Oleh: Al Muhandis
Suatu
hari seorang Imam, Mufti dan Faqih Makkah, Muslim ibn Khalid Az-Zanji bertemu
dengan seorang anak yang begitu fasih melafalkan bait-bait syair arab. Lisannya
fasih. Tata bahasanya rapi, pilihan katanya menakjubkan, suaranya begitu merdu.
“Siapakah
namamu lelaki muda yang mulia?”
“Muhammad
Ibn Idris.”
“Apa
yang kau lakukan di kota ini anakku?”
“Belajar
bahasa, nahwu juga sharafnya serta menghafalkan syair-syair arab”
“Ketahuilah
nak, alangkah indahnya jika kefasihan lidahmu dan merdunya suaramu digunakan
untuk menjaga Sunnah Rasulullah, menyampaikan hukum-hukum syari’at kepada
manusia, dan mengajari mereka fiqh sehingga mereka mampu memahami agama ini”
Kata-kata
itu sederhana saja. Diucapkan dengan cara yang juga sederhana, namun mampu
menyengat bocah tersebut untuk mempelajari fiqh dan kelak menjadi ulama besar.
Kata-kata
sederhana yang penuh cinta yang disampaikan Muslim ibn Khalid Az-Zanji telah
menyentuh hati anak tersebut, dan kata penuh cinta itulah yang membuat sang
anak menjadi Imam Besar yang saat ini banyak digunakan fatwanya.
Remaja
dahsyat tersebut kelak dikenal sebagai Imam Asy Syafi’i, dan beliau pernah
berujar pada salah satu majelisnya “Andai tak ada Muslim ibn Khalid Az-Zanji,
mungkin takkan ada Asy Syafi’i. Kecuali mungkin penyair gelandangan yang
kebingungan kesana kemari”
Lapis-lapis Keberkahan; Salim A
Fillah; Hal: 106-107
Dari
kisah ini tentunya kita dapat mengambil sebuah ibroh, bahwa atas izin Allah,
sebuah kata sederhana mampu merubah dunia.
Duhai
bapak dan ibu guru yang selalu diberkahi Allah...
Sentuhlah
santrimu dengan cinta, yang mengharap hanya RidhaNYA
Karena
kita tidak akan pernah tahu...
Santri
mana yang kelak akan tersengat dengan kata penuh cinta
Dan mencetak sejarah, hanya karena sebuah kata...
No comments:
Post a Comment