Oleh : Paramudika Handayani
Itsar secara umum adalah mengutamakan orang lain daripada diri
sendiri selain perkara ibadah. Sifat yang sangat mulia bahkan dalam beberapa
kesempatan sering kita dengar itsar menempati posisi pertama dalam tingkatan
ukhuwah. Wajar memang, jika kita baca kembali sabda Rasulullah “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu
mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim).
Seringkali kita
dibuat terhenyak, merinding tak karuan tatkala dibacakan kembali kisah tentang
itsarnya para sahabat, yang itsarnya takkan mampu kita samai. Seperti
diceritakan tiga sahabat yang terluka pada perang Yarmuk, Suhail bin Amr,
Ikrimah bin Abu Jahal, dan Al Harits bin Hisyam. Ketika salah satu dari mereka
akan diberi minum, sedang mereka dalam keadaan kritis, dia berkata “berikan
dahulu kepada si fulan”.
Begitu seterusnya hingga ketiganya syahid dalam
keadaan belum sempat meminum seteguk air. Itu salah satu dari sekian banyak
contoh itsarnya para sahabat. Begitulah akhklak dari generasi terbaik sepanjang
masa yang ditarbiyahi langsung oleh Rasulullah SAW. Ada teladan dari tiap gerak
mereka, kemudian terus dihadirkan dalam tiap kajian oleh para Ustadz kita hari
ini, agar teladan itu tetap kita ikuti, agar perkembangan zaman tak ikut
mengikis akhlak dan moral ini.
Setelah
hitungan tahun beraktivitas dengan beragam tipe manusia, sepatutnya kita sudah berkaca
diri sudahkah itsar itu ada pada kita? Meski hanya meminjamkan barang yang
dibutuhkan teman. Walau hanya memberikan tempat duduk untuk ibu-ibu yang sedang
berdiri. Sungguh, meski takkan pernah menyamai itsarnya para sahabat setidaknya
dari mereka, para syahid, menjadikan cinta kita pada saudara seiman mulai
tumbuh sedari kini dari hal yang sederhana hingga hal yang kompleks sekalipun.
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment