Saturday 30 April 2016

Renungkan siapa diri kita!




Oleh: Dewi Sartika

Terlena karena harta, wanita, dan takhta terkadang itulah yang membuat kita lalai beribadah kepadanya.
Allah Swt terkadang terkesan terlalu baik pada kita, kenapa...??? karena Allah Swt selalu memberikan apa yang kita butuhkan, sebut saja segala sumber daya yang terbentang dan tersedia di alam ini, mulai dari udara untuk kita bernafas, air untuk kita jadikan sumber kehidupan (mulai dari bangun pagi sampai tidur lagi, bisa dikatakan kita tidak terlepas dari sumber daya yang satu ini, benar atau betul??), tumbuhan (sebagai bahan makanan dan kebutuhan hidup lainnya), hewan, dan intinya segala yang tersedia di alam memang sengaja Allah Swt sediakan untuk satu makhluk yang istimewa yakni “manusia”


Namun, pertanyaannya: “sudahkan manusia selama ini merenungi atas segala keistimewaan yang telah ia teguk dan nikmati dibalas dengan satu ketaatan pada Allah Swt dengan terus-menerus beribadah kepada-Nya?”.

Belum semua, terkadang kita masih lalai dari mengingat-Nya, contoh kecil saja, seperti shalat, sudahkah kita shalat tepat waktu, sebagai bentuk penjagaan kita pada hak-hak Allah Swt?, atau sudahkah kita menyisihkan sedikit rezeki yang telah diberikan-Nya demi menjalankan syari’at-Nya yang mengajarkan untuk menolong orang yang membutuhkan?, atau sudahkah kita memperlakukan orang tua kita dengan sangat baik, ketika keduanya sudah lanjut usia, atau kita masih cuek sama mereka, masih tidak peduli dengan perasaan mereka, bahkan tersbesit dalam hati tidak lagi menginginkan kehadiran mereka di sisi kita, na’udzubillahi min dzalik.

Tidak ada kata terlambat untuk bertobat, mari kita luruskan kembali niat kita untuk kembali ke pangkuan-Nya, menghiba dan memohon ampunan dan kasih sayang-Nya agar mau merangkul kita kembali menjadi hambanya yang terkasih dan tersayang, jika Allah Swt telah mencurahkan kasih dan sayang-Nya pada kita, maka tidak ada satu orangpun dan makhluk lainpun yang mampu menahan dan mengambilnya dari kita, maukah kita termasuk dalam barisan hamba-hamba yang menjadi kekasih dan terpuji di sisi Allah Swt?, tentu kita semua menginginkannya iya kan?.

Menjadi hamba yang terkasih dan terasayang di sisi Allah Swt memang tidak mudah, hanya orang-orang  yang diberkahi oleh Allah Swt sajalah yang berhak mendapat kedudukan dan posisi tersebut. Bagi kita yang hanya berstatus manusia biasa, hanya bisa berusaha semaksimal mungkin menjadi hamba yang taat, dengan terus memupuk diri dengan segenap ilmu yang bermanfaat mewujudkan impian, bercita-cita melihat wajah-Nya di syorga kelak.

Kun Fayakun (jadilah, maka akan terjadi), jika Allah Swt telah berkehendak maka semua itu akan terwujud, semoga kita termasuk dalam golongan yang dikehendaki oleh Allah Swt masuk dalam hamba-hambanya yang diberkahi dan selalu mendapat petunjuk-Nya dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Alkisah seorang hamba (dalam cerita ini adlaah seorang pemuda) memohon pada Rabb-Nya, “Ya Rabbi hamba mohon padamu agar diistiqomahkan di jalanMu, jangan biarkan hamba tergelincir dalam kesesatan dan kemaksiatan, sebab dengan penjagaanMu sajalah hamba dapat terjamin selalu mendapat hidayah dan selalu lurus berjalan di muka bumiMu yang fana ini”.

Setiap hari seorang hamba ini selalu berdoa pada RabbNya dengan doa yang sama di samping doa-doa lain yang pernah dimohonkannya juga. Suatu waktu Allah Swt ingin melihat kesungguhan hambaNya ini dalam menghadapi cobaan dari Sang Khalik.

Di sebuah perjalanan menuju masjid dengan niat ingin menunaikan shalat wajib, hamba ini dihadang oleh preman-preman yang ada di kampung tersebut, preman tersebut menginginkan sejumlah uang dari hamba tersebut, dan mereka mengancam jika tidak dikasih maka mereka akan menghajar hamba ini dan menyandranya sehingga tidak akan bisa lagi ia beribadah seperti biasanya.

Hamba ini bingung, uang apa yang bisa ia beri untuk preman-preman tersebut, karena ia pada hari itu juga tidak memiliki uang kecuali hanya sedikit, hanya cukup untuk makan pagi habis petang, cari lagi pagi hari dengan mencari kayu bakar di hutan lalu menjualnya ke pasar, laku terjual dapat uang lalu dibelikan pada kebutuhan makan pada hari itu, dan habis. Seperti itu ia menjalani hari-harinya, mau mengerjakan apapun asalkan halal, dan dari hasil jerih payahnya tersebut tidak bisa membuat ia menabung lebih banyak.

Allah swt Maha Berkuasa terhadap hambanya, terbesit dalam pikirannya untuk memberikan semua benda yang ia miliki di rumahnya untuk diserahkan pada preman tersebut agar bisa dimanfaatkannya asalkan ia bisa leluasa beribadah seperti biasa lagi, atau ia akan mempertahankan semua apa yang menjadi haknya, walau nyawa tantangannya.

Ia berdoa sungguh-sungguh pada Allah Swt dalam hati, sehingga ia memutuskan untuk melawan preman-preman tersebut dengan segenap jurus yang ia punya, dalam hatinya hanya ada satu tekad, “Allah Swt Maha Menolong hambaNya yang dalam kesusahan apalagi terzalimi saat sekarang ini, apa yang menjadi kehendak Allah Swt pasti akan terjadi, jika Allah Swt menghendaki ia menang melawan preman tersebut maka ia akan mendapat kemenangan, jiak tidak maka itu sudah menjadi kehendakNya, saya hanya berusaha, dan Allah Swt yang menetapkan.”

Tidak disangka hamba tadi yang punya iman yang kuat, mampu mengalahkan preman-preman yang menghadangnya tersebut, mereka semua babak belur dan tidak mampu melawan, sehingga bertambah yakinlah hamba tersebut akan kebesaran Allah Swt yang Maha Agung dan Berkuasa melakukan apapun yang menjadi kehendakNya.

Dari kisah di atas dapat kita petik hikmah bahwa, sekalipun kita hanya orang yang biasa-biasa saja, namun yakinlah bahwa yang mendatangkan kebahagiaan itu bukanlah berasal dari harta yang melimpah, anak-anak yang banyak dan sukses, pangkat yang tinggi, dan lain sebagainya, namun kebahagiaan itu datang dari ketaatan kita pada Allah Swt dan segala bentuk penyerahan diri kita yang penuh hanya padaNya.

Satu hal juga yang harus ktia ingat bahwa semua hamba di dunia ini tidak akan luput dari ujian dan cobaan dariNya, jadi mari kita persiapkan diri kita sedini mungkin untuk siap bertarung menghadapi godaan hawa nafsu dan halangan serta rintangan yang siap menghadang kapanpun dan dimanapun.

Semoga tulisan ini bermanfaat, ketahuilah bahwa penulis juga baru belajar dan mau mencoba untuk menggoreskan untaian hikmah sesuai dengan kadar ilmu yang dimiliki.





Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

1 comment:

  1. Terus berkarya & sampaikanlah walau sepotong hikmah, BRAVO!!!

    ReplyDelete