Oleh: Lita Oktaviani
Penuh,letak tak
beraturan,berada disana-sini dalam berbagai wujud. Terpaku di sterofom, terdiam
di rak-rak bertumpukan dengan berbagai undangan dan map, berada di
printer,menunggu untuk di gunakan. Sepertinya,semua sudut ruangan ini di telah
di kuasai olehnya. Hanya di atas lemari yang terletak dibelakang meja kerjaku,
ia terlihat rapi dengan berbagai label.
Kertas-kertas
itu seperti pengawal setia yang selalu mendampingiku. Kemanapun dan apapun yang
ku kerjakan dalam ruangan ini, tak pernah lepas darinya dan tampaknya ia tak
merasa bosan meskipun telah dua tahun bersama dengan orang yang sama dan
melakukan rutinitas yang sama.
Ia juga tidak
pernah mengeluh saat aku harus memakainya berkali-kali atau marah saat aku
harus membuangnya.
“kenapa aku harus
marah, bukannya aku seharusnya bersyukur karena dapat membantu manusia?”
“tapi kau sering
kali dicampakan setelah digunakan, bahkan kau pun dikelompok-kelompokan, kau
akan di simpan bila kau di anggap penting tapi bila tidak, nasibmu berakhir di
tempat sampah” ujarku padanya suatu hari
“itu adalah hal
yang biasa, sebagian dari kami memang ada yang dibuang. Tapi itu adalah proses
yang harus kami lalui agar sebagian lagi diantara kami digunakan untuk hasil
yang sempurna”
Aku tergugu
mendengar penuturannya. Begitu mudahnya ia dan yang lain berkorban sementara
kami manusia?
Pagi ini aku
menjalankan rutinitasku seperti biasa yang pasti berhubungan dengannya, sang
kertas. Merekap absensi, membuat berita acara karyawan baru masuk dan keluar,SK
dan hal lain yang tak lepas dari menggunakan kertas. Pagi ini aku sendiri,rekan
kerjaku sakit.
“kamu hampir
setiap hari membuat laporan, untuk apa?” ia bertanya
“ehm…begini dalam
dunia kerja, antar divisi saling berkaitan, jadi agar tidak terjadi
miskomunikasi diperlukan laporan”
“berarti jika
ada sesuatu atau ada yang berubah, setiap divisi mencatatnya dan melaporkannya
ke atasan ?
“kurang lebih
begitu” jawabku santai
“berarti hampir
sama seperti malaikat dong,mencatat
apapun yang terjadi dan nanti manusia akan menerima laporannya”
Aku tergugu.
“manusia tahu
setiap perbuatan mereka dicatat oleh malaikat, tapi kenapa sering melalaikan
bahkan berbuat yang tidak baik, apakah mereka tidak menginginkan menerima
laporan dengan hasil yang baik?”
Aku tak menjawab
“manusia juga
memiliki SK dari Allah yang tidak akan berubah sampai kapanpun, manusia akan
mengalami kematian, tapi kenapa banyak yang lupa untuk mempersiapkannya?”
“hei…kenapa kamu
diam saja, apa ada yang salah dengan ucapanku?”
Aku menggeleng.
Ruangan ini semakin terasa sepi.
Pagi ini aku
menginput nilai rapor guru dan karyawan tempatku bekerja. Sang kertas sudah
pasti menemaniku. Ia terus berbicara tentang hal-hal baru yang ia temui ataupun
ia dengar dari temannya. Aku terus bekerja sembari mendengarkannya dan sesekali
menyelingi pernyataannya.
“apa kau bahagia
dengan kehidupanmu saat ini?”
“iya, tentu
saja”
“kenapa?”
“ aku pernah
bilang padamu, aku senang bisa bermanfaat untuk orang yang lain, meski dalam
hal yang sederhana tapi itu sudah cukup
bagiku untuk membuatku bahagia”
“sesederhana
itu?”
“iya, tidak
perlu alasan yang muluk-muluk atau hal yang luar biasa untuk bahagia, dengan
membuat orang lain tersenyum maka kau akan merasa bahagia”
“begitukah?”
“ apa kau ragu
dengan ucapanku?”
“ehm..entahlah”
Aku kembali pada
tugasku. Ia kembali merenung dan diam memperhatikanku hingga tugasku selesai.
Aku baru saja
membuka pintu saat mataku menatap ada yang berubah dengan tatanan ruanganku.
Laci meja kerjaku tak terkunci, map-map di atas meja juga berantakan. Dan kertas…ya
kertas-kertas itu berhamburan di lantai dengan berbagai tulisan. Ku ambil
selembar, tertulis “ aku pinjam kertas-kertasmu untuk sementara waktu”
“Tuhan…semoga
saja bukan kertas itu yang diambil”
Ku keluarkan
semua kertas yang ada dalam laci.
“ tidak…kenapa
harus kertas itu yang diambilnya” lututku lemas menerima kenyataan bukti
transaksi kemaren tak ada di tempatnya lagi.
Image Source
Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
Image Source
Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment