Monday 17 October 2016

7 Hal Yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua pada Fase Pertama Pendidikan Anak Usia Dini.



Reza Pratomo

Pola parenting nabawiyah mengenal 3 fase dalam tahapan pendidikan anak. Di mana fase pertama (0 – 7 tahun) anak dianggap sebagai raja, tahap selanjutnya (8 – 14 tahun) anak dianggap sebagai pembantu dan tahapan terakhir ( 15 – 21 tahun) anak dianggap sebagai sahabat atau menteri di rumah tangga orang tuanya.

Tulisan kali ini akan membahas bagaimana cara kita sebagai orang tua memperlakukan anak di fase pertama dalam tumbuh kembangnya, yaitu anak sebagai raja. Pengertian anak sebagai raja adalah dimana anak memiliki kerajaannya sendiri, yaitu bermain. Kita sebagai orang tua hanyalah rakyat jelata. Dan sang raja memiliki kekuasaan mutlak di kerajaannya.


Jika ada pertanyaan, “lalu dimanakah fungsi peran orang tua dalam menanamkan nilai pada anaknya jika sejak kecil mereka dibiarkan bebas?”.

Jawabannya ada pada fase kedua dan saat ini kita hanya membahas fase pertama saja dari pola Parenting Nabawiyah

Berikut ini adalah tujuh hal tersebut:

1. Biarkan mereka bereksplorasi, dan merupakan tanggung jawab kita untuk menjadikan mereka aman

Tugas kita sebagai orang tua adalah menjaga kita anak agar tetap aman pada saat bermain. Jika mereka memanjat, maka tugas kita adalah menjaga mereka, jika mereka jatuh kita siap untuk menangkapnya. Jika mereka bermain, pastikan kita menciptakan lingkungan bermain yang aman bagi mereka.

Jauhkan benda yang mungkin akan membahayakan keselamatan mereka dalam bermain, jika menurut pertimbangan kita hal tersebut membahayakan, yang bisa kita lakukan adalah meninggikan letak benda tersebut sehingga tidak terjangkau oleh mereka. Atau disimpan di tempat yang tidak bisa mereka buka.

Melarang mereka hanya akan menjadikan mereka takut untuk bereksplorasi, sehngga imbasnya mereka merasa dikekang di dalam kerajaan mereka sendiri. Jika kita sebagai orang tua merasa perlu untuk melarang mereka, berikan aturan disaat pikiran kritisnya sudah terbentuk yaitu disaat usia 7 tahun keatas.

Jadi berikan mereka kebebasan dalam bereksplorasi, dan pastikan tempat tersebut aman bagi mereka.

2. Ajak mereka menikmati pengalaman baru dalam rangka memenuhi kebutuhan otaknya.

Kebutuhan otak anak usia adalah pengalaman, karena bagi mereka, seluruh hal adalah hal baru. Oleh sebab itu perlu kiranya kita sebagai orang tua mengajak mereka untuk menikmati pengalaman baru yang belum pernah dirasakan oleh anak.

Pengalaman ini tidak harus mahal dan keluar banyak biaya, kadang sebuah jalan kaki di pagi hari bersama anak dan menjawab berbagai pertanyaan yang keluar dari lisannya adalah sebah pengalaman yang luar biasa bagi mereka.

Kadang karena keingintahuan mereka membuat mereka melakukan hal yang berbahaya. Dan kembali tugas kita adalah memastikan aman dalam eksplorasi mereka akan lingkungan sekitar.

3. Jika harus melarang mereka, gunakan bahasa yang mereka pahami

Sertakan alasan dalam melarang anak, jika kita hanya mengatakan : ”jangan panjat pohon”, “jangan naik ke atas meja” maka dalam waktu singkat mereka akan melakukan apa yang kita larang. Jika kita harus melarang hal seharusnya tidak mereka lakukan, gunakan kalimat yang disertai penjelasan tentang konsekuensi yang akan mereka terima jika mereka tetap melanjutkan hal yang sudah kita larang sebagai orang tua.

“adek jangan main pisau ya, kalau adek main pisau, tangan adek bisa luka, mengeluarkan darah dan sakit. Kalau adek sampai sakit karena luka, ndak enak kan?” kalimat ini akan lebih mudah dicerna oleh anak kita, dan Insya Allah mereka akan berikir jika hendk melakukan sesuatu yang kita larang.

4. Berikan bahasa cinta mereka, yaitu pelukan, ciuman dan intonasi suara

Bahasa cinta anak yang bisa mereka pahami adalah pelukan, ciuman dan intonasi suara yang lembut. Sebagai contoh, bayi akan ikut tertawa jika meihat orang tuanya mengajaknya bercakap-cakap dengan intonasi yang lembut dan tertawa bersama mereka. Mereka akan menangis jika kita berbicara pada mereka dengan bahasa yang kasar dan sambil membentak mereka. Padahal bayi belum memahami kata atau kalimat yang dikeluarkan oleh orang tuanya.

Sementara pelukan dan ciuman sejatinya adalah cara yang dirasakan anak sebagai bentuk kedekatan emosional antara orang tua dengan sang buah hati. Membangun kedekatan emosional perlu untuk selalu ditingkatkan dan dijaga oleh orang tua, sehingga anak merasa aman dan baik-baik saja dengan pelukan dan kasih sayang yang dicurahkan orang tua kepada mereka.

5. Mencontohkan displin pada anak adalah melakukan hal secara bersama

Dunia belajar anak pertama kali adalah mencontoh. Dan yang pertama kali mereka contoh adalah orang tuanya, Orang tua yang disiplin akan menghasilkan anak yang disiplin, begitu pula sebaliknya, dan penanaman kedisplinan ini harus dilakukan pertaama kali oleh orang tuanya.

Ajak anak untuk disiplin dengan mengajak mereka melakukan suatu hal secara bersama telebih dahulu. Lakukan hal ini secara berulang-ulang tanpa memaksa mereka untuk melakukannya. Ingatlah pada periode ini masih periode bermain, belum masuk pada fase dimana anak menjadi pembantu. Jadi yang bisa kita lakukan adalah hanya membei contoh pada anak, sembari mengajak merka untuk melakukannya secara bersama.

6. Nikmati setiap saat kebersamaan dengan si buah hati, karena tanpa disadari waktu akan sangat cepat berlalu dan tak akan pernah terulang lagi

Ingatkah kita kapan waktu terakhir bersama anak dan dimana waktu tersebut adalah waktu yang benar-benar hanya milik kita  dan anak sepenuhnya? Tanpa gangguan apapun yang mengalihkan kebersamaan kita dan anak? Seperti smartphone, laptop atau televisi?

Tanpa kita sadari seringkali waktu kita bersama anak berkurang hanya karena gangguan yang kita terima saat bersama anak. Disaat anak kita sudah mulai beranjak besar, kita baru sadar bahwa begitu banyak waktu yang kita lewatkan bersama mereka, namun waktu tersebut buan benar-benar waktu yang berkualitas.

Nikmati seluruh waktu kita bersama anak kita saat ini, setiap detik, setiap menit dan setiap jamnya. Agar kita dapat mengingat betapa nikmatnya waktu kita bersama anak, dan disaat mereka mulai dewsa mereka juga tahu bahwa mereka bersama orang tua terbaik yang menikmati kebersamaan dengan mereka. Dan akhirnya mereka juga akan menikmati waktu bersama kita saat mereka berkumpul bersama kita.

7. Ajarkan mereka dengan lembut bahwa mereka adalah makhluk sosial.

Anak sejak kecil sudah harus mulai ditanamkan bahwa mereka adalah makhluk sosial, mereka tidak berdiri sendiri. Oleh sebab itu kita sebagai orang tua perlu sejak dini menanamkan bahwa mereka adalah makhluk sosial. Mereka perlu untuk bekerja sama dengan anak lain atau orang lain, baik yang lebih tua, sebaya atau yang lebih muda dari mereka.

Ajarkan mereka untuk menyayangi yang lebih muda, menghargai sesama dan menghormati yang lebih tua. Ajarkan pada anak bahwa disaat kita berbuat baik bagi orag lain adalah demi kebaikan kita sendiri, dan jika kita berbuat keburukan, maka Allah akan mebalas keburukan tersebut kembali kepada kita.


Disaat mereka sudah semakin memahami bahwa mereka sebagai makhluk sosial, maka kita sebagai orang tua sudah siap untuk masuk pada fase kedua dari parenting nabawiyah, yaitu fase anak sebagai pembantu atau tahanan.




Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment