Friday 25 March 2016

Belajar Hikmah dari Fatoni University


(Oleh-oleh wisroh Kelas XII MA Perguruan Islam ArRisalah Padang
kenegara Malaysia dan Thailand, 4-8 Januari 2016)

Oleh: Syatri Bashri Abdullah

Salah satu program yang ada di Madrasah Aliyah Perguruan Islam Ar Risalah Padang khusus bagi siswa kelas XII adalah Program Wisata Rohani dan Pengenalan Kampus Luar Negeri yang biasa disingkat dengan wisroh. 
Wisroh kali ini sedikit berbeda dengan wisroh sebelumnya. Tahun ini untuk pertama kalinya negara tujuan wisroh bertambah ke negara Gajah Putih Thailand. Tiga kali wisroh sebelumnya hanya mengunjungi negara Malaysia saja. 
Tepat hari Rabu, 6 Januari 2016 siswa-siswi kelas XII Madrasah Aliyah Perguruan Islam  Padang  yang berjumlah 97 orang ditambah 6 orang pembimbing  dengan izin Allah SWT  diberi kesempatan untuk bertemu dengan saudara-saudara seiman yang hidupdi bagian selatan negara Thailand yaitu wilayah Pattani. Sungguh tidak menyangka pada awalnya melihat kehidupan mereka yang tetap kuat  memegang syariat Islam ditengah kuatnya pengaruh agama Budha yang menjadi agama dengan penganut mayoritas di Thailand.

Sekilas Sejarah Pattani
Dilihat dari sejarahnya, Pattani adalah negeri Melayu yang terletak di selatan Thailand. Saat ini, daerah yang dulu disebut Pattani ini telah terpecah menjadi 3 propinsi, yaitu Pattani, Yala dan Narathiwat.
Pada abad ke-11 M, Islam sudah mulai tersebar luas di Pattani. Seiring perkembangan, seorang ulama dari Pasai, Aceh, bernama Syaikh Saidberhasil mengislamkan Raja Pattani, Phya Tu Antara dan berganti nama menjadi Sultan Ismail Syah Zhillullah fi al-Ardl.
Pada abad ke-13 M, Pattani ditaklukkan oleh kerajaan Ayuthaya. Namun, kemenangan Ayuthaya menaklukkan Pattani ini hanya berlaku secara militer. Secara sosial budaya, masyarakat Pattani tetap tidak terpengaruh dengan kebudayaan Budha Ayuthaya.
Pendudukan Ayuthaya atas Pattani tidak berlangsung lama. Pada abad ke-14 M, kerajaan Pattani telah independen dan berhasil mengembangkan diri menjadi kerajaan yang besar dan maju. Pada abad ke-15, hampir keseluruhan wilayah Pattani telah memeluk agama Islam. Dalam perkembangannya, kemudian banyak lahir ulama-ulama besar dari daerah ini, di antaranya adalah Syaikh Daud al-Fattani. Dengan tersebarnya Islam secara luas di Pattani, maka kemudian terbentuk dua wilayah kebudayaan di kawasan tanah genting Kra, yang dibedakan oleh dua agama: Islam dan Budha.
Penaklukan Pattani oleh Kerajaan Ayuthaya tidak berhenti sampai disitu. Tercatat lima kali serangan dilancarkan untuk menguasai kerajaan Pattani. Pada serangan terakhir (kelima) kerajaan Pattani berhasil dikalahkan oleh Pasukan Siam (Ayuthaya) pada November tahun 1786 M. Kekalahan ini benar-benar menghancurkan harkat dan martabat rakyat dan kerajaan Pattani. Selanjutnya, tentara Siam membuat sistem pemerintahan sendiri di Pattani dan menempatkan orang-orang mereka.
Pada tahun 1902 M, Siam melaksanakan kebijakan Thesaphiban yang menghapus seluruh sistem pemerintahan kesultanan Melayu di Pattani. Sejak penghapusan kesultanan Melayu tersebut, kerajaan Pattani semakin lemah dan tertekan.
Menghadapi situasi tersebut rakyat Pattani tidak tinggal diam. Salah seorang mantan raja kerajaan Melayu Pattani Tengku Abdul Kadir Kamaruddin, pada tahun 1923 M, memimpin rakyat melakukan perlawanan untuk membebaskan Pattani dari kekuasaan Siam. Suasana perlawanan yang berlangsung begitu lama menjadikan keadaan bertambah kacau.
Ketika Raja Phibul Songkram  naik tahta keadaan bertambah buruk (1939 hingga1944 M). Ia menerapkan kebijakan yang rasialis: Thai Ratanium (negara Thailand hanya untuk rakyat Thailand). Dengan segala cara, Phibul gencar menghapus identitas kemelayuan rakyat Pattani.
Ketika Perang Dunia II meletus, Siam berpihak pada Jepang. Kesempatan itu digunakan oleh salah seorang putera mantan raja Pattani, Tengku Mahmud Muhyiddin, saat itu berdinas dalam ketentaraan Inggris dengan pangkat mayor membujuk penguasa Inggris di India agar mengambil alih Pattani dan menggabungkannya dengan Semenanjung Melayu. Usaha ini diteruskan oleh sekumpulan tokoh Pattani dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil pada1 November 1945, menyampaikan petisi pada Inggris agar empat wilayah di daerah selatan Siam digabungkan dengan Semenanjung Melayu dandibebaskan dari kekuasaan Siam.
Dalam perkembangannya, ternyata Inggris tetap menjadikan kepentingan dirinya sendiri sebagai tolok ukur dalam mengambil keputusan. Pada tahun 1909 M, Inggris dan Siam menandatangani perjanjian yang berisi pengakuan Inggris terhadap kekuasaan Siam di Pattani. Dalam perjanjian itu, juga dijelaskan mengenai batas wilayah kerajaan Siam dan Semenanjung Melayu. Garis batas yang disepakati dalam perjanjian tersebut sekarang menjadi daerah batas negara Malaysia dan Thailand.
Fatoni University
Fatoni University merupakan salah satu universitas di Thailand Selatan dan satu-satunya universitas Islam di Thailand. Universitas ini sudah mengalami beberapa kali pergantian nama. Mulanya universitas ini bernama Yala Islamic College (YIC) yang letaknya di Provinsi Yala. Kampus ini kemudian mendapatkan bantuan dari Timur Tengah, berupa dana pembangunan gedung baru. Didirikanlah bangunan baru di daerah Provinsi Pattani. Niat awal kampus ini akan berganti nama menjadi Patani Islamic University. Namun, kondisi politik di Thailand Selatan saat itu tidak memungkinkan memakai nama Patani maupun Pattani. Akhirnya, diubah menjadi Yala Islamic University (YIU). Meskipun berada di wilayah Pattani, tetap digunakan nama Yala.
Sekarang kampus ini berganti nama lagi menjadi Fatoni University. Dengan alasan politik, kata “Islam” dihilangkan sehingga tidak disebut Fatoni Islamic University. Kata Fatoni maksudnya adalah Fathanah ‘menyampaikan’ yang notabene adalah Islam juga.
Kelebihan dari Fatoni University
Ada beberapa kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Fatoni Universitydiantaranya:
1. Mahasiswa berasal dari beragam negara
Walaupun terletak jauh dari kota besar mahasiswa yang belajar di sini bukan hanya dari Thailand Selatan saja, ada juga dari Chiang Mai, Thailand Utara, termasuk dari Bangkok. Selain itu, ada yang berasal dari Prancis, Vietnam, Kamboja, Arab Saudi, dan Cina—tercatat kini satu orang dari Aceh yang sedang program pascasarjana di sana.
2. Menerapkan metode islami dalam pembelajaran
Meski bukan universitas Islam karena Fatoni University tidak hanya membuka jurusan dalam ilmu agama Islam seperti Tafsir, syariah dan sebagainya tetapi Fatoni University juga membuka jurusan-jurusan umum seperti Art, Sosial, Ekonomi dsb tetapi aura pembelajaran di universitas ini kental dengan suasana Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal yaitu:
a. Pemisahan kelas antara mahasiswa perempuan dan laki-laki. Namun, bagi kelas yang jumlahnya sedikit, diperkenankan gabung laki dan perempuan, dengan ketentuan duduknya tak boleh berbaur.
b. Mahasiswanya berpakaian sopan. Semua mahasiswi mengenakan jilbab rapi hingga menutupi pusat. Beberapa diantara mereka ada yang pakai cadar. Bagi kaum adam memakai baju lengan panjang. Sehingga aura Timur Tengah terasa di Universitas ini. Seakan kita bukan berada di negara Thailand,.
c. Pemisahan tangga/lift antara mahasiswa perempuan dan laki-laki untuk naik kelantai dua dan seterusnya. Masing-masing gedung perkuliahan yang mempunyai tingkat lebih dari satu di semua fakultas memiliki dua tangga dan lift.  Tangga/lift sebelah kanan diperuntukkan bagi perempuan dan tangga/lift sebelah kiri untuk laki-laki. Sehingga tidak terjadi pencampuran antara lawan jenis.
d. Pemisahan kegiatan-kegiatan kampus antara laki-laki dan perempuan. Tidak hanya bentuk kegiatannya saja yang berbeda seperti laki-laki kompetisi sepakbola sedangkan perempuan kompetisi memanah. Bahkan ada di sebuah gedung tingkat teratas khusus diperuntukkan untuk perempuan sebagai sarana olahraga bagi mereka. Laki-laki diharamkan naik ke tingkat ini.
e. Konsisten menjaga ibadah harian. Hal ini nampak penuhnya masjid kampus ketika melakukan Shalat Zuhur dan Ashar oleh mahasiswa dan dosen serta segenap civitas akademikanya. Selepas salat berjamaah, Rektor juga menyediakan waktu bagi setiap dosen atau mahasiswa yang mau bertemu.Mahasiswa boleh curhat atau bertanya tentang apa pun di dalam masjid, seusai rektor salat sunat. Juga dua kali dalam satu semester diadakan qiyamul lail bersama di masjid kampus. Seluruh dosen dan pegawai ikut terlibat.
f. Yang terakhir ini dikhususkan bagi mahasiswa di Thailand. Pemerintah Thailand sendiri punya peraturan bahwa semua mahasiswa selama menempuh perkuliahan tidak diperbolehkan untuk menikah. Fatoni University satu-satunya kampus di Thailand yang membolehkan mahasiswanya untuk menikah selama menempuh pendidikan. Sehingga tidak sedikit juga mahasiswa Fatoni University yang menikah selama study. Hal ini salah satunya juga disebabkan peraturan di Fatoni University sendiri yang melarang hubungan khusus antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Jika kedapatan berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan di ruang tertutup bisa termasuk pelanggaran berat. Point ini yang menjadi sorotan hangat sebagian siswa dan siswi MA Ar Risalah ketika Rektor University Fatoni Dr. Ismail Luthfi Japakiya menjelaskan ini dalam sambutannya. Mahasiswa yang sudah serius siap untukmenikah akan dibantu dicarikan jodohnya.   
Terkait dengan kelebihan-kelebihan diatas, terdapat pengakuan dari beberapa mahasiswa asing. Salah seorang diantara mereka mengatakan “Kalau ilmu pengetahuan bisa kita dapatkan di kampus lain, tapi soal cara belajar Islamilah yang membuat saya memilih kampus ini.”
Satu kesanyang melekat di hati saya yang juga dirasakan oleh teman seperjalanan saya, sepanjang perjalanan dari dan ke Pattani, kamitidakmelihat seorangpun perempuan yang keluar rumah tanpa menutupi kepalanya dengan Jilbab. Subhanallah, tidak salah kiranya wilayah Pattani mendapat julukan darussalam. Hanya tiga daerah saja di Asia Tenggara yang mendapat julukan tersebut, yaitu Aceh Darussalam, Brunei Darussalam dan Pattani Darussalam.
Di kampus Fatoni ini Allah anugerahi mata air yang menjadi sumber dalam penggunaan sehari-hari. Sumber air ini ternyata tidak hanya mencukupi kehidupan internal Fatoni saja tetapi airnya bisa dikemas dan dipasarkan seperti produk air mineral lainnya. Sehingga bisa menambah income untuk fatoni sendiri. Mungkin inilah salah satu bukti janji Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Muhammad Ayat Ke-7;
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Semoga Fatoni University tetap bertahan menjadi salah satu garda terdepan penjaga akidah masyarakat pattani khususnya dari gempuran agama dan kebudayaan Budha yang begitu massif.
Mudah-mudahan keselamatan dan keberkahan terus tercurah untuk daerah ini dan teruntuk kita semua. Aamiin. Wassalam

No comments:

Post a Comment