Monday 29 February 2016

Guruku, Berilah Inspirasimu




Oleh : Ali Usman

“Jika Anda ingin tidak dilupakan orang segera setelah meninggal dunia, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang layak diabadikan.”
(Franklin)


Guru memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Guru tidak sekedar dituntut memiliki kemampuan mentransformasikan pengetahuan, pengalamannya, dan memberikan tauladan, tetapi juga diharapkan mampu menginspirasi anak didiknya agar mereka dapat mengembangkan potensi diri dan memiliki akhlak yang baik.
Guru inspiratif bukanlah sekedar berkompeten sesuai dengan akademiknya, mampu mengajar di depan kelas, membuats oal-soal, dan menentukan kelulusan siswa. Guru inspiratif harus memiliki kepribadian yang menarik sehingga dapat menstimulasi siswa untuk mengembangkan potensi diri, menumbuhkan kesadaran siswa dalam meraih masa depannya, dan menjalin kehangatan interaksi antara guru dan siswa sehingga guru tidak lagi dianggap sebagai sosok angker yang menakutkan, tetapi dapat menjadi mitra belajar yang menyenangkan.
Mencermati berbagai model perkembangan institusi pendidikan terkini, maka terbentang masa yang menggugah nyali para guru untuk mengoptimalkan potensi generasi berkualitas. Guru dengan mentalitas pendidik (nurturer/educator) yang mumpuni di bidangnya, adalah tuntutan dalam dunia pendidikan. Jadi, bukan hanya menjadi dambaan lembaga sekolah. Subyek didik pun menganggapnya sebagai ‘guru favorit’.Jika demikian halnya, lalu bagaimana untuk mewujudkannya? Sudahkah Anda berpuas hati dengan prestasi sebagai guru? Bagaimana respon peserta didik saat kegiatan pembelajaran berlangsung?  Dan bagaimana hasil evaluasi organisasi?
Apapun jawaban yang Anda berikan, akan tetap memicu serta memacu diri, bahwa kita senantiasa perlu memperbaiki dan meng-ishlah-kan kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) diri. Ishlah adalah satu konsep yang sangat ditekankan dalam Islam. Orang beriman jika mempunyai pekerjaan, maka ia selalu mengerjakannya dengan professional dan amalnya dilaksanakan dengan tuntas. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani disebutkan bahwa“Sesungguhnya Allah ‘azzawajalla suka seorang hamba yang kalau dia bekerja dengan itqon (profesional, tuntas dan berstandar).”
Tips guru professional merancang strategi pembelajaran terbaik Hasan Basri (Abdul Rahman,1998) menyatakan bahwa: “Orang yang bekerja tanpa pengetahuan dan rencana, sama seperti orang yang berjalan meraba-raba di jalanraya yang terbentang. Orang yang bekerja tanpa tujuan, lebih banyak merusak daripada membangun.”Program pembelajaran sangat penting dipersiapkan serta diaplikasikan sesuai kondisi di lapangan. Agar pola mengajar dapat terarah, maka perlu mencatat peristiwa harian, misalnya: tugas, ulangan, laporan, dan seterusnya. 
Sebuah tindakan akan menghasilkan produk yang berkualitas jika dipersiapkan secara optimal. Agar menjadi siswa terdidik, berakhlak mulia dan unggul, maka perlu dibiasakan untuk merencanakan segala pekerjaan yang akan dilakukan. Mempersiapkan faktor internal peserta didik dengan menyalakan ‘nyali’ lebih awa ladalah hal yang sangat diutamakan. Sebelum menanam, lihat dulu lahannya. Menurut Rasulullah, ada tiga tipe lahan dalam hal ini anak didik kita. Pertama “laqiyatun” – suci dan baik mudah menerima kucuran dan limpahan air. Kedua “ajadib” – tanaman tidak bias tumbuh, namun bermanfaat bagi yang lain. Dan ketiga adalah “qi’anun” bak padang pasir. 
Jernihkan visi dan peran sebagai guru! Apakah yang melatar belakangi guru bertindak?  Guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik karakter. Strateginya? Mempraktikkan pembelajaran kolaboratif, menumbuhkan kejujuran akademis, mengembangkan sekolah sebagai komunitas belajar profesional, membangkitkan kultur kemandirian yang bertanggung jawab. Jadi, mengedepankan perubahan paradigm sebagai guru profesional. Pada tataran teknis guru berperan sebagai pengajar dengan tugas utama mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai peserta didik pada satuan pendidikan tertentu.
Apa saja yang dipertontonkan guru kepada para siswanya adalah termasuk proses pendidikan. Mereka akan merekam sedemikian rupa segala peristiwa yang ada di sekelilingnya. Hakikat anak didik menurut Al-Ghazali merupakan anak yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan sesuai fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan serta pengarahan dari pendidik secara konsisten menujutitik yang optimal berdasarkan potensi fitrahnya Karena kemampuan anak didik sangat ditentukan oleh usia dan perkembangannya. 
Sulit menyebut siswa bodoh, yang ada adalah guru belum maksimal dalam mengajar! Dengan proses sedemikian rupa, sesuatu yang sederhana menjadi luar biasa! Barang yang kelihatan murah akan menjadi sangat tinggi nilainya jika isi dan kemasannya hebat. Pohong (ubikayu) misalnya, hanya barang lokal jika dikemas dengan teknologi modern bias menjadi seribu macam produk yang bernuansa global. Ingat lagi kondisi peserta didik! Refleksi! Dengan mengkaji kelemahan dan kekuatan dalam menjalankan proses pembelajaran guru berhadapan dengan anak didik yang unik, beraneka ragam intelegensinya, kekuatan daya pikir dan nalarnya serta kecenderungannya. Multi karakter anak didik, akan menjadikan bahan bagi guru untuk ‘menanaknya’ sedemikian rupa. Mereka sedang mengalami proses perkembangan. Oleh karena itu, mereka membutuhkan bimbingan, arahan, teladan secara konsisten kearah titik yang optimal sesuai fitrahnya. Guru sebagai apa? Guru sebagai da’i, trainer, dan motivator yang mendorong anak didik berakhlak mulia dan cendekia menuju peradaban yang gemilang. Guruku…! Tebarkanlah inspirasimu!


Image Source


Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment