Oktarizal Fiardi
Usia yang terus
bertambah tidak selalu seiring dengan semangat untuk menambah ketaatan. Banyak
orang yang sudah tua, semua rambut pun sudah putih, tapi ketaatannya tak
kunjung bertambah. Stagnan. Berjalan di tempat. Yang lebih memilukan dan
menyayat hati, usianya bertambah tapi ketaatannya menurun dan terjun bebas.
Ujung-ujungnya meninggal dalam keadaan malas beribadah. Na’udzubiLlah!
Sebaliknya, usia muda
juga tidak bisa selalu identik dengan malas-malasan dalam ketaatan. Ada banyak
pemuda yang semangat ketaatannya mengalahkan orang tua. Tidak hanya pemuda di
zaman dahulu yang semangat ketaatannya menggebu. Pemuda zaman sekarang juga tak
mau kalah. Mereka ingin menyaingi generasi pendahulu dalam hal ketaatan kepada
Rabb. Mereka ingin ikut serta dalam perlombaan menggapai surga. Ingin masuk ke
dalam daftar rombongan pertama yang menginjakkan kaki di surga.Yel-yelmereka
sama persis dengan ucapan Nabi Musaas. ketika datang menghadap Allah, “...Saya
bersegera menuju Engkau wahai Rabb-ku agar Engkau ridho kepadaku.” (QS.
Thaha:84)
Dalam sabdanya,
RasuluLllah Saw. memberikan kabar gembira, salah satu dari tujuh golongan yang
akan mendapatkan naungan tatkala tak ada lagi naungan adalah pemuda yang tumbuh
dan berkembang dalam suasana ketaatan.
Sebut saja namanya, Zaim.
Salah seorang siswa di Perguruan Islam Ar Risalah. Belum bisa disebut sebagai
seorang pemuda. Mungkin lebih layak disebut remaja. Kalau ingin lebih pas lagi,
sepertinya sangat tepat jika disebut anak-anak. Masih kelas VIII SMP. Usia baru
tiga belas tahun, sepertinya belum baligh. Karena masih belum baligh makanya
dia lebih pantas disebut anak-anak ketimbang remaja.
Zaim, merupakan salah
satu potret siswa yang selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam
ketaatan. Khususnya shalat jama’ah. Tidak hanya sekedar selalu shalat jama’ah
lima waktu di mesjid. Lebih dari itu, dalam setiap shalat berjama’ah dia selalu
berada di saf pertama. Hampir tidak pernah nama Zaim absen dalam daftar nama penghuni
saf pertama masjid Madinatu ar Risalah.
Bagi sebagian orang,
shalat Subuh tentu terasa begitu berat. Ada rasa kantuk yang harus dilawan. Ada
selimut tebal yang begitu berat untuk disingkirkan.Ada ranjang empuk yang susah
untuk ditinggalkan. Ada himpitan rasa lelah karena beraktifitas seharian penuh.
Belum lagi, terkadang cuaca dingin di waktu subuh menebar aroma kamalasan.
Tidak demikian bagi Zaim,
baginya shalat subuh bukanlah musuh yang harus ditakuti. Dia sudah bersahabat
akrab dengan yang namanya shalat subuh. Segala rintangan yang menghadang untuk
shalat subuh berjama’ah, semuanya sudah disingkirkan. Sebelum azan subuh
berkumandang, biasanya dia sudah selalu berada di masjid. Meskipun terkadang
dalam beberapa kesempatan, sembari menunggu azan dia tertunduk dalam keadaaan
terkantuk. Dan ini hanya sebagai pesan penuh makna, dia ingin menjadi hamba
Allah yang patuh dalalm kondisi apapun. Sudah berada di masjid sebelum ada
seruan dari muazzin. Berbeda dengan kebanyakan orang, sudah dipanggil pun kadang
tidak mau datang.
Semangat mengejar saf
pertama dalam diri Zaim, mengingatkan kita kepada generasi salaf yang memilki
semangat mengejar saf pertama tak tertandingi.
Waki’ bin Al Jarroh rahimahuLlah
pernah bertutur tentang al A’masy, “al A’masy selama kurang lebih 70 tahun
tidak pernah luput dari takbiratul ihram.”
Al Qadhi Taqiyuddin
Sulaiman bin Hamzah Al Maqdisi rahimahuLlah juga pernah berkisah perihal
dirinya, “Aku tidak pernah shalat fardhu sendirian kecuali dua kali. Dan ketika
aku shalat fardhu sendirian, aku merasa seakan-akan aku tidak shalat.”
Dalam salah satu
pesannya, Imam Hasan al Banna mewasiatkan, “Bersegeralah untuk melakukan shalat
apabila mendengar adzan walau bagaimanapun keadaan engkau.”
Dalam firman-Nya, Allah
menyanjung tinggi mereka yang tidak terlena dengan bujuk rayu dunia untuk
menghadap Sang Khalik, “Orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah, mendirikan shalat dan
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang
ketika itu hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS. An Nur:37)
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment