Oleh: Devilla Indrayenti
“Hal
yang menarik ketika ada seorang mukmin berdo’a namun tak kunjung dikabulkan. Ia
pun mengulang-ulang doanya sampai sekian lama, namun tiada kunjung datang
tanda-tanda jawaban dari Allah”
Ketahuilah, hal itu adalah cobaan yang membutuhkan kesabaran. Tidak
boleh memendam kekhawatiran selama menunggu terkabulnya do’a, karena
kekhawatiran itu adalah penyakit yang harus disembuhkan. Di suatu waktu imam
Al-jauzi ditimpa musibah, Berdo’alah beliau dengan sungguh-sungguh, tetapi tak
kunjung terlihat percik-percik jawabannya. Lalu mulailah iblis menebar
perangkap tipu daya. Suatu saat dia iblis mengatakan “Kedermawanann itu
sangatlah luas dan Allah tidaklah kikir. Apakah artinya bila jawaban dari
do’a-do’amu ditunda -Nya ? ”
Lalu terangkanlah pada jiwa masing- masing hal-hal berikut:
Pertama, Allah adalah Maharaja yang
memiliki kekuasaan dan wewenang untuk memberi ataupun tak memberi. Oleh karena
itu, tidak ada alasan bagi kita menentang kuasa-Nya
Kedua, hikmah-hikmah-Nya telah tergambar
dengan jelas melalui dalil-dalil yang absah. Mungkin engkau menilai sesuatu itu
baik untuk mu, namun sebenarnya dibalik itu ada hikmah yang tiada engkau
ketahui. Terbayang oleh logika, seorang dokter yang memberikan resep yang tidak
engkau ketahui hikmahnya, karena secara lahiriah obat adalah pahit dan memiliki
indikasi/efek samping. Hal tersebut sama halnya dengan cara Allah memperlakukan
kita.
Ketiga, bisa saja pengabulan doa ditunda
demi suatu mashlahat, sementara jika doa segera dikabulkan akan memunculkan
bahaya. Rasulullah pernah bersabda Seseorang akan berada dalam kebaikan
selama ia tidak tergesa-gesa berkata, ‘Saya berdoa namun tak kunjung dikabulkan’.
Keempat, bisa saja doamu tertolak, wahai
jiwaku, karena aib yang engkau simpan dalam dirimu. Mungkin saja dalam
makananmu ada sesuatu yang syubhat atau hatimu lalai saat berdoa. Mungkin saja
karena engkau tidak bersngguh-sungguh taubat pada Allah, karena tidak bersegera
meninggalkan perbuatan dosa. Itulah siksaan yang engkau alami. Hendaknya engkau
lihat, wahai jiwaku dimana letak kekuranganmu.
Ibrahim bin al-khawwash menceritakan, suatu saat dia keluar untuk
menentang hal-hal yang mungkar. Dia lalu dikejtkan dengan sekawanan anjing yang
menyalak dihadapannya. Kemudia dia kembali masuk mesjid dan kemudian shalat.
Stelah keluar dari mesjid, kawanan anjing itu mengibas-ngibaskan ekornya
berjalan meninggalkannya. Dia pun bisa meneruskan perjalanan dan melaksanakan
niatnya.
Ditanya tentang peristiwa tersebut, Dia bercerita, “ Dalam diriku
sendiri saat itu masih ada kemungkaran, maka anjing-anjing itu menghadangku,
tatkala aku kembali dan bertaubat ia sekawanan kemudian pergi”.
Kelima, Berusaha memandang segala
sesuatu dengan jernih. Barangkali, dengan tercapainya apa apa yang kita inginkan
akan bertambah pula dosa-dosa, Atau bisa jadi hal tersebut dapat mengurangi
derajat amalmu dalam kebaikan.
Keenam, mungkin saja apa yang tidak
engkau capai itu adalah rahmat agar engkau tetap dekat dengan pintu-Nya.
Allah Mahatahu apa yang harus dilakukan-Nya terhadap para hamba.
Tidak jarang, ketika seorang hamba mendapat nikmat, ia sangat disibukkan dengan
nikmat itu. Oleh karena itu, ditengah-tengah nikmat itu datanglah cobaan yang
membuatnya lari menuju pintu-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya. Itulah
sebuah nikmat yang dibungkus dengan bala dan cobaan.
No comments:
Post a Comment