Oktarizal Fiardi
1.
Kenapa dada RasuluLlah Saw. terasa
sesak dan sempit?
Ketika seseorang punya keinginan dan cita-cita,
kemudian tiba-tiba dia menemukan dinding penghalang untuk mewujudkan keinginan
dan cita-citanya. Maka, saat itu juga dadanya akan terasa sempit dan sesak.
Ketika dinding penghalang itu roboh, maka dadanya akan terasa begitu lapang. Jiwanya
akan tenang. Hatinya akan senang. Perasaannya pun akan riang.
RasuluLlah Saw.
begitu sedih melihat kondisi umat manusia yang terombang-ambing dalam
kesesatan dan jauh dari petunjuk kebenaran. Dadanya terasa sesak membayangkan umat manusia yang berada
di ambang kebinasaan jika mereka jauh dari hidayah. Bagaimana menyelamatkan
umat manusia? Bagaimana agar cahaya hidayah bisa menerangi mereka?
Pertanyaan-pertanyaan ini selalu terlintas dalam hati beliau. Menjadi beban
berat di pundaknya.Hal ini membuat dadanya terasa sempit dan sesak.
Menjadi kemestian bagi seorang da’i untuk selalu berdialog
dengan jiwanya seraya bertanya, “Apa yang menjadi beban pikiran saya?” “Apa
yang membuat saya sedih?” dan “Apa yang membuat dada saya terasa sesak lagi
sempit?”
Ketika melihat Shalahuddin al Ayubi selalu dalam
keadaan muram dan tidak pernah tersenyum, salah seorang prajuritnya bertanya,
“KenapaKamutidak pernah tertawa?” Shalahuddin al Ayubi menjawab, “Bagaimana
mungkin saya bisa tertawa sementara al Quds masih dijajah oleh Nasrani.”
2.
Allah Swt. telah melapangkan dada
RasuluLlah Saw.
Allah Swt. telah memberikan perasaan damai kepada
Nabi Saw.. Allah Swt. telah lapangkan dadanya dengan cahaya hidayah. Allah Swt.
telah anugerahkan ketenteraman hati sehingga segala sesuatu terasa mudah
baginya.
Ketenangan hati dan kelapangan dada adalah salah
satu kunci utama untuk mewujudkan kesuksesan dakwah. Beban berat dakwah hanya
akan mampu dipikul oleh para da’i yang berhati lapang. Sementara, mereka yang
berhati sempit biasanya akan berguguran di jalan dakwah.
Ketika mendapat perintah berdakwah, dalam munajatnya
Nabi Musa a.s berdoa dengan penuh harap, "Ya Tuhanku, lapangkanlah
untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku.” (Thaha: 25-26)
3.
Ilmu yang bermanfaat akan
melapangkan dada
Harta, jabatan dan anak tidak akan pernah menjadi
penyebab hati seseorang merasa tenang dan tenteram. Justru sebaliknya. Harta,
jabatan dan anak bisa menjadi penyebab kesedihan dan kegelisahan. Seorang yang
punya harta pasti khawatir hartanya akan berkurang dan hilang. Pejabat takut
akan dicopot dari jabatannya. Orang tua merasa cemas jika anaknya sakit atau
tertimpa musibah.
Ketenangan dan ketenteraman hati akan diraih oleh
mereka yang berilmu. Tidak semua ilmu yang akan mengantarkan seseorang meraih
ketanangan. Seseorang yang berilmu tidak akan tenang jika ilmunya diniatkan
untuk mengejar popularitas. Ilmu yang diniatkan untuk mendapatkan jabatan juga
tidak akan mendatangkan kedamaian.
Hanya ilmu bermanfaat yang bisa memberikan
ketenangan hati kepada pemilknya. Ilmu yang mengenalkan pemiliknya dengan sang
Khalik. Ilmu yang menghadirkan rasa takut dan selalu merasa berada dalam
pengawasan Allah. Ilmu yang menyucikan jiwa dan menghiasi pemilknya dengan
akhlak terpuji.
4.
Sikap lapang dada RasuluLlah Saw.
Sebagai pribadi mulia yang yang dihiasi dengan
kesempurnaan akhlak, RasulLlah Saw. telah memberikan keteladanan kepada umatnya
untuk bisa menyikapi segala sesuatu dengan lapang dada. Berikut ini contoh
sikap lapang dada RasuluLlah Saw.;
Bersabar menghadapi para penentang
dakwah
Dalam salah satu kesempatan di perang Uhud, ketika
gigi RasuluLlah Saw. patah dan wajahnya terluka, beliau berdoa, “Ya Allah,
ampunilah kaumku. Sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Doa ini menjadi bukti nyata betapa lapang dadanya
RasuluLllah Saw. Meskipun sudah disakiti dan wajahnya sampai terluka, beliau
masih tetap mendoakan hidayah untuk mereka yang menentang dakwahnya.
Kepada penentang dakwah saja kasih sayang beliau
sungguh luar biasa. Apalagi kepada orang-orang beriman.
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang
rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami,
dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan
dan penyayang terhadap orang-orang beriman.” (QS. At Taubah:
128)
Bersabar terhadap perilaku pendukung
dakwah
Seusai perang Hunain, RasuluLlah Saw. membagikan
rampasan perang kepada beberapa tokoh Mekah yang baru masuk Islam. Beliau
berharap agar pemberian ini bisa mengokohkan hati mereka dalam Islam.
Menyaksikan pembagian ini, sahabat Anshar merasa cemburu dan
terpinggirkan. Di antara mereka ada yang melontarkan ucapan, “RasuluLlah Saw.
telah bertemu dengan kaumnya.”
Mendengar perkataan sahabat Anshar, RasuluLlah Saw.
mengumpulkan mereka dan berkata, “Sungguh demi Allah, seandainya kalian mau,
kalian dapat mengatakan kepadaku, dan perkataan kalian benar adanya. Kalian
bisa mengatakan, ‘Engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan, lalu kami
membenarkanmu. Engkau datang kepada kami dalam keadaan terabaikan, lalu kami
menolongmu. Engkau datang kepada kami dalam keadaan menderita, lalu kami
menampungmu. Dan engkau datang kepada kami dalam keadaan sengsara, lalu kami
membantumu.’”
Selanjutnya RasuluLlah Saw. mengatakan, “Wahai
sahabat Anshar, apakah kalian tidak rela bila orang lain pergi membawa kambing
dan unta, sedangkan kalian pulang membawa Rasulullah?”
RasuluLlah Saw. melanjutkan, “Demi zat yang jiwaku
di tangan-Nya, seandainya tidak ada hijrah niscaya saya adalah salah seorang
dari kaum Anshar. Seandainya seluruh manusia menempuh jalan di suatu lereng
bukit dan kaum Anshar menempuh jalan di lereng bukit yang lain, saya akan lewat
di lereng bukit bersama orang-orang Anshar. Ya Allah, rahmatilah sahabat
Anshar, anak-anak, dan cucu-cucu mereka.”
Demi mendengar itu semua, menangislah mereka hingga
jenggot mereka basah dengan air mata. Di antara sedu-sedan itu mereka berkata,
“Kami rela mendapat bagian RasuluLlah Saw!”
Bersabar terhadap perilaku orang jahil
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., “Pada suatu
ketika aku berjalan bersama-sama RasuluLlahSaw. Saat itu, beliau memakai
selendang buatan Najran yang tebal pinggirnya. Tiba-tiba seorang Arab badui
mendapatkan beliau, lalu ditariknya selendang Nabi tersebut sekuat-kuatnya,
sehingga kulihat selendang tersebut membekas di leher RasuluLlahSaw. karena
kuatnya tarikan. Kemudian orang tersebut berkata, “Wahai Muhammad,
perintahkanlah kepada bendahara Tuan agar memberikan harta yang ada dalam
pengawasan Tuan kepadaku.” RasuluLlahSaw. menoleh kepada orang itu sambil
tertawa. Kemudian diperintahkanlah oleh beliau agar orang itu diberi sedekah.”
Bersambung...
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment