Sunday 31 January 2016

Ketenangan Yang Kita Cari





Oleh: Akhirul Hijry

Tak seorang pun yang hidup tanpa memiliki masalah. Karena sungguh, dunia adalah tempatnya diri ditempa dengan segala hal yang menyusahkan serta segala perkara yang menyulitkan. Ketika kita berhasil menyelesaikan satu permasalah, itu bukanlah akhir! Tapi justru merupakan awal dari kesulitan yang baru. Selama masih bernyawa, selama itu gelombang cobaan akan terus melanda. Demikianlah kebijaksanaan-Nya semata-mata untuk melihat siapa di antara hamba-hamba-Nya yang paling baik amalnya (Al-Mulk : 2).


Dalam menghadapi segala ujian dan permasalahan yang mendera, maka sudah menjadi fitrah manusia untuk terus memburu ketenangan dan ketentraman jiwa. Banyak yang bersenang-senang dengan harapan agar menemui ketenangan. Namun seharusnya kita harus senantiasa ingat bahwa tidak semua hal yang menyenangkan itu menenangkan! Boleh jadi kesenangan demi kesenangan yang kita kerjakan jusrtu semakin menjadikan hidup terasa sempit dan menyesakkan. Adakah? Ya, Itulah segala kesenangan yang dapat menjadikan diri lupa dengan-Nya.

Orang-orang yang mencari kepuasan pada hal-hal yang yang melalaikan dari-Nya ibarat anak kecil yang bersenang-senang dengan tanah dan lumpur. Ia merasa senang dengan apa yang dapat mengotori diri, namun ia tak tahu bahwa itu akan mendatangkan keburukan (penyakit) baginya. Maka tak bisa dijadikan pembenaran bila ada yang mengatakan bahwa segala hal yang mendatangan kesenangan dan hiburan adalah diboleh. Bersenang-senang untuk melapangkan hati memang dianjurkan. Akan tetapi ingat, menjaga kestabilan iman adalah perkara yang harus senantiasa kita prioritaskan! Karena ada kalanya dalih untuk berhibur diri menjadikan waktu habis terpakai untuk kesibukan-kesibukan tak berati. Akhirnya kita menjadi lalai, lupa diri, dan hati pun mati.

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram".
[ar Ra’d/13 : 28].

Ketika sulit, ingatlah bahwa Allah menjanjikan dua kemudahan dalam setiap kesulitan. Ketika sakit, ingatlah bahwa Allah yang Maha Pengampun hendak memberi kita waktu untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya dan beristirahat dari kesibukan dunia. Ketika lemah, ingatlah bahwa kita punya Allah yang Maha Kuat, yang Maha Kuasa. Ketika lelah, ingatlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun usaha kita (untuk kebaikan). Ketika sedih, ingatlah bahwa Allah menjanjikan kegembiraan bagi orang-orang beriman dan beramal shalih. Ketika banyak masalah, ingatlah bahwa tidak ada yang lebih banyak dari rahmat dan karunia-Nya. Ketika kehilangan, ingatlah bahwa Allah Pemilik Segalanya. Ketika mendapat musibah, ingatlah bahwa itulah cara Allah dalam menyatakan cinta-Nya pada hamba-Nya. Ketika gelisah, ingatlah pada Allah... karena hal itu akan menggantikannya dengan rasa ketentraman kebahagiaan, dan kelapangan dalam hati.

Ayat ini merupakan penegasan-Nya sekaligus peringatan-Nya. Allah mengingatkan pada orang-orang beriman bahwa kunci ketenangan hati adalah dengan ingat kepada-Nya. Dan apabila mengingat Allah adalah kunci ketenangan hati, maka melupakan-Nya (jauh dari-Nya) adalah pangkal dari segala kegundahan, keresahan, dan kegelisahan.

"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta".
[Thaha/20 : 124].

Maka sesungguhnya, kunci ketenangan hati adalah segala hal yang dapat mengingatkan kita kepada-Nya, dan kunci ketentraman jiwa adalah segala hal yang mendekatkan kita pada-Nya. Ibadah! Benar, itulah sebentuk perwujudan bahwa kita ingat pada-Nya. Ketenangan hati itu ada dalam amalan-amalan kebaikan yang kita kerjakan. Ketenangan itu ada pada dzikir yang kita lafazkan, ketenangan itu ada pada al-qur'an yang kita lantunkan, ketenangan itu ada pada harta yang kita sedekahkan, ketenangan itu ada pada ketenangan itu ada pada ketenangan itu ada pada ketenangan itu ada pada ketenangan itu ada pada nafsu yang kita tahan (puasa), ketenangan itu ada pada kebenaran yang kita dakwahkan, ketenangan itu ada pada kemahaan-Nya yang kita renungkan, dan yang paling utama, ketenangan itu ada pada bilangan rakaat yang kita dirikan. Itulah ketenangan sejati yang hanya akan kita temui dalam rukuk dan sujud yang kita persembahkan dengan penuh kepasrahan dan ketunduhkan. Ketenangan itu adalah rakaat dimana kita keluar dari pintu dunia dan mangetuk pintu-Nya untuk meluapkan segala perasaan. Ketenangan itu adalah rakaat dimana kita menjatuhkan beban yang memberatkan pundak dalam rukuk, dan kita melepaskan beban yang memberatkan kepala (fikiran) dalam sujud. Itulah ketenangan...

Sabda Rasulullah SAW.
"…dan telah dijadikan penghibur hatiku (kebahagiaanku) pada shalat".
(HR. an Nasa-i, Ahmad, dan dishahihkan oleh asy Syaikh al Albani)

No comments:

Post a Comment