By. Devila Indrayenti
Saya awali kisah ini dengan mengenang jasa para ibu se-dunia yang luar
biasa mendidik anak-anaknya dengan penuh cinta sehingga memudahkan tangan Allah
untuk menjadikan anak - anak mereka sholih dan sholihah. Diyakini pekerjaan
mulia tersebut selalu didasari dengan cinta yang tak terhingga untuk si buah
hati.
Ketika ingat buah hati maka yang teringat adalah pekerjaan akhirat, yang apabila ikhlas sudah menjadi tujuan maka surga langsung penawaran Allah. Maka bersyukurlah, jika engkau berkecimpung dalam pekerjaan yang mulia ini.
Ketika ingat buah hati maka yang teringat adalah pekerjaan akhirat, yang apabila ikhlas sudah menjadi tujuan maka surga langsung penawaran Allah. Maka bersyukurlah, jika engkau berkecimpung dalam pekerjaan yang mulia ini.
Membina adalah perkara mulia yang sistem pahalanya bertingkat-tingkat.
Semakin besar tawaran pahalanya, tentu ujian bagi orang-orang yang terlibat
dalam pekerjaan ini juga besar. Dalam hal membina seperti apapun pekerjaannya
mendidik anak kah, mendidik siswa dll. Kita harus sudah persiapkan tameng hati,
disanalah hati akan teruji dengan rasa sakitnya membina, tenaga terkuras tanpa
hasil apa-apa, uang keluar tanpa batas. Karena sudah tabi’at dakwah seperti
itu, tabi’at dakwah salah satunya adalah jalannya terjal dan panjang, sedikit
orang yang menyukainya, sudah suatu keharusan hal tersebut kita alami di medan
ini.
Namun terkadang ada sisi yang kita lupa untuk menghadirkannya di
tengah-tengah pekerjaan mulia ini. Sisi yang terlupa itu adalah cinta. Ketika
cinta sudah ada, maka akan mudah mengendalikan semuanya. Hati yang sakit ibarat
gigitan semut yang sekejab akan hilang dan terlupakan, padahal sebelumnya
sedikit saja hati kita tersakiti oleh anak-anak mendongkol luar biasa tak
terbendung. Tenaga yang terkuras kita hitung amal, dan uang yang terkeluarkan
adalah suatu keharusan bagi kita, bukan suatu beban lagi.
Berdasarkan pengalaman saya sebagai sebagai seorang yang junior membina. Dalam hal membina, kita harus pastikan dan pahami tipe/ karakteristik mad’u (target dakwah) yang akan kita bina. Hati harus sudah bersiap dengan segala resikonya pada tahap pembinaan awal. Hati harus siap dibenci dan dimusuhi, bahkan sampai difitnah dan diadu domba harus sudah siap dengan resiko keren tersebut. Tapi inshaAllah di balik itu kita akan menikmati manisnya tarbiyah sesudah itu, sakin manisnya kita tidak bisa lagi membendung air mata bahagia menitik sendiri karena melihat keberhasilan usaha kita. Mad’u kita sudah ahli dalam hal amar ma’ruf nahi mungkar minimal bagi dirinya sendiri dan orang lain disekitarnya. Maka tunggulah onta merah dari Nya . . .
No comments:
Post a Comment