ingin tahunya akan sesuatu.
Dalam hidup ini, seberapa sering kita mengajukan pertanyaan yang berusaha mengungkap keingintahuan kita terhadap suatu hal. Anak berusaha untuk memahami apa yang terjadi, bukan hanya mencari jawaban yang bersifat kulit terluar dari sebuah permasalahan. Mereka ingin masuk hingga kedalam inti dari pertanyaan tersebut sehingga mereka bisa memahami maksud dari pertayaan mereka.
 4. Optimis terhadap ambiguitas
Orang dewasa dapat belajar dari anak menghadapi ambiguitas yang sering mereka hadapi dalam kehidupan, sehari-hari. Orang dewasa jika dihadapkan pada rencana besar, cenderung akan berkata “ini tidak sesuai dengan saya” atau “biayanya terlalu besar”. Sementara seorang anak tidak perlu memikiran berdasarkan kenyataan saat ini. Mereka optimis terhada keadaan saat ini dan berusaha mengeluarkan ide-ide terbaik. Sebuah museum kaca memiiki sebuah program desain anak, dimana anak usia dibawah 12 tahun dapat mengikuti program tersebut dam memberikan ide tentang apa yang dapat dilakukan pada kaca. Hasilnya banyak ide baru yang dapat diaplikasikan dan menjadi aset museum tersebut berkat ide dari anak.
Optimislah terhadap kenyataan dan realita hari ini, dan memikirkan ide terbaik yang kadang diluar nalar mampu menjadi solusi atas sebuah permasalahan yang mungkin kita hadapi hari ini. Bergabunglah bersama anak dan dengarka ide-ide kreatif dari mereka dan kita belajar berpikir kreatif seperti halnya yang mereka lakukan.


Source

No comments:

Post a Comment