(Oleh-oleh wisroh Kelas XII MA Perguruan
Islam ArRisalah Padang
kenegara Malaysia dan Thailand, 4-8
Januari 2016)
Oleh:
Syatri Bashri Abdullah
Salah
satu program yang ada di Madrasah Aliyah Perguruan Islam Ar Risalah Padang
khusus bagi siswa kelas XII adalah Program Wisata Rohani dan Pengenalan Kampus
Luar Negeri yang biasa disingkat dengan wisroh.
Wisroh
kali ini sedikit berbeda dengan wisroh sebelumnya. Tahun ini untuk pertama kalinya
negara tujuan wisroh bertambah ke negara Gajah Putih Thailand. Tiga kali wisroh
sebelumnya hanya mengunjungi negara Malaysia saja.
Tepat
hari Rabu, 6 Januari 2016 siswa-siswi kelas XII Madrasah Aliyah Perguruan
Islam Padang yang berjumlah 97 orang ditambah 6 orang
pembimbing dengan izin Allah SWT diberi kesempatan untuk bertemu dengan
saudara-saudara seiman yang hidupdi bagian selatan negara Thailand yaitu
wilayah Pattani. Sungguh tidak menyangka pada awalnya melihat kehidupan mereka
yang tetap kuat memegang syariat Islam
ditengah kuatnya pengaruh agama Budha yang menjadi agama dengan penganut
mayoritas di Thailand.
Sekilas Sejarah Pattani
Dilihat
dari sejarahnya, Pattani adalah negeri Melayu yang terletak di selatan
Thailand. Saat ini, daerah yang dulu disebut Pattani ini telah terpecah menjadi
3 propinsi, yaitu Pattani, Yala dan Narathiwat.
Pada abad ke-11 M, Islam
sudah mulai tersebar luas di Pattani. Seiring perkembangan, seorang ulama dari
Pasai, Aceh, bernama Syaikh Saidberhasil mengislamkan Raja Pattani, Phya Tu
Antara dan berganti nama menjadi Sultan Ismail Syah Zhillullah fi al-Ardl.
Pada abad ke-13 M, Pattani
ditaklukkan oleh kerajaan Ayuthaya. Namun, kemenangan Ayuthaya menaklukkan
Pattani ini hanya berlaku secara militer. Secara sosial budaya, masyarakat
Pattani tetap tidak terpengaruh dengan kebudayaan Budha Ayuthaya.
Pendudukan Ayuthaya atas
Pattani tidak berlangsung lama. Pada abad ke-14 M, kerajaan Pattani telah
independen dan berhasil mengembangkan diri menjadi kerajaan yang besar dan
maju. Pada abad ke-15, hampir keseluruhan wilayah Pattani telah memeluk
agama Islam. Dalam perkembangannya, kemudian banyak lahir
ulama-ulama besar dari daerah ini, di antaranya adalah Syaikh Daud al-Fattani.
Dengan tersebarnya Islam secara luas di Pattani, maka kemudian terbentuk dua
wilayah kebudayaan di kawasan tanah genting Kra, yang dibedakan oleh dua agama:
Islam dan Budha.
Penaklukan Pattani oleh Kerajaan Ayuthaya tidak
berhenti sampai disitu. Tercatat lima kali serangan dilancarkan untuk menguasai
kerajaan Pattani. Pada serangan terakhir (kelima) kerajaan Pattani berhasil
dikalahkan oleh Pasukan Siam (Ayuthaya) pada November tahun 1786 M. Kekalahan
ini benar-benar menghancurkan harkat dan martabat rakyat dan kerajaan Pattani. Selanjutnya,
tentara Siam membuat sistem pemerintahan sendiri di Pattani dan menempatkan
orang-orang mereka.
Pada tahun 1902 M, Siam melaksanakan kebijakan Thesaphiban
yang menghapus seluruh sistem pemerintahan kesultanan Melayu di Pattani. Sejak
penghapusan kesultanan Melayu tersebut, kerajaan Pattani semakin lemah dan
tertekan.
Menghadapi situasi tersebut rakyat Pattani tidak
tinggal diam. Salah seorang mantan raja kerajaan Melayu Pattani Tengku Abdul Kadir
Kamaruddin, pada tahun 1923 M, memimpin rakyat melakukan perlawanan untuk
membebaskan Pattani dari kekuasaan Siam. Suasana perlawanan yang berlangsung
begitu lama menjadikan keadaan bertambah kacau.
Ketika Raja Phibul Songkram naik tahta keadaan
bertambah buruk (1939 hingga1944 M). Ia menerapkan kebijakan yang rasialis: Thai
Ratanium (negara Thailand hanya untuk rakyat Thailand). Dengan segala cara,
Phibul gencar menghapus identitas kemelayuan rakyat Pattani.
Ketika Perang Dunia II meletus, Siam berpihak pada Jepang. Kesempatan
itu digunakan oleh salah seorang putera mantan raja Pattani, Tengku Mahmud
Muhyiddin, saat itu berdinas dalam ketentaraan Inggris dengan pangkat mayor membujuk
penguasa Inggris di India agar mengambil alih Pattani dan menggabungkannya
dengan Semenanjung Melayu. Usaha ini diteruskan oleh sekumpulan tokoh Pattani
dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil pada1 November 1945, menyampaikan petisi pada
Inggris agar empat wilayah di daerah selatan Siam digabungkan dengan
Semenanjung Melayu dandibebaskan dari kekuasaan Siam.
Dalam perkembangannya, ternyata Inggris
tetap menjadikan kepentingan dirinya sendiri sebagai tolok ukur dalam mengambil
keputusan. Pada tahun 1909 M, Inggris dan Siam menandatangani perjanjian yang
berisi pengakuan Inggris terhadap kekuasaan Siam di Pattani. Dalam perjanjian itu,
juga dijelaskan mengenai batas wilayah kerajaan Siam dan Semenanjung Melayu. Garis batas yang disepakati dalam
perjanjian tersebut sekarang menjadi daerah batas negara Malaysia dan Thailand.
Fatoni University
Fatoni
University merupakan salah satu universitas di Thailand Selatan dan
satu-satunya universitas Islam di Thailand. Universitas ini sudah mengalami
beberapa kali pergantian nama. Mulanya universitas
ini bernama Yala Islamic College (YIC) yang letaknya di Provinsi Yala. Kampus
ini kemudian mendapatkan bantuan dari Timur Tengah, berupa dana pembangunan
gedung baru. Didirikanlah bangunan baru di daerah Provinsi Pattani. Niat awal
kampus ini akan berganti nama menjadi Patani Islamic University. Namun, kondisi
politik di Thailand Selatan saat itu tidak memungkinkan memakai nama Patani
maupun Pattani. Akhirnya, diubah menjadi Yala Islamic University (YIU).
Meskipun berada di wilayah Pattani, tetap digunakan nama Yala.
Sekarang kampus ini berganti nama lagi menjadi Fatoni
University. Dengan alasan politik, kata “Islam” dihilangkan sehingga tidak
disebut Fatoni Islamic University. Kata Fatoni maksudnya adalah Fathanah ‘menyampaikan’
yang notabene adalah Islam juga.
Kelebihan dari Fatoni University
Ada beberapa kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Fatoni
Universitydiantaranya:
1. Mahasiswa berasal dari beragam negara
Walaupun terletak jauh dari kota besar mahasiswa yang
belajar di sini bukan hanya dari Thailand Selatan saja, ada juga dari Chiang
Mai, Thailand Utara, termasuk dari Bangkok. Selain itu, ada yang berasal dari
Prancis, Vietnam, Kamboja, Arab Saudi, dan Cina—tercatat kini satu orang dari
Aceh yang sedang program pascasarjana di sana.
2. Menerapkan metode islami dalam pembelajaran
Meski bukan universitas Islam karena Fatoni University
tidak hanya membuka jurusan dalam ilmu agama Islam seperti Tafsir, syariah dan
sebagainya tetapi Fatoni University juga membuka jurusan-jurusan umum seperti
Art, Sosial, Ekonomi dsb tetapi aura pembelajaran di universitas ini kental
dengan suasana Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal yaitu:
a. Pemisahan kelas antara mahasiswa perempuan dan
laki-laki. Namun, bagi kelas yang jumlahnya sedikit, diperkenankan gabung laki
dan perempuan, dengan ketentuan duduknya tak boleh berbaur.
b. Mahasiswanya berpakaian sopan. Semua mahasiswi
mengenakan jilbab rapi hingga menutupi pusat. Beberapa diantara mereka ada yang
pakai cadar. Bagi kaum adam memakai baju lengan panjang. Sehingga aura Timur
Tengah terasa di Universitas ini. Seakan kita bukan berada di negara Thailand,.
c. Pemisahan tangga/lift antara mahasiswa perempuan dan
laki-laki untuk naik kelantai dua dan seterusnya. Masing-masing gedung
perkuliahan yang mempunyai tingkat lebih dari satu di semua fakultas memiliki
dua tangga dan lift. Tangga/lift sebelah
kanan diperuntukkan bagi perempuan dan tangga/lift sebelah kiri untuk
laki-laki. Sehingga tidak terjadi pencampuran antara lawan jenis.
d. Pemisahan kegiatan-kegiatan kampus antara laki-laki
dan perempuan. Tidak hanya bentuk kegiatannya saja yang berbeda seperti
laki-laki kompetisi sepakbola sedangkan perempuan kompetisi memanah. Bahkan ada
di sebuah gedung tingkat teratas khusus diperuntukkan untuk perempuan sebagai
sarana olahraga bagi mereka. Laki-laki diharamkan naik ke tingkat ini.
e. Konsisten menjaga ibadah harian. Hal ini nampak
penuhnya masjid kampus ketika melakukan Shalat Zuhur dan Ashar oleh mahasiswa
dan dosen serta segenap civitas akademikanya. Selepas salat berjamaah, Rektor
juga menyediakan waktu bagi setiap dosen atau mahasiswa yang mau bertemu.Mahasiswa
boleh curhat atau bertanya tentang apa pun di dalam masjid, seusai rektor salat
sunat. Juga dua kali dalam satu semester diadakan qiyamul lail bersama
di masjid kampus. Seluruh dosen dan pegawai ikut terlibat.
f. Yang terakhir ini dikhususkan bagi mahasiswa di
Thailand. Pemerintah Thailand sendiri punya peraturan bahwa semua mahasiswa
selama menempuh perkuliahan tidak diperbolehkan untuk menikah. Fatoni
University satu-satunya kampus di Thailand yang membolehkan mahasiswanya untuk
menikah selama menempuh pendidikan. Sehingga tidak sedikit juga mahasiswa
Fatoni University yang menikah selama study. Hal ini salah satunya juga disebabkan
peraturan di Fatoni University sendiri yang melarang hubungan khusus antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Jika kedapatan berdua-duaan antara laki-laki
dan perempuan di ruang tertutup bisa termasuk pelanggaran berat. Point ini yang
menjadi sorotan hangat sebagian siswa dan siswi MA Ar Risalah ketika Rektor
University Fatoni Dr. Ismail Luthfi Japakiya menjelaskan ini dalam sambutannya.
Mahasiswa yang sudah serius siap untukmenikah akan dibantu dicarikan
jodohnya.
Terkait dengan kelebihan-kelebihan diatas, terdapat
pengakuan dari beberapa mahasiswa asing. Salah seorang diantara mereka
mengatakan “Kalau ilmu pengetahuan bisa kita dapatkan di kampus lain, tapi soal
cara belajar Islamilah yang membuat saya memilih kampus ini.”
Satu kesanyang melekat di hati saya yang juga dirasakan oleh
teman seperjalanan saya, sepanjang perjalanan dari dan ke Pattani, kamitidakmelihat
seorangpun perempuan yang keluar rumah tanpa menutupi kepalanya dengan Jilbab.
Subhanallah, tidak salah kiranya wilayah Pattani mendapat julukan darussalam. Hanya tiga daerah saja di
Asia Tenggara yang mendapat julukan tersebut, yaitu Aceh Darussalam, Brunei
Darussalam dan Pattani Darussalam.
Di kampus Fatoni ini Allah anugerahi mata air yang
menjadi sumber dalam penggunaan sehari-hari. Sumber air ini ternyata tidak
hanya mencukupi kehidupan internal Fatoni saja tetapi airnya bisa dikemas dan dipasarkan
seperti produk air mineral lainnya. Sehingga bisa menambah income untuk fatoni sendiri. Mungkin inilah salah satu bukti janji
Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Muhammad Ayat Ke-7;
“Jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.”
Semoga Fatoni University tetap bertahan menjadi salah
satu garda terdepan penjaga akidah masyarakat pattani khususnya dari gempuran
agama dan kebudayaan Budha yang begitu massif.
Mudah-mudahan keselamatan dan keberkahan terus tercurah
untuk daerah ini dan teruntuk kita semua. Aamiin. Wassalam
No comments:
Post a Comment