Sunday, 31 January 2016

Iman Kepada Rasul Oleh Remaja





By: Dewi Sartika

A. Pendahuluan
Psikologikal adalah ilmu psikologi yang mengkaji hal ihwal kehidupan jiwa (psi) dan kejiwaan (psikis) manusia, sikap dan tingkah laku,
serta pengembangan hubungan komunikasi dan interaksi kepribadiannya dengan Tuhan dan lingkungan.[1]

Psikologikal iman pada Rasul adalah ilmu psikologi yang mengkaji hal ihwal kehidupan jiwa (psi) dan kejiwaan (psikis) manusia, sikap dan tingkah laku, dalam keyakinannya pada Rasul. Nah, objek kajian ini fokusnya pada remaja yang berada pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat.
Pada anak remaja seusia SMP ini, dikenal juga dengan masa adolesen, berkisar antara umur 12-15 tahun, dengan karakteristik mereka adalah secara fisik terjadi perubahan mencolok pada organ-organ tertentu, secara biologis bisa dikatakan telah produktif karena telah mengalami suatu masa tanda menuju pada kedewasaan awal seperti; menstruasi pada wanita, dan ejakulasi dini (mimpi basah) pada laki-laki.[2]

Pembahasan tentang iman kepada Rasul menjadi penting untuk dipelajari guna memberikan pelayanan pendidikan pada anak remaja dalam mengarahkan dan menuntun mereka mencari idola (panutan) dalam hidupnya. Tidak akan bisa mereka mengidolakan Rasul Saw, jika mereka sendiri tidak mengenal siapa itu Rasul Saw?, bagaimana kesehariannya, ibadahnya, tutur bahasanya, dan jasa-jasa yang telah diberikan pada sekalian umat manusia demi tegaknya Islam di muka bumi ini.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa aspek yang menjadi batasan masalah, yakni;

1. Apa saja teladan yang bisa diambil dari Rasul Saw bagi anak remaja dalam pelayanan pendidikan Islam?;

2. Apa efek iman kepada Rasul terhadap jiwa (psi) dan kejiwaan (psikis) remaja, sikap dan tingkah laku, serta pengembangan hubungan komunikasi dan interaksi kepribadiannya dengan Tuhan dan lingkungan menurut psikologi Islam.

Melihat perkembangan teknologi dan informasi sekarang ini, sangat mengkhawatirkan para orang tua terhadap perkembangan psikologi anaknya, sehingga sangat dibutuhkan bimbingan terhadap anak remaja tersebut ke arah yang lebih baik. oleh karena itu, sangat penting pendidikan iman pada Rasul Saw ini, diberikan terhadap remaja yang sifat dan kejiwaannya masih labil dan belum punya konsep hidup yang tepat. Jangan sampai keterlenaan mereka terhadap televisi, radio, komputer, internet, hp, gadget, dan permainan-permainan lainnya menghilangkan jati diri mereka sebagai seorang muslim yang harus taat pada Allah Swt dan mengikuti Sunnah Rasul Saw.

B. Keteladanan Rasul Saw Bagi Anak Remaja dalam Pelayanan Pendidikan Islam
Banyak hal dari kehidupan Rasul yang bisa dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku bagi seorang remaja sekarang ini. Apa yang kita saksikan sekarang, seperti artis/ selebritis yang banyak diidolakan oleh para remaja tidak menjamin kehidupan mereka akan sukses dan bahagia. Sebab apa yang mereka lihat di televisi atau media lainnya tersebut tidak dapat dijamin kebenarannya, bisa saja itu hasil rekayasa atau ilustrasi demi mendapatkan hasil yang lebih baik dari sesungguhnya. Namun, banyak remaja yang terkelabui oleh akting dan laga para artis di layar televisi dan media elektronik lainnya, sehingga mereka (anak remaja) benar-benar meniru aksi (sikap) mereka mentah-mentah tanpa ada filter (penyaring) dari diri mereka ataupun orang tua.

Dalam rangka sebagai filter (penyaring) inilah dilakukannya upaya pelayanan pendidikan Islam seputar iman pada Rasul Saw, dengan tujuan agar remaja benar-benar dapat menggambarkan siapa beliau Rasul Saw, bagaimana kehidupannya, dan tata cara ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah dulunya Rasul Saw juga seorang remaja, namun beliau dari usia remaja telah dikenal oleh orang banyak sebagai al-Amin (orang yang dapat dipercaya), hasil dari citra baiknya dalam menjaga amanah dan sikap pada semua orang, dan tidak pernah mengecewakan atau membohongi orang dalam perkara apapun.

Problem anak remaja sekarang macam-macam, di antaranya; malas ke sekolah sehingga ketika terus dipaksa oleh orang tua, setiba di sekolah mereka bolos, atau melanggar peraturan, melawan pada guru, dan sebagainya. Hal ini terjadi memang bukan sepenuhnya kesalahan remaja tersebut, sebagai orang tua mestinya harus melakukan intropeksi diri dengan bertanya; apakah selama ini saya sudah memberikan teladan yang baik pada anak-anak saya?, bagaimana sikap saya pada anak dalam menyayangi mereka?, untuk apa saya sekolahkan mereka?.

Semoga dengan intropeksi diri ini, orang tua bisa memberikan pelayanan pendidikan Islam yang lebih baik bagi anak-anak mereka dalam pengarahan jalan hidup mereka pada kebahagiaan yang sejati, bukan untuk kepentingan pribadi, materi, ataupun kebahagiaan semu saja. Dalam hal ini salah satu upaya tersebut seperti; memilih sekolah yang terbaik bagi perkembangan fisik, psikis, dan spritual anak, agar perkembangan anak menjadi seimbang, tidak hanya cerdas saja, tapi juga luhur budi pekertinya, lembut tutur bahasanya, suka beramal dan membantu sesama.

Banyak pada zaman sekarang ini kita temukan anak remaja yang melawan pada ibu-bapaknya, hanya gara-gara tidak dikasih uang jajan atau belum terpenuhinya keinginan mereka. Jika ini terjadi, bagaimana dengan nasib generasi penerus bangsa ini, siapa yang akan memakmurkan dan mensejahterakan rakyat, jika pada orang tuanya saja tidak segan berkata kotor, berlaku kasar, dan sebagainya. oleh karena itu, sangat penting bagi seorang remaja mendapatkan pemahaman ilmu-ilmu keislaman di antaranya iman pada Rasul Saw agar semua Sunnah (Hadis) beliau benar-benar dapat mereka amalkan dan teladani. Ibarat seseorang yang sedang jatuh cinta, ketika mendapat pesan (sms) ataupun e-mail dari kekasihnya, bergelora jiwa dan hatinya untuk ingin segera membaca isi pesan tersebut, jika di dalamnya ada permintaan atau larangan, semua itu akan segera diiyakan atau ditinggalkan demi membahagiakan sang kekasih.

Tidak tertutup kemungkinan bagi seorang remaja bisa menjadikan Rasul Saw sebagai kekasihnya, walaupun tidak tampak oleh mata namun, dekat di hati. Semua pesan-pesan Rasul diamalkan demi kecintaan yang mendalam kepadanya dan terus berharap agar Allah Swt dapat mempertemukannya dalam mimpi atau di akhirat kelak. Pribadi shaleh/ah seperti ini tidak mungkin dengan sendiri terjadi tanpa ada stimulan (rangsangan) dari orang tua atau guru, oleh sebab itu stimulan-stimulan ini sangat penting untuk terus diberikan pada anak remaja agar benar-benar tertanam dalam alam bawah sadar mereka bahwa meraka punya idola yang sesungguhnya bukan cerita dongeng seperti; roma dan juliet, super hero, spiderman, superman, dan lainnya, karena keberadaan Rasul Saw pada empat belas abad silam benar-benar ada dan dapat dibuktikan keberadaannya dan dapat dirasakan pengaruhnya pada masa sekarang ini.

Adanya al-Qur’an dan Hadis bukankah berkat diutusnya Rasul Saw,  jayanya Islam pada masa sekarang ini dengan dihapuskannya perbudakan, penindasan terhadap kaum wanita, perdagangan yang mencurangi pembeli, dan terjaminnya kehidupan orang muslim seperti saat sekarang ini, semuanya itu berkat keperkasaan Rasul Saw sebagai panglima umat Islam dalam mengibarkan bendera Islam sampai akhir hayatnya.

Mengapa masih banyak remaja yang tidak mengenal Rasul Saw, sebagai Nabi sekaligus idola mereka, tidak terbatas laki-laki saja juga remaja perempuan seharusnya juga bisa mengidolakan Rasul Saw dalam berbagai macam aspek kehidupannya seperti; cara tidur dan shalat malam Nabi Saw, sifat wudhu Nabi Saw, kepribadian Nabi, dan sebagainya. Dalam hal ini, semua yang dilakukan Nabi Saw dapat dijadikan rujukan terpecaya sebagai jaminan keselamatan dan kebenaran dalam menggapai kehidupan yang bahagia tersebut. Bukankah kita sekolah, bekerja, beraktivitas dalam rangka mencari kebahagiaan, oleh sebab itu langkah dalam menuntun ke jalan kebahagiaan tersebut jangan sampai kita lupakan apalagi abaikan begitu saja.

Mari kita lihat bersama bagaimana tidur Nabi Saw. Menurut sebuah riwayat, Nabi Saw tidur di awal malam dan tidak bergadang jika itu bukan perkara yang bermanfaat.[3] Nabi Saw senantiasa berwudhu sebelum tidur lalu membaca do’a sebagai bentuk penyerahan diri pada Allah Swt sebagai Dzat yang Maha memegang kendali hidup dan matinya manusia.

Bagaimana pula kepribadian Nabi Saw, kepribadian beliau adalah Allah Swt telah beri beliau wajah yang menarik, memiliki kekuatan bicara yang mengikat, dan memukau bagi siapapun yang memandang kepadanya. Adapun gambaran yang paling sempurna, mendalam, dan cocok tentang Nabi Muhammad Saw diberikan oleh Umm Mu’bad yang tinggal di tendanya (Nabi Saw) ketika perjalanan ke Madinah, “wajah yang rupawan, muka yang bercahaya, agung, rambut panjang dan tebal, suara yang terang, mata yang hitam dan besar, pendiam tetapi agung, ramah dan memikat, dan sangat manis dan menarik dari dekat, bicaranya terang, tidak berbicara lebih dari seperlunya, badannya sedang, tidak pendek dan tidak terlalu tinggi, pokoknya menarik. Para sahabatnya begitu tertarik padanya sehingga mereka selalu mengelilinginya dan dengan tenang mendengarkan apa yang dikatakannya dan segera mematuhi apa yang dimintanya.[4]

Dalam perkara lain, apa lagi yang bisa diteladani remaja dalam pribadi Rasul Saw?, yakni senyuman. Nabi Saw senantiasa tersenyum pada siapapun yang ditemuinya, tidak terkecuali orang yang baru saja dikenali beliau, setelah tersenyum biasanya Rasul Saw mengiringinya dengan salam, seperti salam yang sempurna dalam Islam yakni “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” yang artinya; keselamatan atas kamu, rahmat dan berkah-Nya (untukmu). Nabi Saw bersabda, yang artinya;“dan senyumanmu pada saudaramu adalah sedekah...”.[5]Dalam hal ini seorang remaja dituntun untuk senantiasa menyebarkankan senyuman pada siapa saja, tidak terbatas pada teman, guru, orang tua, sahabat, tetangga, namun pada orang yang baru dikenalpun senantiasa untuk tersenyum, sebagai langkah awal dalam menyapanya dengan ramah. 

Kebanyakan remaja kita sekarang sulit sekali untuk membiasakan senyum ini, bangun tidur mereka sudah mengeluh ngantuk, malas bangun, tidak mau mandi pagi dengan alasan hari libur, dan alasan-alasan lainnya. Jika untuk keluarga saja mereka sulit untuk tersenyum, bagaimana untuk sahabat, guru, tetangga, apalagi masyarakat.

Untuk mengimbangi agar hal itu tidak terjangkiti pada semua anak remaja kita hari ini, sebaiknya hadis ini senantiasa disampaikan bahwa senyum tersebut termasuk sedekah, tidak harus dengan uang, barang, atau makanan, namun, cukup dengan senyum kita sudah tercatat melakukan amal baik yakni bersedekah, yang mana balasannya adalah pahala yang berlipat ganda di sisi Allah Swt. 

Dalam kesempatan lain Nabi Saw sangat perhatian pada kondisi para remaja, karena pada usia inilah masa-masa emas dalam penanaman nilai yang akan menjadi bekal hidup bagi mereka di kehidupan masa depan. Pada usia remaja ini juga adalah masa emas untuk menyemai kebaikan bagi remaja itu sendiri agar kelak dapat memetik hasil dari perbuatan mereka sendiri. Pencitrraan tidak cukup satu bulan, setahun, dua puluh tahun atau lebih, namun sepanjang kehidupan ini adalah pencitraan diri kita. Jika dari masa remaja ini kita sudah dikenal sebagai orang yang baik dan patuh, serta dapat dipercaya, maka kelak ketika dewasa orang akan memegang apa yang telah disaksikannya sewaktu kita remaja dulu, sehingga ini bedampak pada karier kita. Namun tidak juga tertutup kemungkinan bahwa remaja yang awalnya baik-baik saja ketika telah dewasa karena lingkungan juga yang mempengaruhinya, bisa berbuat jahat dan kriminal. Hal ini sangat mengecewakan masyarakat ataupun orang-orang yang mengenalnya baik, sewaktu remaja dulu.

Nabi Saw banyak mendorong para sahabat untuk bersemangat dan pantang mundur jika berhadapan dengan musuh. Berbagai hal diberikan oleh Nabi dalam menyemangati para sahabat seperti; memegang kendali psikologis para sahabat dengan mengatakan bahwa setiap amal pasti akan dibalasi oleh Allah. Pelajaran psikologi dalam pesan ini adalah bahwa setiap menusia dalam berbuat pasti menginginkan balasannya, tergantung pada diri masing-masing balasan tersebut berupa apa, yang jelas psikis manusia ketika berbuat maka dibalik itu akan bertanya apa yang akan saya dapatkan. Dalam hal ini pahala merupakan balasan yang sangat diharapkan bagi seseorang yang haus akan ampunan dan rahmat dari Allah Swt.

Banyak pertempuran yang dilakukan oleh Nabi Saw bersama para sahabat dengan modal semangat jihad fi sabilillah (berjuang di jalan Allah) dan mati syahid masuk ke jannah-Nya (syurga). Ini semua berkat kontrol psikis sahabat oleh Rasul Saw sebagai seorang motivator bagi sahabat-sahabat semuanya.[6]

Tauladan lain yang ada pada Rasulullah Saw adalah berbakti kepada kedua orang tua, ini seiring dengan perintah Allah Swt dalam al-Qur’an surat al-Luqman: 14

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu.”

Meskipun Rasul Saw telah yatim semenjak lahir, dan di usia enam tahun sudah yatim piatu, namun hal ini tidak mengurangi rasa hormat dan berbaktinya pada kedua orang tua. Ini dapat dilihat dari sikap beliau pada setiap orang tua dengan berlaku lemah-lembut, patuh, dan selalu memenuhi keinginan mereka demi bahagia dan senangnya orang tua tersebut. Dari kepribadian yang mulia inilah Rasul Saw dikasi dan disayangi oleh setiap kalangan mulai dari anak kecil sampai orang tua sekalipun, karena beliau pandai memperlakukan seseorang sesuai dengan keadaan psikologisnya masing-masing.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkn bahwa keteladanan Rasul dapat menjadi solusi bagi anak remaja unutk menemukan sosok sejati yang patut untuk diteladani, sehingga tidak ada lagi anak remaja yangmelakukan perbuatan menyimpang, dan menyakiti hati orang tua, guru, dan masyarakat. Segala upaya penanaman nilai-nilai keimanan terutama pada aspek iman pada Rasul Saw ini, adalah salah satu bentuk pelayanan pendidikan Islam yang berefek pada jiwa, kejiwaan, sikap dan tingkah laku, serta pengembangan hubungan komunikasi dan interaksinya dengan Tuhan dan lingkungannya.

C. Efek Iman Kepada Rasul Saw terhadap Jiwa dan Kejiwaan Remaja, Sikap dan Tingkah Laku Mereka, Serta Pengembangan Hubungan Komunikasi dan Interaksi Kepribadian Remaja dengan Lingkungan dan Tuhannya.

Secara umum efek iman terhadap Rasul Saw adalah memberikan seseorang kesiapan (kesehatan) mental dalam menghadapi apapun persoalan hidup, seperti; penyakit hati, sakit fisik, bencana, ujian dan kekurangan harta maupun fisik sekalipun, tidak akan membuat dia gentar apalagi putus asa dalam menjalani kehidupan.[7]

Selain dari kesiapan mental di atas, seorang remaja yang benar-benar beriman pada Rasul akan memiliki kepribadian yang produktif, dengan karakteristik bahwa setiap sikap dan tingkah lakunya adalah bermanfaat bagi sesama dan lingkungan, dengan mengerahkan segala potensi rasio, perasaan, indera, dan imajinasinya untuk kegiatan-kegiatan positif yang berpotensi unggul dan professional.[8]

Adapun peta psikologi remaja ada melewati yang namanya fase negatif, maksudnya adalah dipenuhi dengan perasaan ragu-ragu, murung, suka melamun, dan sebagainya.[9]Bagi remaja yang sudah dibekali nilai-nilai keimanan pada Rasul, tentunya tidak akan berlama-lama berada dalam fase ini, karena jiwa dan kejiwaan mereka sudah sadar bahwa perbuatan yang demikian termasuk perbuatan yang sia-sia, bahkan jika dibiarkan berlarut-larut, akan menimbulkan pikiran negatif yang berdampak pada kerusakan mental dan moral remaja tersebut.

Menurut Yahya Jaya dalam “Phase” menjelaskan bahwa tugas perkembangan remaja adalah;

1. begins to accept internal interpretations as the truth (mulai untuk menerima hubungan dengan diri dan orang lain sebagai sebuah kebenaran);
2. evolution of relationship with god or higher power (berevolusi dalam menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan atau Sang Maha pemilik kekuatan);
3. searches for meaning, purpose, hope, and value of life (mencari makna, tujuan, harapan, dan nilai-nilai dari kehidupan).

Jadi, pada fase ini anak remaja dituntun untuk menerima kebenaran, salah satunya dengan memasukkan nilai-nilai iman kepada Rasul yang sarat akan makna dan pelajaran.  

a. Efek Iman Kepada Rasul Saw terhadap Jiwa dan Kejiwaan Remaja.

Diawali dengan kata-kata bijak oleh Arnold Toynbee dan senada dengan prinsip Khalifah Ali r.a yakni; “suatu bangsa akan mengalami kejayaan apabila hati menjadi panglima, dan mengalami keemasan apabila hati dan pikiran disatukan. Bangsa akan mengalami kehancuran apabila akal dan nafsu menjadi panglima”[10]. Dari kata bijak ini ada pesan singkat yang menjadi renungan bagi kita bahwa, seyogyanya hati dan pikiran hendaknya disatukan guna melahirkan perbuatan yang bermanfaat dan penuh keselamatan.

Hati secara maknawi senantiasa terkumpul di dalamnya segala macam emosi mulai dari yang positif-positif (motivasi, senang, syukur, bahagia, taat, percaya diri, cinta, kasih, sayang, husnu dzhan/sangka baik dan sebagainya), dan di dalamnya ada juga perasaan-perasaan negatif (takut, marah, sedih, putus asa, frustasi, dan sebagainya). kedua potensi hati ini (positif dan negatif) adalah di bawah kendali manusia, dengan kekuatan akal maka hati akan senantiasa dapat seimbang (netral).

Dalam tahap masa remaja, mereka belum sepenuhnya berfikir ke arah yang lebih matang layaknya orang dewasa, makanya dibutuhkan bimbingan dan pengawasan dari orang dewasa terhadap perkembangan hati/ psikis anak agar lahir psikis (kejiwaan) yang sehat.

Melalui penanaman nilai iman kepada Rasul ini diharapkan anak pada usia remaja dapat;
1) mengendalikan emosinya ke arah positif, dan tidak terjebak pada kesedihan dan frustasi yang berkepanjangan;
2) memupuk jiwa agar menjadi lapang, seperti; penerimaan terhadap perbedaan dan kekurangan yang terdapat pada orang lain, sehingga ia dapat selalu akur dengan teman sebaya, orang tua, guru, dan lingkungan di sekitarnya;
3) melatih berpikir positif untuk melahirkan ide-ide kreatif yang berguna bagi kehidupan dan kepribadiannya di masa mendatang;
4) meningkatkan kemampuam spritual agar dapat menjadi pribadi yang taat, sehingga dapat menjadi penyejuk bagi teman-teman sebanyanya (menjadi konsultan problem solving).

simpulan dari efek iman pada Rasul terhadap jiwa dan kejiwaan remaja adalah sebagai katalisator (penyaring) terhadap pengaruh-pengaruh buruk lingkungan yang dapat mengancam kesehatan jiwa dan kejiwaan seorang remaja. Selain itu juga berfungsi sebagai radiator (penggerak) jiwa untuk terus melahirkan mental positif dari dalam diri dan memberi energi positif pada siapapun, sehingga semua orang merasa nyaman, tentram, dan tersenyum ketika berada di sampingnya.

Efek yang lain yang dapat dirasakan dari seorang remaja terhadap iman pada Rasul Saw adalah  membentuk mind map (konsep berfikir) dalam menentukan sikap dan tindakan yang akan diambil sebagai sebuah keputusan atau pilihan. Karena sebelumnya sudah ada model yang bisa dijadikan landasan berfikir yakni sosok mulia Rasul Saw, sehingga remaja yang beriman pada Rasul Saw ini akan senantiasa mempertimbangkan segala perbuatannya dengan tuntunan Rasul dan teladan yang sudah diberikan Rasul pada umatnya.

b. Efek Iman Kepada Rasul Saw terhadap Sikap dan Tingkah Laku Remaja serta Pengembangan Hubungan Komunikasi dan Interaksinya dengan Lingkungan dan Tuhannya.
Rasul Saw senantiasa untuk menanamkan nilai-nilai positif pada setip diri umatnya yakni diawali dengan niat yang tulus dan lurus, kemudian diaktualisasikan lewat amal yang positif (baik), dan terakhir adalah lakukan hal tersebut berulang-ulang (continue) agar bisa menjadi pola positif terhadap perilaku. Dengan demikian, dalam ajaran Rasul ini memberikan pesan kepada setiap anak remaja agar senantiasa mengawali setiap pekerjaan dengan niat yang baik dan ikhlas, lalu optimis bahwa niat itu akan dimudahkan oleh Allah Swt dalam mewujudkannya, setelah hal itu dilakukan, jangan puas dulu sebelum perbuatan baik tersebut sudah benar-benar menjadi karakter dalam diri (individu) kita.

1) Adapun efek positif dari iman pada Rasul terhadap sikap dan tingkah laku remaja adalah;

a) terbentuknya pribadi (akhlak) yang jujur.
Sebagai seorang remaja yang telah mengidolakan Rasul dalam kehidupannya tentu dia akan mengidentifikasikan dirinya dengan pribadi Rasul yakni jujur ini. Sebagaimana dia (remaja) telah banyak memahami hadis-hadis Rasul mengenai keutamaan sifat jujur ini di antaranya; sikap ahli syurga sebagaimana dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya; “ sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kepada kebajikan, dan kebajikan itu menunjukkan kepada syurga. Dan seseorang akan terus-menerus jujur dan berusaha memilih jujur hingga dia tertulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur”.[11]

b) terciptanya sikap dan tingkah laku yang penyabar.
Belajar banyak dari sosok Rasul yang telah teruji kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi ujian dan cobaan dunia, adalah salah satu upaya remaja untuk menginternalisasikan nilai-nilai sabar ini ke dalam diri dan alam pikir bawah sadar mereka dan senantiasa benar-benar telah menjiwai sifat sabar ini. Termotivasi dari hadis-hadis Rasul  tentang keutamaan sifat sabar ini, dalam salah satu Hadis Rasul Saw yang artinya; “dari Anas r.a., katanya; “saya mendengar Rasul Saw bersabda;sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla berfirman; “jikalau Aku memberikan cobaan kepada hamba-Ku dengan melenyapkan kedua matanya, yakni menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Ku-beri ganti syurga karena kesabarannya (kehilangan kedua matanya itu)” (HR. Bukhari).[12]

c) munculnya sikap yang dermawan dari diri seorang remaja tersebut.
Rasul Saw yang senantiasa berinfak, bersedekah, menjamu tamu, mengurusi keperluan umat muslim, dan mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi Beliau, serta senantiasa memotivasi kaum muslimin agar gemar bersedekah melalui salah satu Hadis Beliau yang artinya; “ sedekah tidak mengurangi harta” (HR. Muslim).[13] Maksud dari hadis ini adalah jika kita menginfakkan dan menyedekahkan sebahagian harta kita di jalan Allah Swt, tentunya perbuatan tersebut tidak mengurangi harta kita sama sekali, bahkan menambah subur harta kita yang tersisa dan dibalasi oleh Allah dengan pahala dan nikmat lain berlipat ganda.

Dari Hadis di atas, bagi seorang remaja yang sudah ditanamkan nilai-nilai iman pada Rasul sekaligus mentransfer ilmu tentang hadis-hadis Rasul seperti hadi tentang keutmaan bersikap dermawan ini, tentunya memberi dampak positif terhadap jiwa dan kejiwaan serta sikap dan tingkah laku remaja, yakni; mereka senantiasa senang berbagi terhadap sesama, rela hidup pas-pas-an asalkan keluarga dan tetangga juga dapat kenyang dan tidur nyenyak sebagaimana yang kita rasakan, walaupun harta kita sedikit, namun sangat senang apabila berbagi terhadap sesama, dan sebagainya.

Mental-mental seperti ini akan senantiasa tertanam dalam jiwa anak remaja yang telah mendapatkan nilai-nilai iman pada Rasul pada tahap perkembangan jiwa remaja mereka.

Selain dari tiga aspek positif di atas masih banyak hal lain yang menjadi proses pertumbuhan jiwa-jiwa positif lainnya, seperti; jiwa pemberani, zuhud, rendah hati, penyantun, dan sebagainya, yang nantinya akan melahirkan skap dan perilaku yang mulia dan disenangi oleh semua orang.

2) Adapun efek iman kepada Rasul Saw terhadap kepribadian  remaja pada lingkungan dan Tuhannya adalah;

a) Ramah dan penuh tanggungjawab, baik terhadap sesama manusia, makhluk lainnya (seperti; binatang, tumbuhan, dan alam sekitar), maupun terhadap perintah pada Allah Swt juga dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab.
Perilaku ini terbentuk akibat dari meneladani Rasul yang senantiasa memperlakukan siapapun dengan ramah dan melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab, tidak pernah merusak lingkungan apalagi memusnahkannya.

b) Senantiasa berseraah diri pada-Nya, dan tidak takut dengan kekurangan, kelaparan, dan kematian yang menimpa diri seorang hamba (contohnya; remaja).
Spritual yang tinggi seperti ini muncul dari dalam diri seorang remaja, akibat dari telah tertanam kuat dari diri mereka kecintaan kepada Rasul Saw, sehingga apapun yang dikatakan, dilakukan, dan keputusan Rasul Saw menjadi hujjah (pedoman), bagi diri anak remaja tersebut. Sosok yang taat ini telah ada pada Nabi Ismail r.a., ketika ia masih berada pada usia yang sangat belia yakni di masa remaja (berkisar umur 11/12 tahun), yang sudah memiliki ketaatan yang sempurna pada Allah Swt, akibat dari penanaman nilai-nilai agama yang lurus dan agung dari ayahnya (Ibrahim a.s.).

c) Menumbuhkan sikap ikhlas pada segala ibadah yang dilaksanakan semata mengharap ridha Allah Swt.
Ibadah tidak hanya terbatas pada shalat lima waktu sehari-semalam, puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat, dan naik haji ke Makkah. Namun, ibadah itu melingkupi segala aspek perbuatan manusia selama di dunia dalam memenuhi kebutuhannya (fisik, rohani, dan nalar) seperti; makan, minum, belajar, bekerja/ mencari nafkah, tidur, dan lain sebagainya yang diniatkan semata mengharap ridha Allah Swt.

Perilaku remaja yang demikian akan mampu menuntunnya mencapai kebahagiaan yang sejati, jauh rasa kegalauan yang sering melanda jiwa remaja pada umumnya. Kegalauan hanya dimunculkan dari sikap keragu-raguan terhadap kebenaran agama, dan melakukan semua hal tanpa pertimbangan akal dan agama.

Selain itu efek dari iamn pada Rasul ini akan mampu membentengi perilaku remaja dari perilaku menyimpang yang ditimbulakn oleh nafsu yang jahat yang dikenal juga dengan nama “nafsu amarah”. Di bawah ini akan digambarkan tabel perilaku terpuji dan perilaku menyimpang (tercela);[14]

No
Perilaku Terpuji
Perilaku Tercela
1
Memiliki harga diri (hamiyah)
Menjatuhkan harga diri (jufa’)
2
Merendahkan diri (tawadhu’)
Menghinakan diri (muhanah)
3
Dermawan (judd)
Menghambur-hamburkan harta (sarf)
4
Kewibawaan (mahabat)
Kesombongan (kibr)
5
Berani (syaja’at)
Nekat (jar’at)
6
Prihatin (huzn)
Penakut (jubn)
7
Hemat (iqtishad)
Pelit (syukhkh)
8
Waspada (ihtiraz)
Buruk sangka (su’u al-zhan)
9
Firasat (farasat)
Persangkaan (zhann)
10
Memberi peringatan (nashihat)
Menunjukkan keburukan orang lain (ghibah)
11
Memberi hadiah (hadiyah)
Menyuap (riswah)
12
Suka memaafkan (‘afw)
Suka menghinakan diri (zull)
13
Pengharapan (raja’)
Angan-angan (tamanni)
14
Menceritakan nikmat dari Allah (tahaddus)
Membangga-banggakan harta (fakhkhar)
15
Hati lembut (riqqah al-qalb)
Keluh kesah (jaza’)
16
Menyerahkan diri setelah berusaha (tawakkal)
Lemah hati (‘ajz)
17
Hati-hati (ihtiyat)
Ragu-ragu dan bimbang (was-was)
18
Inspirasi dari malaikat (ilham min malaki)
Inspirasi dari setan (ilham min syaythan)
19
Nasihat
Mencerca (ta’nib)
20
Bersegera (mubadarah)
Terburu-buru dalam bekerja (‘ajlat)
21
Curahan hati (ikhbar al-hal)
Keluh kesah (syakwa)

Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bersama bahwa pada sisi kiri adalah mental-mental dengan muatan positif sedangkan sebelah kanan adalah mental-mental dengan muatan negatif. Dari dua hal tersebut tentunya impian orang tua, guru, masyarakat, dan bangsa menginginkan lahir generasi emas ang memiliki mental-mental yang positif seperti yang dipaparkan di sebelah kiri di atas, dan meminimalisir munculnya generasi yang bermental negatif seperti yang tercantum di sebelah kanan di atas. Dengan demikian, terciptalah suasana keluarga, lingkungan masyarakat, serta kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, tentram, aman, dan sentosa, jauh dari kericuhan, perkelahian, tawuran antar pelajar, perilaku menyimpang yang mana mayoritas pelakunya adalah para remaja, dan lain sebagainya. 

D. Kesimpulan.
1. Banyak aspek yang bisa diteladani pada diri Rasul Saw, seperti halnya shalat, puasa, senyum, bersabar, giat bekerja dan lain sebagainya.

2.Teladan yang ada pada diri Rasul Saw merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan Islam dalam membentuk jiwa dan kejiwaan, serta sikap dan perilaku mereka terhadap lingkungan dan Tuhannya.

3. Adapun efek iman pada Rasul Saw terhadap jiwa dan kejiwaan serta sikap terhadap anak di usia remaja adalah sebagai berikut;
  a.mampu mengendalikan emosinya ke arah positif, dan tidak terjebak pada kesedihan dan frustasi yang berkepanjangan;
  b.memupuk jiwa yang besar, seperti; penerimaan terhadap perbedaan dan kekurangan yang terdapat pada orang lain, sehingga ia dapat selalu akur dengan teman sebaya, orang tua, guru, dan lingkungan di sekitarnya;
  c.melatih berpikir positif untuk melahirkan ide-ide kreatif yang berguna bagi kehidupan dan kepribadiannya di masa mendatang;
  d.meningkatkan kemampuam spritual agar dapat menjadi pribadi yang taat, sehingga dapat menjadi penyejuk bagi teman-teman sebanyanya (menjadi konsultan problem solving).

4. Adapun efek iman kepada Rasul Saw terhadap sikap  dan tingkah laku remaja adalah sebagai berikut;
  a. terbentuknya pribadi (akhlak) yang jujur;
  b. terciptanya sikap dan tingkah laku yang penyabar;
  c. Munculnya sikap yang dermawan dari diri seorang remaja tersebut.

5. Adapun efek iman kepada Rasul Saw terhadap kepribadian  remaja pada lingkungan dan Tuhannya adalah;
  a. ramah dan penuh tanggungjawab, baik terhadap sesama manusia, makhluk lainnya (seperti; binatang, tumbuhan, dan alam sekitar), maupun terhadap perintah pada Allah Swt juga dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab;
  b.senantiasa berseraah diri pada-Nya, dan tidak takut dengan kekurangan, kelaparan, dan kematian yang menimpa diri seorang hamba (contohnya; remaja);
  c.menumbuhkan sikap ikhlas pada segala ibadah yang dilaksanakan semata mengharap ridha Allah Swt

6. Dari semua aspek yang terpengaruh (jiwa dan kejiwaan, sikap dan tingkah laku, serta kepribadian) anak remaja ini efek dari iman pada Rasul Saw adalah dapat menumbuhkan mental dan perilaku positif yang dapat menjadi benteng terhadap segala pengaruh negatif baik yang datang dari dalam diri (intern effect) maupun pengaruh yang datang dari luar (extern effect).

E. Saran

1. Materi tentang iman pada Rasul Saw sangat dibutuhkan oleh anak remaja yang haus akan informasi (rasa ingin tahu yang tinggi), sehingga segala potensi yang dimilikinya terarahkan pada hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat, dan agama.

2. Pendidikan Islam dengan menggunakan pendekatan psikologis (psicology approach) sangat tepat jika diberikan pada remaja yang senantiasa ingin dimengerti, dipahami, dikasihi, dan disayangi. Jika kebutuhan psikologis ini tidak terpenuhi pada diri anak remaja, maka ia akan mencari kasih-sayang lain yang menurutnya dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya tersebut. Jadi, di sini sangat jelas peran orang tua, guru, dan masyarakat dalam memperhatikan tumbuh-kembang psikologi remaja di tengah-tengah masyarakat modern kita sekarang. Jangan biarkan mereka bebas tanpa kendali, tapi, biarkan mereka bebas terkendali (freedom control).


[1]Yahya Jaya, Ilmu Psikolgi Agama Modern dalam Islam, Slide ke-12
[2]Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Ed. Ke-1, 2006) h. 111
[3]Muhammad Hasan al-Adawi (Pentj. Wiwid Purwawan), Ayo Menginap di Rumah Nabi, (Solo: Aqwam, Agustus, 2008), h. 56
[4]Afzalur Rahman (Pentj. Anas Sidik), Nabi Muhammad sebagai Seorang Pemimpin Militer, (Jakarta: Amzah, Cet. Ke-2, Juli, 2006), h. 74
[5]Muhammad Quthub (Pentj.Bobby Heribowo, dkk),  Hikmah Rasul, (Jakarta: Najla Press, Cet. Ke-1, Mei, 2008),  h. 142
[6]Afzalur Rahman, op. cit., h. 90
[7]Muhammad Utsman Najati (Pentj. M. Zaka al-Farisi), Psikologi dalam al-Qur’an (Terapi al-Qur’an dalam Penyembuhan Gangguan kejiwaan), (Bandung: CV. Pustaka Setia, Cet. Ke-1, April, 2005), h. 426
[8]Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Jakarta: Amza, 2011), h. 22
[9] Masganti Sit, Psikologi Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2011), h. 64
[10] Yahya Jaya, Ilmu Psikologi Modern (Power Point), op. cit., Slide ke-92
[11]Aidh al-Qarni dan Manshur ibn Nashir al-Awaji, (Pentj. Najib Junaidi dan Nur Qamari) Muhammad Saw Sang Idola, (Surabaya: La Raiba Bima Amanta (elBA), Cet., Ke-2, Juni 2009), h. 37
[12] Imam al-Nawawi Riyadhus Shalihin, Kitab 1, Bab: Sabar
[13] Aidh al-Qarni dan Manshur ibn Nashir al-Awaji, op. cit., h. 47
[14]Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 182, dalam sumber asli Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, al-Ruh fi al-Kalam ‘ala ‘arwah al-Amwat wa al-Ahwa’ bi al-Dalil min al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Asar wa Aqwal wa al-Ulama’ (Beirut: Dar al- Kitab al-Ilmiah, tt), h. 228-260



 
Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment