Tuesday 29 March 2016

Dosa yang Mengundang Petaka




Oktarizal Fiardi

Dalam perjalanan menuju Uhud, Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafik Madinah berhasil menghasut kurang lebih 300 orang pasukan agar tidak ikut serta dalam perang Uhud. Pasukan yang semula berjumlah 1.000 orang kini hanya tersisa 700 orang. 


Sejarah mencatat, mundurnya 300 pasukan atas hasutan Abdullah bin Ubay bin Salul sama sekali tidak mempengaruhi kemampuan bertempur kaum muslimin. Di permulaan perang, tetap saja kaum muslimin yang kalah dalam jumlah pasukan, mampu memporakporandakan barisan musuh yang jumlahnya tiga kali lebih banyak. Bahkan, kaum wanita musyrikin yang dikomandoi Hindun binti“Utbah, istrinya Abu Sufyan lari terbirit-birit.
*****
Ceritanya jadi berbeda,ketika pasukan pemanah yang diberi amanah untuk menjadi benteng bagian belakang kaum mulsimin melanggar titah Sang Nabi. Mereka diperintah agar tetap berada di Uhud dalam kondisi apapun. Apapun yang terjadi mereka tak boleh beranjak meninggalkan Uhud.

Namun apa daya, tatkala melihat kemilau harta rampasan perang di medan tempur, mereka lupa akan tugas utamanya; menjaga benteng bagian belakang kaum muslimin agar tak ditembus musuh. Bukit  Uhud mereka tinggalkan tanpa penjaga.

Disinilah petaka itu bermula. Khalid bin Walid sebagai panglima kaum musyrikin membaca peluang ini dengan sangat jeli. Pasukannya yang hampir kalah dibawa memutar ke bagian belakang Uhud yang tak lagi berpenjaga. Serangan besar-besaran dimulai. Kemenangan kaum muslimin yang sudah di depan mata melayang entah kemana.

Kesalahan pasukan pemanah mewariskan duka yang tiada terhingga bagi kaum muslimin. Sang Rasul, dari wajahnya yang mulia mengalir darah dan gigi gerahamnya ikut patah. Singa Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib kehilangan nyawa, perutnya dibelah dan hatinya dikunyah-kunyah Hindun tanpa rasa iba. Thalhah bin Ubaidillah, Sang Syahid yang Berjalan di Bumi di tubuhnya ada tujuh puluh lebih bekas luka. Dan tujuh puluh sahabat terbaik meraih predikat sebagai syuhada’.

Sungguh sebuah duka yang penuh nestapa!
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 152)
*****
* Sedikitnya jumlah pasukan dan keterbatasan perlengkapan perang seringkali tidak mempengaruhi hasil akhir sebuah pertempuran. Bukan dari sini kekalahan bermula. Maksiat dan dosa pasukan biasanya menjadi awal mula pemancing datangnya petaka dan kekalahan. Makanya, tak mengherankan, setiap kali mengirim pasukan, Umar selalu berwasiat agar seluruh prajurit benar-benar menjaga dan menjauhkan diri dari dosa dan maksiat. Umar sangat menyadari, jika pasukan kaum muslimin sama saja dengan musuhnya dalam hal maksiat, sementara musuh unggul dalam jumlah dan perlengkapan. Tentu saja dengan keunggulan jumlah pasukan dan sarana, mereka akan mudah mengalahkan pasukan kaum muslimin. 

* Ketika berjuang dalam bingkai jama’ah, kesalahan yang dilakukan individu atau segelintir orang tidak hanya berefek kepada mereka yang berbuat. Lebih dari itu, efeknya bisa menjalar ke individu lain atau bahkan kepada jama’ah secara keseluruhan. Jangan sampai dosa dan maksiat yang kita perbuat menyebabkan kekuatan shaf menjadi rapuh, umat kehilangan wibawa dan harga diri, sehingga kemenangan yang diimpikan pun tak kunjung datang.  



Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment