Tuesday 26 April 2016

Bahayanya Duduk Berbincang-Bincang di Jalan




Oleh: Dewi Sartika

Apa yang ada di benak kita ketika melewati sebuah jalan yang dikerumuni anak-anak jalanan, suka bersiul pada setiap orang yang lewat, terkadang mengejek orang-orang yang melewati jalan tersebut, dan tidak sedikit juga yang mencoba menggoda para gadis yang menurut mereka berparas ayu dan cantik jelita.

Bagi sebahagian orang mungkin perbuatan demikian sudah dianggap lumrah (biasa), disebabkan karena pemandangan tersebut sudah sangat sering mereka saksikan di setiap perempatan jalan atau di kedai-kedai atau warung kopi, serta pangkalan ojek atau gang-gang sempit, yang mana pemuda-pemuda kampung ataupun preman-preman kota sangat gemar nongkrong di sana untuk bercanda ria dan bermain dengan teman sebayanya.

Menghindar dari jalan tersebut terkadang sangat sulit bagi kita yang rumahnya dekat dari perempatan jalan tersebut, atau ada kebutuhan mendesak yang mengharuskan kita tetap melewati jalan tersebut, sehingga mau tidak mau tetap juga melewati jalan tersebut. Terkadang ada perasaan risih dan tidak enak dalam hati karena walaupun tidak diganggu secara terang-terangan, namun dilirik saja dan menjadi perhatian mereka saja sudah tidak nyaman (segan).

Merubah kebiasaan yang tidak menciptakan rasa aman bagi warga dan masyarakan demikian memang tidak mudah. Mari kita mulai dari diri sendiri untuk mencoba tidak menggemari tempat-tempat kumpul yang dapat menimbulkan banyak fitnah tersebut, kenapa dapat menimbulkan banyak fitnah?, kenapa tidak dengan memandang yang tidak mahram saja sudah satu dosa yang kita kantongi, apalagi disertai dengan nafsu dan tindakan keji. Begitu juga dengan perbuatan mengejek, mencemooh, bahkan mencoba untuk secara terang-terangan ingin mengganggu orang yang sengaja lewat di sana dengan keperluan tertentu.

Sudah panjang lebar saya memberi penjelasan tentang bahayanya duduk di jalan-jalan, nongkrong-nongkrong yang tidak jelas dan tidak ada tujuan tersebut, yah.. tidak lengkap rasanya jika tidak ada landasan dalil yang mendukungnya, mari kita simak secara seksama hadis Rasulullah Saw berikut ini:

Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Hindarilah duduk di jalan-jalan! Para sahabat berkata: Ya Rasulullah saw! Kami tidak dapat menghindar untuk duduk berbincang-bincang di sana (di jalan). Rasulullah saw. bersabda: Kalau memang kalian harus duduk juga, maka berikanlah pada jalan itu haknya. Para sahabat bertanya: Apakah haknya? Rasulullah saw. bersabda: Menjaga penglihatan, menyingkirkan hal-hal yang membahayakan, menjawab salam, amar makruf dan nahi munkar. (Shahih Muslim No.3960)

Nah, ketika hadis di atas sudah sangat jelas bagi kita semua, mungkin akan dapat menambah keyakinan dan ilmu pada kita semua akan dampak yang diperoleh dari perbuatan yang sia-sia yakni “duduk berbincang-bincang di jalan”, dan sangat sedikit yang bisa menunaikan hak-hak para pejalan yang melewati jalan tersebut oleh orang yang sengaja duduk-duduk di sana. 

Hikmah dari larang duduk-duduk di jalan kemudian berbincang-bincang di antaranya:

a.       Jika kita pikirkan dengan seksama, sebagai seorang muslim tentu kita dituntun untuk bisa memnafaatkan waktu sebaik mungkin guna mengerjakan hal-hal yang mendatangkan manfaat. Pertanyaannya; apakah dengan duduk-duduk di tepi jalan lalu ngobrol/bincang-bincang dengan teman sebaya akan bisa mendatangkan manfaat, jika jawabannya iya ada manfaatnya, namun apakah sebanding dengan mudharat (bahaya) mungkin saja akan menimpa kita, apakah dengan ngumpul-ngumpul dengan cara tersebut bisa menghindari kita dari pikiran yang jahat, seperti; muncul niat ingin main yang disertai taruhan, atau melirik wanita-wanita yang bukan mahram yang melewati jalan tersebut, atau merokok dan masih banyak perbuatan sia-sia lain yang akan muncul jika waktu kita diisi dengan perbuatan duduk-duduk di tepi jalan tersebut.
b.      Ada kalanya iman kita diuji di sini, ketika Rasulullah Saw telah melarang, apakah kita masih ingin berbantah-bantahan membenarkan apa yang menjadi pikiran kita, bahwa perbuatan seperti duduk di tepi jalan mengandung banyak manfaat dengan dalil; perbuatan demikian hubungan bisnis dapat berjalan dengan lancar, atau dengan ngumpul-ngumpul begitu kami bisa meng-update (memperbaharui) informasi seputar apa yang sedang terjadi di kampung ini, dan dalil-dalil lainnya, yang jika kita fikirkan lagi mungkin hanya akan menambah luntur keimana kita pada Sunnah Rasul Saw.

Demikian sedikit pelajaran yang dapat kita petik dari satu hadis yang penulis tuliskan di atas, dan kita semua bermohon agar dijauhkan dari perbuatan sia-sia tersebut, Amin.


 

Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

1 comment:

  1. Menurut ana kalau yang namanya jalan ya,, tentu saja digunakan untuk kita lewati saat berjalan, jangan disalahfungsikan jadi tempat duduk-duduk plus ngobrol alias bincang-bincang, gimana menurutmu sobat??

    ReplyDelete