By:
Dewi Sartika
A. Pendahuluan
Psikologikal
adalah ilmu psikologi yang mengkaji hal ihwal kehidupan jiwa (psi) dan
kejiwaan (psikis) manusia, sikap dan tingkah laku,
serta pengembangan
hubungan komunikasi dan interaksi kepribadiannya dengan Tuhan dan lingkungan.[1]
Psikologikal
iman pada Rasul adalah ilmu psikologi yang mengkaji hal ihwal kehidupan jiwa (psi)
dan kejiwaan (psikis) manusia, sikap dan tingkah laku, dalam keyakinannya
pada Rasul. Nah, objek kajian ini fokusnya pada remaja yang berada pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan sederajat.
Pada anak
remaja seusia SMP ini, dikenal juga dengan masa adolesen, berkisar
antara umur 12-15 tahun, dengan karakteristik mereka adalah secara fisik
terjadi perubahan mencolok pada organ-organ tertentu, secara biologis bisa
dikatakan telah produktif karena telah mengalami suatu masa tanda menuju pada
kedewasaan awal seperti; menstruasi pada wanita, dan ejakulasi dini (mimpi basah)
pada laki-laki.[2]
Pembahasan
tentang iman kepada Rasul menjadi penting untuk dipelajari guna memberikan
pelayanan pendidikan pada anak remaja dalam mengarahkan dan menuntun mereka
mencari idola (panutan) dalam hidupnya. Tidak akan bisa mereka mengidolakan
Rasul Saw, jika mereka sendiri tidak mengenal siapa itu Rasul Saw?, bagaimana
kesehariannya, ibadahnya, tutur bahasanya, dan jasa-jasa yang telah diberikan
pada sekalian umat manusia demi tegaknya Islam di muka bumi ini.
Dalam makalah
ini akan dibahas beberapa aspek yang menjadi batasan masalah, yakni;
1. Apa saja
teladan yang bisa diambil dari Rasul Saw bagi anak remaja dalam pelayanan
pendidikan Islam?;
2. Apa efek iman
kepada Rasul terhadap jiwa (psi) dan kejiwaan (psikis) remaja,
sikap dan tingkah laku, serta pengembangan hubungan komunikasi dan interaksi
kepribadiannya dengan Tuhan dan lingkungan menurut psikologi Islam.
Melihat
perkembangan teknologi dan informasi sekarang ini, sangat mengkhawatirkan para
orang tua terhadap perkembangan psikologi anaknya, sehingga sangat dibutuhkan
bimbingan terhadap anak remaja tersebut ke arah yang lebih baik. oleh karena
itu, sangat penting pendidikan iman pada Rasul Saw ini, diberikan terhadap
remaja yang sifat dan kejiwaannya masih labil dan belum punya konsep hidup yang
tepat. Jangan sampai keterlenaan mereka terhadap televisi, radio, komputer,
internet, hp, gadget, dan permainan-permainan lainnya menghilangkan jati
diri mereka sebagai seorang muslim yang harus taat pada Allah Swt dan mengikuti
Sunnah Rasul Saw.
B. Keteladanan Rasul
Saw Bagi Anak Remaja dalam Pelayanan Pendidikan Islam
Banyak hal dari
kehidupan Rasul yang bisa dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku
bagi seorang remaja sekarang ini. Apa yang kita saksikan sekarang, seperti artis/
selebritis yang banyak diidolakan oleh para remaja tidak menjamin kehidupan
mereka akan sukses dan bahagia. Sebab apa yang mereka lihat di televisi atau
media lainnya tersebut tidak dapat dijamin kebenarannya, bisa saja itu hasil
rekayasa atau ilustrasi demi mendapatkan hasil yang lebih baik dari
sesungguhnya. Namun, banyak remaja yang terkelabui oleh akting dan laga para
artis di layar televisi dan media elektronik lainnya, sehingga mereka (anak
remaja) benar-benar meniru aksi (sikap) mereka mentah-mentah tanpa ada filter
(penyaring) dari diri mereka ataupun orang tua.
Dalam rangka
sebagai filter (penyaring) inilah dilakukannya upaya pelayanan
pendidikan Islam seputar iman pada Rasul Saw, dengan tujuan agar remaja
benar-benar dapat menggambarkan siapa beliau Rasul Saw, bagaimana kehidupannya,
dan tata cara ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah dulunya Rasul Saw
juga seorang remaja, namun beliau dari usia remaja telah dikenal oleh orang
banyak sebagai al-Amin (orang yang dapat dipercaya), hasil dari citra
baiknya dalam menjaga amanah dan sikap pada semua orang, dan tidak pernah
mengecewakan atau membohongi orang dalam perkara apapun.
Problem anak
remaja sekarang macam-macam, di antaranya; malas ke sekolah sehingga ketika
terus dipaksa oleh orang tua, setiba di sekolah mereka bolos, atau melanggar
peraturan, melawan pada guru, dan sebagainya. Hal ini terjadi memang bukan sepenuhnya
kesalahan remaja tersebut, sebagai orang tua mestinya harus melakukan
intropeksi diri dengan bertanya; apakah selama ini saya sudah memberikan
teladan yang baik pada anak-anak saya?, bagaimana sikap saya pada anak dalam
menyayangi mereka?, untuk apa saya sekolahkan mereka?.
Semoga dengan
intropeksi diri ini, orang tua bisa memberikan pelayanan pendidikan Islam yang
lebih baik bagi anak-anak mereka dalam pengarahan jalan hidup mereka pada
kebahagiaan yang sejati, bukan untuk kepentingan pribadi, materi, ataupun
kebahagiaan semu saja. Dalam hal ini salah satu upaya tersebut seperti; memilih
sekolah yang terbaik bagi perkembangan fisik, psikis, dan spritual anak, agar
perkembangan anak menjadi seimbang, tidak hanya cerdas saja, tapi juga luhur
budi pekertinya, lembut tutur bahasanya, suka beramal dan membantu sesama.
Banyak pada
zaman sekarang ini kita temukan anak remaja yang melawan pada ibu-bapaknya,
hanya gara-gara tidak dikasih uang jajan atau belum terpenuhinya keinginan
mereka. Jika ini terjadi, bagaimana dengan nasib generasi penerus bangsa ini,
siapa yang akan memakmurkan dan mensejahterakan rakyat, jika pada orang tuanya
saja tidak segan berkata kotor, berlaku kasar, dan sebagainya. oleh karena itu,
sangat penting bagi seorang remaja mendapatkan pemahaman ilmu-ilmu keislaman di
antaranya iman pada Rasul Saw agar semua Sunnah (Hadis) beliau benar-benar
dapat mereka amalkan dan teladani. Ibarat seseorang yang sedang jatuh cinta,
ketika mendapat pesan (sms) ataupun e-mail dari kekasihnya, bergelora jiwa dan
hatinya untuk ingin segera membaca isi pesan tersebut, jika di dalamnya ada
permintaan atau larangan, semua itu akan segera diiyakan atau ditinggalkan demi
membahagiakan sang kekasih.
Tidak tertutup
kemungkinan bagi seorang remaja bisa menjadikan Rasul Saw sebagai kekasihnya,
walaupun tidak tampak oleh mata namun, dekat di hati. Semua pesan-pesan Rasul
diamalkan demi kecintaan yang mendalam kepadanya dan terus berharap agar Allah
Swt dapat mempertemukannya dalam mimpi atau di akhirat kelak. Pribadi shaleh/ah
seperti ini tidak mungkin dengan sendiri terjadi tanpa ada stimulan
(rangsangan) dari orang tua atau guru, oleh sebab itu stimulan-stimulan ini
sangat penting untuk terus diberikan pada anak remaja agar benar-benar tertanam
dalam alam bawah sadar mereka bahwa meraka punya idola yang sesungguhnya bukan
cerita dongeng seperti; roma dan juliet, super hero, spiderman, superman, dan
lainnya, karena keberadaan Rasul Saw pada empat belas abad silam benar-benar
ada dan dapat dibuktikan keberadaannya dan dapat dirasakan pengaruhnya pada
masa sekarang ini.
Adanya al-Qur’an
dan Hadis bukankah berkat diutusnya Rasul Saw,
jayanya Islam pada masa sekarang ini dengan dihapuskannya perbudakan,
penindasan terhadap kaum wanita, perdagangan yang mencurangi pembeli, dan
terjaminnya kehidupan orang muslim seperti saat sekarang ini, semuanya itu
berkat keperkasaan Rasul Saw sebagai panglima umat Islam dalam mengibarkan
bendera Islam sampai akhir hayatnya.
Mengapa masih
banyak remaja yang tidak mengenal Rasul Saw, sebagai Nabi sekaligus idola
mereka, tidak terbatas laki-laki saja juga remaja perempuan seharusnya juga
bisa mengidolakan Rasul Saw dalam berbagai macam aspek kehidupannya seperti;
cara tidur dan shalat malam Nabi Saw, sifat wudhu Nabi Saw, kepribadian Nabi,
dan sebagainya. Dalam hal ini, semua yang dilakukan Nabi Saw dapat dijadikan
rujukan terpecaya sebagai jaminan keselamatan dan kebenaran dalam menggapai
kehidupan yang bahagia tersebut. Bukankah kita sekolah, bekerja, beraktivitas
dalam rangka mencari kebahagiaan, oleh sebab itu langkah dalam menuntun ke
jalan kebahagiaan tersebut jangan sampai kita lupakan apalagi abaikan begitu
saja.
Mari kita lihat
bersama bagaimana tidur Nabi Saw. Menurut sebuah riwayat, Nabi Saw tidur di
awal malam dan tidak bergadang jika itu bukan perkara yang bermanfaat.[3] Nabi Saw senantiasa berwudhu
sebelum tidur lalu membaca do’a sebagai bentuk penyerahan diri pada Allah Swt
sebagai Dzat yang Maha memegang kendali hidup dan matinya manusia.
Bagaimana pula
kepribadian Nabi Saw, kepribadian beliau adalah Allah Swt telah beri beliau
wajah yang menarik, memiliki kekuatan bicara yang mengikat, dan memukau bagi
siapapun yang memandang kepadanya. Adapun gambaran yang paling sempurna,
mendalam, dan cocok tentang Nabi Muhammad Saw diberikan oleh Umm Mu’bad yang
tinggal di tendanya (Nabi Saw) ketika perjalanan ke Madinah, “wajah yang
rupawan, muka yang bercahaya, agung, rambut panjang dan tebal, suara yang
terang, mata yang hitam dan besar, pendiam tetapi agung, ramah dan memikat, dan
sangat manis dan menarik dari dekat, bicaranya terang, tidak berbicara lebih
dari seperlunya, badannya sedang, tidak pendek dan tidak terlalu tinggi,
pokoknya menarik. Para sahabatnya begitu tertarik padanya sehingga mereka
selalu mengelilinginya dan dengan tenang mendengarkan apa yang dikatakannya dan
segera mematuhi apa yang dimintanya.”[4]
Dalam perkara
lain, apa lagi yang bisa diteladani remaja dalam pribadi Rasul Saw?, yakni
senyuman. Nabi Saw senantiasa tersenyum pada siapapun yang ditemuinya, tidak
terkecuali orang yang baru saja dikenali beliau, setelah tersenyum biasanya
Rasul Saw mengiringinya dengan salam, seperti salam yang sempurna dalam Islam
yakni “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” yang artinya;
keselamatan atas kamu, rahmat dan berkah-Nya (untukmu). Nabi Saw bersabda, yang
artinya;“dan senyumanmu pada saudaramu adalah sedekah...”.[5]Dalam hal ini seorang
remaja dituntun untuk senantiasa menyebarkankan senyuman pada siapa saja, tidak
terbatas pada teman, guru, orang tua, sahabat, tetangga, namun pada orang yang
baru dikenalpun senantiasa untuk tersenyum, sebagai langkah awal dalam
menyapanya dengan ramah.
Kebanyakan
remaja kita sekarang sulit sekali untuk membiasakan senyum ini, bangun tidur
mereka sudah mengeluh ngantuk, malas bangun, tidak mau mandi pagi dengan alasan
hari libur, dan alasan-alasan lainnya. Jika untuk keluarga saja mereka sulit
untuk tersenyum, bagaimana untuk sahabat, guru, tetangga, apalagi masyarakat.
Untuk
mengimbangi agar hal itu tidak terjangkiti pada semua anak remaja kita hari
ini, sebaiknya hadis ini senantiasa disampaikan bahwa senyum tersebut termasuk
sedekah, tidak harus dengan uang, barang, atau makanan, namun, cukup dengan
senyum kita sudah tercatat melakukan amal baik yakni bersedekah, yang mana
balasannya adalah pahala yang berlipat ganda di sisi Allah Swt.
Dalam
kesempatan lain Nabi Saw sangat perhatian pada kondisi para remaja, karena pada
usia inilah masa-masa emas dalam penanaman nilai yang akan menjadi bekal hidup
bagi mereka di kehidupan masa depan. Pada usia remaja ini juga adalah masa emas
untuk menyemai kebaikan bagi remaja itu sendiri agar kelak dapat memetik hasil
dari perbuatan mereka sendiri. Pencitrraan tidak cukup satu bulan, setahun, dua
puluh tahun atau lebih, namun sepanjang kehidupan ini adalah pencitraan diri
kita. Jika dari masa remaja ini kita sudah dikenal sebagai orang yang baik dan
patuh, serta dapat dipercaya, maka kelak ketika dewasa orang akan memegang apa
yang telah disaksikannya sewaktu kita remaja dulu, sehingga ini bedampak pada
karier kita. Namun tidak juga tertutup kemungkinan bahwa remaja yang awalnya
baik-baik saja ketika telah dewasa karena lingkungan juga yang mempengaruhinya,
bisa berbuat jahat dan kriminal. Hal ini sangat mengecewakan masyarakat ataupun
orang-orang yang mengenalnya baik, sewaktu remaja dulu.
Nabi Saw banyak
mendorong para sahabat untuk bersemangat dan pantang mundur jika berhadapan
dengan musuh. Berbagai hal diberikan oleh Nabi dalam menyemangati para sahabat
seperti; memegang kendali psikologis para sahabat dengan mengatakan bahwa
setiap amal pasti akan dibalasi oleh Allah. Pelajaran psikologi dalam pesan ini
adalah bahwa setiap menusia dalam berbuat pasti menginginkan balasannya,
tergantung pada diri masing-masing balasan tersebut berupa apa, yang jelas
psikis manusia ketika berbuat maka dibalik itu akan bertanya apa yang akan saya
dapatkan. Dalam hal ini pahala merupakan balasan yang sangat diharapkan bagi seseorang
yang haus akan ampunan dan rahmat dari Allah Swt.
Banyak
pertempuran yang dilakukan oleh Nabi Saw bersama para sahabat dengan modal
semangat jihad fi sabilillah (berjuang di jalan Allah) dan mati syahid
masuk ke jannah-Nya (syurga). Ini semua berkat kontrol psikis sahabat
oleh Rasul Saw sebagai seorang motivator bagi sahabat-sahabat semuanya.[6]
Tauladan lain
yang ada pada Rasulullah Saw adalah berbakti kepada kedua orang tua, ini
seiring dengan perintah Allah Swt dalam al-Qur’an surat al-Luqman: 14
“Dan
kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu.”
Meskipun Rasul
Saw telah yatim semenjak lahir, dan di usia enam tahun sudah yatim piatu, namun
hal ini tidak mengurangi rasa hormat dan berbaktinya pada kedua orang tua. Ini
dapat dilihat dari sikap beliau pada setiap orang tua dengan berlaku
lemah-lembut, patuh, dan selalu memenuhi keinginan mereka demi bahagia dan
senangnya orang tua tersebut. Dari kepribadian yang mulia inilah Rasul Saw
dikasi dan disayangi oleh setiap kalangan mulai dari anak kecil sampai orang
tua sekalipun, karena beliau pandai memperlakukan seseorang sesuai dengan
keadaan psikologisnya masing-masing.
Dari uraian di
atas dapat kita simpulkn bahwa keteladanan Rasul dapat menjadi solusi bagi anak
remaja unutk menemukan sosok sejati yang patut untuk diteladani, sehingga tidak
ada lagi anak remaja yangmelakukan perbuatan menyimpang, dan menyakiti hati
orang tua, guru, dan masyarakat. Segala upaya penanaman nilai-nilai keimanan
terutama pada aspek iman pada Rasul Saw ini, adalah salah satu bentuk pelayanan
pendidikan Islam yang berefek pada jiwa, kejiwaan, sikap dan tingkah laku,
serta pengembangan hubungan komunikasi dan interaksinya dengan Tuhan dan
lingkungannya.
C.
Efek Iman
Kepada Rasul Saw terhadap Jiwa dan Kejiwaan Remaja, Sikap dan Tingkah Laku
Mereka, Serta Pengembangan Hubungan Komunikasi dan Interaksi Kepribadian Remaja
dengan Lingkungan dan Tuhannya.
Secara
umum efek iman terhadap Rasul Saw adalah memberikan seseorang kesiapan
(kesehatan) mental dalam menghadapi apapun persoalan hidup, seperti; penyakit
hati, sakit fisik, bencana, ujian dan kekurangan harta maupun fisik sekalipun,
tidak akan membuat dia gentar apalagi putus asa dalam menjalani kehidupan.[7]
Selain dari
kesiapan mental di atas, seorang remaja yang benar-benar beriman pada Rasul
akan memiliki kepribadian yang produktif, dengan karakteristik bahwa setiap
sikap dan tingkah lakunya adalah bermanfaat bagi sesama dan lingkungan, dengan
mengerahkan segala potensi rasio, perasaan, indera, dan imajinasinya untuk
kegiatan-kegiatan positif yang berpotensi unggul dan professional.[8]
Adapun peta
psikologi remaja ada melewati yang namanya fase negatif, maksudnya adalah
dipenuhi dengan perasaan ragu-ragu, murung, suka melamun, dan sebagainya.[9]Bagi remaja yang sudah
dibekali nilai-nilai keimanan pada Rasul, tentunya tidak akan berlama-lama
berada dalam fase ini, karena jiwa dan kejiwaan mereka sudah sadar bahwa
perbuatan yang demikian termasuk perbuatan yang sia-sia, bahkan jika dibiarkan
berlarut-larut, akan menimbulkan pikiran negatif yang berdampak pada kerusakan
mental dan moral remaja tersebut.
Menurut Yahya
Jaya dalam “Phase” menjelaskan bahwa tugas perkembangan remaja adalah;
1. begins to
accept internal interpretations as the truth
(mulai untuk menerima hubungan dengan diri dan orang lain sebagai sebuah
kebenaran);
2. evolution of
relationship with god or higher power (berevolusi
dalam menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan atau Sang Maha pemilik kekuatan);
3. searches for
meaning, purpose, hope, and value of life (mencari
makna, tujuan, harapan, dan nilai-nilai dari kehidupan).
Jadi, pada fase
ini anak remaja dituntun untuk menerima kebenaran, salah satunya dengan
memasukkan nilai-nilai iman kepada Rasul yang sarat akan makna dan
pelajaran.
a. Efek Iman
Kepada Rasul Saw terhadap Jiwa dan Kejiwaan Remaja.
Diawali
dengan kata-kata bijak oleh Arnold Toynbee dan senada dengan prinsip Khalifah
Ali r.a yakni; “suatu bangsa akan mengalami kejayaan apabila hati menjadi
panglima, dan mengalami keemasan apabila hati dan pikiran disatukan. Bangsa
akan mengalami kehancuran apabila akal dan nafsu menjadi panglima”[10].
Dari kata bijak ini ada pesan singkat yang menjadi renungan bagi kita bahwa,
seyogyanya hati dan pikiran hendaknya disatukan guna melahirkan perbuatan yang
bermanfaat dan penuh keselamatan.
Hati
secara maknawi senantiasa terkumpul di dalamnya segala macam emosi mulai dari
yang positif-positif (motivasi, senang, syukur, bahagia, taat, percaya diri,
cinta, kasih, sayang, husnu dzhan/sangka baik dan sebagainya), dan di
dalamnya ada juga perasaan-perasaan negatif (takut, marah, sedih, putus asa,
frustasi, dan sebagainya). kedua potensi hati ini (positif dan negatif) adalah
di bawah kendali manusia, dengan kekuatan akal maka hati akan senantiasa dapat
seimbang (netral).
Dalam
tahap masa remaja, mereka belum sepenuhnya berfikir ke arah yang lebih matang
layaknya orang dewasa, makanya dibutuhkan bimbingan dan pengawasan dari orang
dewasa terhadap perkembangan hati/ psikis anak agar lahir psikis (kejiwaan)
yang sehat.
Melalui
penanaman nilai iman kepada Rasul ini diharapkan anak pada usia remaja dapat;
1) mengendalikan
emosinya ke arah positif, dan tidak terjebak pada kesedihan dan frustasi yang
berkepanjangan;
2) memupuk jiwa agar
menjadi lapang, seperti; penerimaan terhadap perbedaan dan kekurangan yang
terdapat pada orang lain, sehingga ia dapat selalu akur dengan teman sebaya,
orang tua, guru, dan lingkungan di sekitarnya;
3) melatih
berpikir positif untuk melahirkan ide-ide kreatif yang berguna bagi kehidupan
dan kepribadiannya di masa mendatang;
4) meningkatkan
kemampuam spritual agar dapat menjadi pribadi yang taat, sehingga dapat menjadi
penyejuk bagi teman-teman sebanyanya (menjadi konsultan problem solving).
simpulan dari
efek iman pada Rasul terhadap jiwa dan kejiwaan remaja adalah sebagai katalisator
(penyaring) terhadap pengaruh-pengaruh buruk lingkungan yang dapat mengancam
kesehatan jiwa dan kejiwaan seorang remaja. Selain itu juga berfungsi sebagai radiator
(penggerak) jiwa untuk terus melahirkan mental positif dari dalam diri dan
memberi energi positif pada siapapun, sehingga semua orang merasa nyaman,
tentram, dan tersenyum ketika berada di sampingnya.
Efek yang lain
yang dapat dirasakan dari seorang remaja terhadap iman pada Rasul Saw adalah membentuk mind map (konsep berfikir)
dalam menentukan sikap dan tindakan yang akan diambil sebagai sebuah keputusan
atau pilihan. Karena sebelumnya sudah ada model yang bisa dijadikan landasan
berfikir yakni sosok mulia Rasul Saw, sehingga remaja yang beriman pada Rasul Saw
ini akan senantiasa mempertimbangkan segala perbuatannya dengan tuntunan Rasul
dan teladan yang sudah diberikan Rasul pada umatnya.
b. Efek Iman
Kepada Rasul Saw terhadap Sikap dan Tingkah Laku Remaja serta Pengembangan
Hubungan Komunikasi dan Interaksinya dengan Lingkungan dan Tuhannya.
Rasul Saw
senantiasa untuk menanamkan nilai-nilai positif pada setip diri umatnya yakni
diawali dengan niat yang tulus dan lurus, kemudian diaktualisasikan lewat amal
yang positif (baik), dan terakhir adalah lakukan hal tersebut berulang-ulang (continue)
agar bisa menjadi pola positif terhadap perilaku. Dengan demikian, dalam ajaran
Rasul ini memberikan pesan kepada setiap anak remaja agar senantiasa mengawali
setiap pekerjaan dengan niat yang baik dan ikhlas, lalu optimis bahwa niat itu
akan dimudahkan oleh Allah Swt dalam mewujudkannya, setelah hal itu dilakukan,
jangan puas dulu sebelum perbuatan baik tersebut sudah benar-benar menjadi
karakter dalam diri (individu) kita.
1) Adapun efek
positif dari iman pada Rasul terhadap sikap dan tingkah laku remaja adalah;
a) terbentuknya
pribadi (akhlak) yang jujur.
Sebagai
seorang remaja yang telah mengidolakan Rasul dalam kehidupannya tentu dia akan
mengidentifikasikan dirinya dengan pribadi Rasul yakni jujur ini. Sebagaimana
dia (remaja) telah banyak memahami hadis-hadis Rasul mengenai keutamaan sifat
jujur ini di antaranya; sikap ahli syurga sebagaimana dalam hadis riwayat
Bukhari dan Muslim yang artinya; “ sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan
kepada kebajikan, dan kebajikan itu menunjukkan kepada syurga. Dan seseorang
akan terus-menerus jujur dan berusaha memilih jujur hingga dia tertulis di sisi
Allah sebagai orang yang jujur”.[11]
b) terciptanya
sikap dan tingkah laku yang penyabar.
Belajar banyak
dari sosok Rasul yang telah teruji kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi
ujian dan cobaan dunia, adalah salah satu upaya remaja untuk menginternalisasikan
nilai-nilai sabar ini ke dalam diri dan alam pikir bawah sadar mereka dan
senantiasa benar-benar telah menjiwai sifat sabar ini. Termotivasi dari
hadis-hadis Rasul tentang keutamaan
sifat sabar ini, dalam salah satu Hadis Rasul Saw yang artinya; “dari Anas
r.a., katanya; “saya mendengar Rasul Saw bersabda; “sesungguhnya Allah ‘Azza
Wajalla berfirman; “jikalau Aku memberikan cobaan kepada hamba-Ku dengan
melenyapkan kedua matanya, yakni menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka
untuknya akan Ku-beri ganti syurga karena kesabarannya (kehilangan kedua
matanya itu)” (HR. Bukhari).[12]
c) munculnya sikap
yang dermawan dari diri seorang remaja tersebut.
Rasul Saw yang
senantiasa berinfak, bersedekah, menjamu tamu, mengurusi keperluan umat muslim,
dan mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi Beliau, serta
senantiasa memotivasi kaum muslimin agar gemar bersedekah melalui salah satu
Hadis Beliau yang artinya; “ sedekah tidak mengurangi harta” (HR.
Muslim).[13]
Maksud dari hadis ini adalah jika kita menginfakkan dan menyedekahkan
sebahagian harta kita di jalan Allah Swt, tentunya perbuatan tersebut tidak
mengurangi harta kita sama sekali, bahkan menambah subur harta kita yang
tersisa dan dibalasi oleh Allah dengan pahala dan nikmat lain berlipat ganda.
Dari Hadis di
atas, bagi seorang remaja yang sudah ditanamkan nilai-nilai iman pada Rasul
sekaligus mentransfer ilmu tentang hadis-hadis Rasul seperti hadi tentang
keutmaan bersikap dermawan ini, tentunya memberi dampak positif terhadap jiwa dan
kejiwaan serta sikap dan tingkah laku remaja, yakni; mereka senantiasa senang
berbagi terhadap sesama, rela hidup pas-pas-an asalkan keluarga dan tetangga
juga dapat kenyang dan tidur nyenyak sebagaimana yang kita rasakan, walaupun
harta kita sedikit, namun sangat senang apabila berbagi terhadap sesama, dan
sebagainya.
Mental-mental
seperti ini akan senantiasa tertanam dalam jiwa anak remaja yang telah
mendapatkan nilai-nilai iman pada Rasul pada tahap perkembangan jiwa remaja
mereka.
Selain dari
tiga aspek positif di atas masih banyak hal lain yang menjadi proses
pertumbuhan jiwa-jiwa positif lainnya, seperti; jiwa pemberani, zuhud, rendah
hati, penyantun, dan sebagainya, yang nantinya akan melahirkan skap dan
perilaku yang mulia dan disenangi oleh semua orang.
2) Adapun efek
iman kepada Rasul Saw terhadap kepribadian remaja pada lingkungan dan Tuhannya adalah;
a) Ramah dan penuh
tanggungjawab, baik terhadap sesama manusia, makhluk lainnya (seperti;
binatang, tumbuhan, dan alam sekitar), maupun terhadap perintah pada Allah Swt
juga dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab.
Perilaku ini
terbentuk akibat dari meneladani Rasul yang senantiasa memperlakukan siapapun
dengan ramah dan melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab, tidak pernah
merusak lingkungan apalagi memusnahkannya.
b) Senantiasa
berseraah diri pada-Nya, dan tidak takut dengan kekurangan, kelaparan, dan
kematian yang menimpa diri seorang hamba (contohnya; remaja).
Spritual yang
tinggi seperti ini muncul dari dalam diri seorang remaja, akibat dari telah
tertanam kuat dari diri mereka kecintaan kepada Rasul Saw, sehingga apapun yang
dikatakan, dilakukan, dan keputusan Rasul Saw menjadi hujjah (pedoman),
bagi diri anak remaja tersebut. Sosok yang taat ini telah ada pada Nabi Ismail
r.a., ketika ia masih berada pada usia yang sangat belia yakni di masa remaja
(berkisar umur 11/12 tahun), yang sudah memiliki ketaatan yang sempurna pada
Allah Swt, akibat dari penanaman nilai-nilai agama yang lurus dan agung dari
ayahnya (Ibrahim a.s.).
c) Menumbuhkan
sikap ikhlas pada segala ibadah yang dilaksanakan semata mengharap ridha Allah
Swt.
Ibadah tidak
hanya terbatas pada shalat lima waktu sehari-semalam, puasa di bulan Ramadhan,
membayar zakat, dan naik haji ke Makkah. Namun, ibadah itu melingkupi segala
aspek perbuatan manusia selama di dunia dalam memenuhi kebutuhannya (fisik,
rohani, dan nalar) seperti; makan, minum, belajar, bekerja/ mencari nafkah,
tidur, dan lain sebagainya yang diniatkan semata mengharap ridha Allah Swt.
Perilaku remaja
yang demikian akan mampu menuntunnya mencapai kebahagiaan yang sejati, jauh
rasa kegalauan yang sering melanda jiwa remaja pada umumnya. Kegalauan hanya
dimunculkan dari sikap keragu-raguan terhadap kebenaran agama, dan melakukan
semua hal tanpa pertimbangan akal dan agama.
Selain itu efek
dari iamn pada Rasul ini akan mampu membentengi perilaku remaja dari perilaku
menyimpang yang ditimbulakn oleh nafsu yang jahat yang dikenal juga dengan nama
“nafsu amarah”. Di bawah ini akan digambarkan tabel perilaku terpuji dan
perilaku menyimpang (tercela);[14]
No
|
Perilaku
Terpuji
|
Perilaku
Tercela
|
1
|
Memiliki
harga diri (hamiyah)
|
Menjatuhkan
harga diri (jufa’)
|
2
|
Merendahkan
diri (tawadhu’)
|
Menghinakan
diri (muhanah)
|
3
|
Dermawan
(judd)
|
Menghambur-hamburkan
harta (sarf)
|
4
|
Kewibawaan
(mahabat)
|
Kesombongan
(kibr)
|
5
|
Berani
(syaja’at)
|
Nekat
(jar’at)
|
6
|
Prihatin
(huzn)
|
Penakut
(jubn)
|
7
|
Hemat
(iqtishad)
|
Pelit
(syukhkh)
|
8
|
Waspada
(ihtiraz)
|
Buruk
sangka (su’u al-zhan)
|
9
|
Firasat
(farasat)
|
Persangkaan
(zhann)
|
10
|
Memberi
peringatan (nashihat)
|
Menunjukkan
keburukan orang lain (ghibah)
|
11
|
Memberi
hadiah (hadiyah)
|
Menyuap
(riswah)
|
12
|
Suka
memaafkan (‘afw)
|
Suka
menghinakan diri (zull)
|
13
|
Pengharapan
(raja’)
|
Angan-angan
(tamanni)
|
14
|
Menceritakan
nikmat dari Allah (tahaddus)
|
Membangga-banggakan
harta (fakhkhar)
|
15
|
Hati
lembut (riqqah al-qalb)
|
Keluh
kesah (jaza’)
|
16
|
Menyerahkan
diri setelah berusaha (tawakkal)
|
Lemah
hati (‘ajz)
|
17
|
Hati-hati
(ihtiyat)
|
Ragu-ragu
dan bimbang (was-was)
|
18
|
Inspirasi
dari malaikat (ilham min malaki)
|
Inspirasi
dari setan (ilham min syaythan)
|
19
|
Nasihat
|
Mencerca
(ta’nib)
|
20
|
Bersegera
(mubadarah)
|
Terburu-buru
dalam bekerja (‘ajlat)
|
21
|
Curahan
hati (ikhbar al-hal)
|
Keluh
kesah (syakwa)
|
Dari tabel di
atas, dapat kita ketahui bersama bahwa pada sisi kiri adalah mental-mental
dengan muatan positif sedangkan sebelah kanan adalah mental-mental dengan
muatan negatif. Dari dua hal tersebut tentunya impian orang tua, guru,
masyarakat, dan bangsa menginginkan lahir generasi emas ang memiliki
mental-mental yang positif seperti yang dipaparkan di sebelah kiri di atas, dan
meminimalisir munculnya generasi yang bermental negatif seperti yang tercantum
di sebelah kanan di atas. Dengan demikian, terciptalah suasana keluarga,
lingkungan masyarakat, serta kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman,
tentram, aman, dan sentosa, jauh dari kericuhan, perkelahian, tawuran antar
pelajar, perilaku menyimpang yang mana mayoritas pelakunya adalah para remaja,
dan lain sebagainya.
D. Kesimpulan.
1. Banyak aspek
yang bisa diteladani pada diri Rasul Saw, seperti halnya shalat, puasa, senyum,
bersabar, giat bekerja dan lain sebagainya.
2.Teladan yang
ada pada diri Rasul Saw merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan Islam
dalam membentuk jiwa dan kejiwaan, serta sikap dan perilaku mereka terhadap
lingkungan dan Tuhannya.
3. Adapun efek
iman pada Rasul Saw terhadap jiwa dan kejiwaan serta sikap terhadap anak di
usia remaja adalah sebagai berikut;
a.mampu
mengendalikan emosinya ke arah positif, dan tidak terjebak pada kesedihan dan
frustasi yang berkepanjangan;
b.memupuk jiwa
yang besar, seperti; penerimaan terhadap perbedaan dan kekurangan yang terdapat
pada orang lain, sehingga ia dapat selalu akur dengan teman sebaya, orang tua,
guru, dan lingkungan di sekitarnya;
c.melatih
berpikir positif untuk melahirkan ide-ide kreatif yang berguna bagi kehidupan
dan kepribadiannya di masa mendatang;
d.meningkatkan
kemampuam spritual agar dapat menjadi pribadi yang taat, sehingga dapat menjadi
penyejuk bagi teman-teman sebanyanya (menjadi konsultan problem solving).
4. Adapun efek
iman kepada Rasul Saw terhadap sikap dan
tingkah laku remaja adalah sebagai berikut;
a. terbentuknya
pribadi (akhlak) yang jujur;
b. terciptanya
sikap dan tingkah laku yang penyabar;
c. Munculnya sikap
yang dermawan dari diri seorang remaja tersebut.
5. Adapun efek
iman kepada Rasul Saw terhadap kepribadian
remaja pada lingkungan dan Tuhannya adalah;
a. ramah dan penuh
tanggungjawab, baik terhadap sesama manusia, makhluk lainnya (seperti;
binatang, tumbuhan, dan alam sekitar), maupun terhadap perintah pada Allah Swt
juga dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab;
b.senantiasa
berseraah diri pada-Nya, dan tidak takut dengan kekurangan, kelaparan, dan
kematian yang menimpa diri seorang hamba (contohnya; remaja);
c.menumbuhkan
sikap ikhlas pada segala ibadah yang dilaksanakan semata mengharap ridha Allah
Swt
6. Dari semua
aspek yang terpengaruh (jiwa dan kejiwaan, sikap dan tingkah laku, serta
kepribadian) anak remaja ini efek dari iman pada Rasul Saw adalah dapat
menumbuhkan mental dan perilaku positif yang dapat menjadi benteng terhadap
segala pengaruh negatif baik yang datang dari dalam diri (intern effect)
maupun pengaruh yang datang dari luar (extern effect).
E. Saran
1. Materi tentang
iman pada Rasul Saw sangat dibutuhkan oleh anak remaja yang haus akan informasi
(rasa ingin tahu yang tinggi), sehingga segala potensi yang dimilikinya
terarahkan pada hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi keluarga, sekolah,
lingkungan masyarakat, dan agama.
2. Pendidikan
Islam dengan menggunakan pendekatan psikologis (psicology approach)
sangat tepat jika diberikan pada remaja yang senantiasa ingin dimengerti,
dipahami, dikasihi, dan disayangi. Jika kebutuhan psikologis ini tidak
terpenuhi pada diri anak remaja, maka ia akan mencari kasih-sayang lain yang
menurutnya dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya tersebut. Jadi, di sini
sangat jelas peran orang tua, guru, dan masyarakat dalam memperhatikan
tumbuh-kembang psikologi remaja di tengah-tengah masyarakat modern kita
sekarang. Jangan biarkan mereka bebas tanpa kendali, tapi, biarkan mereka bebas
terkendali (freedom control).
[1]Yahya Jaya, Ilmu
Psikolgi Agama Modern dalam Islam, Slide ke-12
[2]Aliah B.
Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, Ed. Ke-1, 2006) h. 111
[3]Muhammad Hasan al-Adawi
(Pentj. Wiwid Purwawan), Ayo Menginap di Rumah Nabi, (Solo: Aqwam,
Agustus, 2008), h. 56
[4]Afzalur Rahman
(Pentj. Anas Sidik), Nabi Muhammad sebagai Seorang Pemimpin Militer,
(Jakarta: Amzah, Cet. Ke-2, Juli, 2006), h. 74
[5]Muhammad Quthub
(Pentj.Bobby Heribowo, dkk), Hikmah
Rasul, (Jakarta: Najla Press, Cet. Ke-1, Mei, 2008), h. 142
[6]Afzalur Rahman,
op. cit., h. 90
[7]Muhammad Utsman
Najati (Pentj. M. Zaka al-Farisi), Psikologi dalam al-Qur’an (Terapi
al-Qur’an dalam Penyembuhan Gangguan kejiwaan), (Bandung: CV. Pustaka
Setia, Cet. Ke-1, April, 2005), h. 426
[8]Rif’at Syauqi
Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Jakarta: Amza, 2011), h. 22
[9] Masganti Sit, Psikologi
Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2011), h. 64
[10] Yahya Jaya, Ilmu
Psikologi Modern (Power Point), op. cit., Slide ke-92
[11]Aidh al-Qarni
dan Manshur ibn Nashir al-Awaji, (Pentj. Najib Junaidi dan Nur Qamari) Muhammad
Saw Sang Idola, (Surabaya: La Raiba Bima Amanta (elBA), Cet., Ke-2, Juni 2009),
h. 37
[12] Imam al-Nawawi
Riyadhus Shalihin, Kitab 1, Bab: Sabar
[13] Aidh al-Qarni dan Manshur ibn Nashir
al-Awaji, op. cit., h. 47
[14]Abdul Mujib, Kepribadian dalam
Psikologi Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 182, dalam
sumber asli Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, al-Ruh fi al-Kalam ‘ala ‘arwah
al-Amwat wa al-Ahwa’ bi al-Dalil min al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Asar wa Aqwal
wa al-Ulama’ (Beirut: Dar al- Kitab al-Ilmiah, tt), h. 228-260
No comments:
Post a Comment