Sebagai
seorang karyawan, seringkali kita merasa lelah dalam bekerja, dan membutuhkan
waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan energi yang terkuras dalam
pekerjaan, Dan kadang dalam pekerjaan kita seperti kehabisan ide untuk
terus maju dan berekmbang dalam ruang lingkup organisasi tempat kita bernaung.
Namun
penemuan ilmiah menjelaskan bahwa kita dapat belajar dari seorang anak usia 5
tahun tentang bagaimana menghadapi tugas atau tantangan yang menuntut
kraetifitas, maka seorang anak akan lebih sukses dalam menyelesaikan tantangan
tersebut.
Apa saja
yang menjadikan seorang anak dapat terus mengembangakn pikiran kreatifnnya?
Berikut adalah 4 poin yang mempengaruhi eadaan tersebut
1. Coba,
Gagal dan Coba lagi.
Pada
sebuah percobaan memuat menara dari stik sisa makanan, kelpompok anak-anak
mampu membuat sebuah gedung yang lebih tinggi dari pada para pesaingnya, yaitu
berani mencoba, sementara grup mahasiswa bisnis membuat bangunan paling rendah.
Anak tidak sibuk membuat perencanaan tentang apa yang akan mereka buat. Lakukan
saja, jika gagal, perbaiki, kemudian ulang lagi prosesnya.
Jika
dihubungkan kepada realita hari ini, berapa dari kita yang berani mecoba
berbagai opsi yang tersedia dengan cara mencoba yang paling sedikit beresiko.
2. Berpikir
diluar logika
Seorang
anak secara akan berpikir diluar logika, dan berpikir secara berbeda dari
kenyataan yang mereka hadapi saat ini. Seorang anak akan seringkali berpikir “out
of the box”, yang mana ide yang dihasilkannya cenderung fresh dan berbeda. Hanya
sedikit sekali orang dewasa yang mampu memiliki pemikiran yang berbeda seperti
ini.
Membiasakan
berpikir diluar kebiasaan dan tidak menggunakan filter realita hari ini mampu
menjadikan kita lebih kreatif seperti anak.
3. Bertanya “kenapa” tiada henti
Seorang anak jika merasa ingi tahu aka sebuah hal
biasanya akan terus menerus mengajukan pertanyaan, kenapa tiada henti kepada
kita, yang kadang kita sendiri kewalahan untuk menjawab pertanyaan yang tidak
utus-putus seperti itu. Pertanyaan yang diajukan pun seringkali adalah
pertanyaan mendasar tentang hal-hal kecil, seperti “kenapa kaki ayah ada
rambutnya?” sebuah jawaba yang tidak memuaskan akan mendorong anak untuk terus
membuat pertanyaan yang akan memuaskan perasaan ingin tahunya akan sesuatu.
Dalam hidup ini, seberapa sering kita mengajukan
pertanyaan yang berusaha mengungkap keingintahuan kita terhadap suatu hal. Anak
berusaha untuk memahami apa yang terjadi, bukan hanya mencari jawaban yang
bersifat kulit terluar dari sebuah permasalahan. Mereka ingin masuk hingga
kedalam inti dari pertanyaan tersebut sehingga mereka bisa memahami maksud dari
pertayaan mereka.
4. Optimis terhadap ambiguitas
Orang dewasa dapat belajar dari anak menghadapi
ambiguitas yang sering mereka hadapi dalam kehidupan, sehari-hari. Orang dewasa
jika dihadapkan pada rencana besar, cenderung akan berkata “ini tidak sesuai
dengan saya” atau “biayanya terlalu besar”. Sementara seorang anak tidak perlu
memikiran berdasarkan kenyataan saat ini. Mereka optimis terhada keadaan saat
ini dan berusaha mengeluarkan ide-ide terbaik. Sebuah museum kaca memiiki
sebuah program desain anak, dimana anak usia dibawah 12 tahun dapat mengikuti
program tersebut dam memberikan ide tentang apa yang dapat dilakukan pada kaca.
Hasilnya banyak ide baru yang dapat diaplikasikan dan menjadi aset museum
tersebut berkat ide dari anak.
Optimislah terhadap kenyataan dan realita hari ini,
dan memikirkan ide terbaik yang kadang diluar nalar mampu menjadi solusi atas
sebuah permasalahan yang mungkin kita hadapi hari ini. Bergabunglah bersama
anak dan dengarka ide-ide kreatif dari mereka dan kita belajar berpikir kreatif
seperti halnya yang mereka lakukan.Source
No comments:
Post a Comment