Oleh: Akhirul Hijry
Tak
seorang pun yang hidup tanpa memiliki masalah. Karena sungguh, dunia adalah
tempatnya diri ditempa dengan segala hal yang menyusahkan serta segala perkara
yang menyulitkan. Ketika kita berhasil menyelesaikan satu permasalah, itu
bukanlah akhir! Tapi justru merupakan awal dari kesulitan yang baru. Selama
masih bernyawa, selama itu gelombang cobaan akan terus melanda. Demikianlah
kebijaksanaan-Nya semata-mata untuk melihat siapa di antara hamba-hamba-Nya
yang paling baik amalnya (Al-Mulk : 2).
Dalam
menghadapi segala ujian dan permasalahan yang mendera, maka sudah menjadi
fitrah manusia untuk terus memburu ketenangan dan ketentraman jiwa. Banyak yang
bersenang-senang dengan harapan agar menemui ketenangan. Namun seharusnya kita harus
senantiasa ingat bahwa tidak semua hal yang menyenangkan itu menenangkan! Boleh
jadi kesenangan demi kesenangan yang kita kerjakan jusrtu semakin menjadikan
hidup terasa sempit dan menyesakkan. Adakah? Ya, Itulah segala kesenangan yang
dapat menjadikan diri lupa dengan-Nya.
Orang-orang
yang mencari kepuasan pada hal-hal yang yang melalaikan dari-Nya ibarat anak
kecil yang bersenang-senang dengan tanah dan lumpur. Ia merasa senang dengan
apa yang dapat mengotori diri, namun ia tak tahu bahwa itu akan mendatangkan
keburukan (penyakit) baginya. Maka tak bisa dijadikan pembenaran bila ada yang
mengatakan bahwa segala hal yang mendatangan kesenangan dan hiburan adalah
diboleh. Bersenang-senang untuk melapangkan hati memang dianjurkan. Akan tetapi
ingat, menjaga kestabilan iman adalah perkara yang harus senantiasa kita
prioritaskan! Karena ada kalanya dalih untuk berhibur diri menjadikan waktu
habis terpakai untuk kesibukan-kesibukan tak berati. Akhirnya kita menjadi
lalai, lupa diri, dan hati pun mati.
"(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram".
[ar
Ra’d/13 : 28].
Ketika
sulit, ingatlah bahwa Allah menjanjikan dua kemudahan dalam setiap kesulitan.
Ketika sakit, ingatlah bahwa Allah yang Maha Pengampun hendak memberi kita
waktu untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya dan beristirahat dari kesibukan
dunia. Ketika lemah, ingatlah bahwa kita punya Allah yang Maha Kuat, yang Maha
Kuasa. Ketika lelah, ingatlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun
usaha kita (untuk kebaikan). Ketika sedih, ingatlah bahwa Allah menjanjikan
kegembiraan bagi orang-orang beriman dan beramal shalih. Ketika banyak masalah,
ingatlah bahwa tidak ada yang lebih banyak dari rahmat dan karunia-Nya. Ketika
kehilangan, ingatlah bahwa Allah Pemilik Segalanya. Ketika mendapat musibah,
ingatlah bahwa itulah cara Allah dalam menyatakan cinta-Nya pada hamba-Nya.
Ketika gelisah, ingatlah pada Allah... karena hal itu akan menggantikannya
dengan rasa ketentraman kebahagiaan, dan kelapangan dalam hati.
Ayat ini
merupakan penegasan-Nya sekaligus peringatan-Nya. Allah mengingatkan pada
orang-orang beriman bahwa kunci ketenangan hati adalah dengan ingat kepada-Nya.
Dan apabila mengingat Allah adalah kunci ketenangan hati, maka melupakan-Nya
(jauh dari-Nya) adalah pangkal dari segala kegundahan, keresahan, dan
kegelisahan.
"Dan
barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam
keadaan buta".
[Thaha/20
: 124].
Maka
sesungguhnya, kunci ketenangan hati adalah segala hal yang dapat mengingatkan
kita kepada-Nya, dan kunci ketentraman jiwa adalah segala hal yang mendekatkan
kita pada-Nya. Ibadah! Benar, itulah sebentuk perwujudan bahwa kita ingat
pada-Nya. Ketenangan hati itu ada dalam amalan-amalan kebaikan yang kita
kerjakan. Ketenangan itu ada pada dzikir yang kita lafazkan, ketenangan itu ada
pada al-qur'an yang kita lantunkan, ketenangan itu ada pada harta yang kita
sedekahkan, ketenangan itu ada pada ketenangan itu ada pada ketenangan itu ada
pada ketenangan itu ada pada ketenangan itu ada pada nafsu yang kita tahan
(puasa), ketenangan itu ada pada kebenaran yang kita dakwahkan, ketenangan itu
ada pada kemahaan-Nya yang kita renungkan, dan yang paling utama, ketenangan
itu ada pada bilangan rakaat yang kita dirikan. Itulah ketenangan sejati yang
hanya akan kita temui dalam rukuk dan sujud yang kita persembahkan dengan penuh
kepasrahan dan ketunduhkan. Ketenangan itu adalah rakaat dimana kita keluar
dari pintu dunia dan mangetuk pintu-Nya untuk meluapkan segala perasaan.
Ketenangan itu adalah rakaat dimana kita menjatuhkan beban yang memberatkan
pundak dalam rukuk, dan kita melepaskan beban yang memberatkan kepala (fikiran)
dalam sujud. Itulah ketenangan...
Sabda
Rasulullah SAW.
"…dan
telah dijadikan penghibur hatiku (kebahagiaanku) pada shalat".
(HR. an
Nasa-i, Ahmad, dan dishahihkan oleh asy Syaikh al Albani)
No comments:
Post a Comment