Oleh : Ali Usman
Pemuda-pemuda kami tumbuh kembang
Sesuai dengan pembiasaan bapaknya
Anak muda tidaklah beragama berdasarkan
otaknya
Orang-orang terdekatlah yang membentuk
cara beragamanya
(Abul A'la)
Dunia pendidikan sangat berperan dalam
membentuk akhlak dan karakter anak didiknya. Tentulah ini peran yang dipikul
oleh seorang pendidik. Pendidik sekarang disebut dengan pengasuh, musyrif,
musyrifah, murabby, dan murabbiyah. Apa pun sebutannya semuanya adalah guru.
Guru itu adalah figur yang digugu dan ditiru. Seperti yang diisyaratkan oleh
Imam .-Ghazali bahwa anak kecil dalam hal ini anak didik siap menerima segala
ukiran dan akan cenderung kepada setiap yang diucapkan.
Oleh karena itu, jika mengajari dan
membiasakan anak-anak didik kita dengan kebaikan maka mereka akan tumbuh dengan
kebaikan itu. Mereka akan bahagia di dunia dan akhirat. Kita jugs akan bahagia
bersama mereka, insya Allah. Namun, jika kita mengabaikan mereka sebagaimana
binatang maka mereka akan celaka dan binasa. Kita pun akan turut celaka bersama
mereka. Kita akan menanggung dosa akibat melalaikan tanggung jawab dan
kewajiban kita terhadap mereka (Dimas, 2005:vii)
Agar hal di atas tidak terjadi, perlu
menghadirkan rasa tanggung jawab kita sebagai guru yang terus selalu bertekad
untuk jadi terbaik dan teladan. Itulah sejatinya guru siap digugu dan ditiru.
Begitu juga kita sebagai guru perlu menghadirkan sikap wibawa. Karena dengan
kewibawaan ini maka seorang guru itu benar-benar jadi pelita di dalam kegelapan
dan penyejuk hati dikala gundah karena diterangi oleh nur Allah.
Berikut ada 5 cara menghadirkan
kewibawaan seorang guru menurut Prof. Jufri :
1. Berikan kasih sayang dan kelembutan
Kasih sayang itu adalah fitrah manusia
yang suci. Rasa ini akan hadir jika kita sudah mencintai anak didik kita dengan
sepenuh hati. Adalah hikmah itu hanya sampai ke hati anak-anak dengan
kelembutan yang dibingkai dengan ketegasan, konsisten, dan keteladanan. Dengan
keyakinan bahwa berapa banyak kebaikan yang kita berikan sebanyak itu pulalah
tangan-tangan mereka menggiring kita ke firdaus-Nya. Jika banyak keburukan yang
kita berikan seperti pembiaran, cuek, dan tida peduli, mengajar apa adanya dan
tidak amanah, maka bersiaplah kita ditarik oleh tangan-tangan mereka ke dalam
neraka jahannam.
2. Berikan perhatian
Sikap perhatian ini hadir ketika rasa
tanggung jawab dan kepedulian telah menyatu dengan kita. Sikap ini butuh
kesadaran hati kita untuk mereguk nikmat dahsyatnya berlelah-lelah dalam
memberikan perhatian. Dengan demikian, sikap ini mengantarkan anak didik kita
kepada sikap empati dan menghargai orang lain.
3. Berikan pengakuan
Sikap ini yang sering jarang dirasakan
oleh anak didik kita. Hal ini dikalahkan oleh keegoan seorang guru. Padahal
setiap anak didik itu sangat butuh dan rindu pengakuan atas rasa penerimaan
terhadap kondisinya sehingga akan hadir sikap percaya diri dan rasa bangga
mereka menjadi anak didik kita.
4. Berikan penguatan
Setiap anak didik kita haus penguatan
dari kita. Berikanlah penguatan dengan ikhlas. Apalagi jika ada anak didik kita
lemah dan minder. Maka perlu sekali sikap ini kita berikan agar muncul karakter
suka menolong dan peduli.
5. Berikan TTM (tindakan tegas dan
mendidik)
Sikap TTM ini sangatlah penting kita
berikan. Barometer anak didik sering mengukur komitmen kita dalam menyikapi
tingkah laku mereka. Tindakan tegas dan mendidik mampu menepis remehan mereka.
Tanpa kita sadari komitmen yang kita bangun menghadirkan wibawa kita dalam
mendidik mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat
kita simpulkan bahwa perlu guru terus belajar memahami hakikat kemuliaan
profesi kita. Dengan menghadirkan sikap kasih sayang, kelembutan, perhatian,
pengakuan, penguatan, dan tindakan tegas yang mendidik dalam bingkai keikhlasan
dan mengharap ridho Allah mampu menghadirkan kewibawaan kita di mata anak didik
kita. Semoga Allah jadikan mereka generasi emas yang berkah demi kejayaan
peradaban Islam. Aamiin.
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
masya Allah
ReplyDelete