Thursday 8 September 2016

Terkenal Belum Tentu Terbaik

Oleh : Rofiq L Hayat

Jika ada survey yang diadakan oleh National Geografhic tentang predator apakah yang paling ganas?
Jawabannya tentu saja, di air adalah hiu putih

Di darat adalah singa Afrika

Sedangkan di udara adalah rajawali.

Tentu saja, jika saja survey dilakukan sekarang.

Tidak banyak yang sadar ternyata ada hewan lebih ganas dalam berburu. Mengalahkan keganasan hiu putih yang merupakan puncak tertinggi dari rantai makanan yang ada di laut. Melebihi dahsyatnya singa Afrika yang juga rantai makanan tertinggi di darat dan rajawali, si raja angkasa yang mengalahkan tiupan angin, matanya setajam silet dan cengkramannya mematikan.

Ada, memang ada hewan predator yang melebihi semua itu.

Dialah capung!

Yah, Capung. Hewan mungil ini ternyata sebagai predator sejati. Bukan tinggi rantai makanan yang dilihat, tapi yang paling ditonjolkan adalah bagaimana ia bisa memburu mangsanya. Capung adalah hewan yang paling efektif dalam memburu mangsanya, yaitu 95% mangsa yang diburunya berhasil ditangkap. Bandingkan saja dengan Singa Afrika yang hanya bisa menangkap hanya sebanyak 25% dari total buruannya. Sedangkan hiu putih lain lagi, ia hanya mampu menangkap 50% dari semua buruannya.

Sungguh takjub dan luar biasa. Seekor makhluk mungil ternyata pemburu yang sangat tangguh, tidak banyak orang yang menyebutnya, bahkan mungkin banyak anak-anak yang lupa dengan anatomi tubuh hewan mungil itu.

Sesungguhnya tidak perlu berkoar-koar untuk menjadi yang terhebat, jadilah diri sebagai manusia hebat, tanpa harus melakukan pencitraan. Biarlah dunia mengenal setelah kontribusi jangan dikenal dulu baru kontribusi. Memang sekarang, zamannya media informatika dan teknologi, sangat susah untuk membedakan yang mana yang asli dan yang mana yang palsu.

***

Sosok ini miskin, berbaju kumal, hanya ada dua pakaian yang ia punya, satu yang sedang ia pakai satu lagi selendang yang sedang melekat pada tubuhnya. Pekerjaan sehari-hari adalah sebagai pengembala kambing dan unta milik orang-orang kaya di Yaman.

Hari itu ia kelihatan lelah sekali, ia harus mengurus kambing dan unta yang sedang ia gembalakan. Disamping itu ia juga harus mengurus ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan, benar-benar lelah.

Itu hanya sebagian ‘menu makanan’ sehari-harinya, ‘menu’ lain yang sering ia dapatkan adalah diperolok-olok oleh orang-orang, dituduh pencuri dan pembujuk. Wajar jika seorang lelaki Persia yang ingin memberikan pakaian kepadanya, ia menolak, karena takut akan diperolok-olok dan dituduh membujuk.

Di bumi memang tidak ada apa-apanya. Tidak ada seorang pun yang mengenalnya, barangkali yang mau mengenalnya. Ya, bahkan ia sering dikucilkan dari pergaulan. Tapi, ia amat terkenal oleh penduduk langit, saking terkenalnya bahkan Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam diberitahukan oleh Allah kepada beliau tentang pemuda yang bernama Uwais al-Qarni itu.

Uwais al-Qarni, ada kerinduan yang menyusup ke dalam dadanya, ia rindu sekali ingin berjumpa dengan Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam.. Ia ingin sekali bertemu, melihat wajah beliau dan mendengar ajaran Islam langsung dari bibir kekasih Allah itu.

Namun, apalah daya. Jarak membentang sejauh 400 km membentang dari Yaman ke Madinah. Bagaimana mungkin ia bisa menembus jarak sejauh itu, ia tidak punya unta, ia tidak punya sanak-famili yang akan mengurus ibunya ketika ia pergi nantinya. Ia juga tidak ada bekal yang cukup untuk pergi.

Lama ia  memikirkan, bagaimana ia dapat mengunjungi Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam. Seandainya kerinduannya terobati, pasti sangat senang hatinya. Tapi ia urungkan niatnya. Ia menabung, Ia berusaha mengumpulkan sejumlah uang yang barangkali cukup untuk pergi ke Madinah. Setiap hari para tetangga yang pulang dari Madinah bercerita, mendengar kabar tenang Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam, itulah yang membuat ia begitu bersemangat untuk bekerja apa saja.

Waktu telah berlangsung lama. Ia tidak sadar ternyata ia sudah mengumpulkan cukup banyak uang untuk pergi ke Madinah.

Akhirnya ia menyampaikan keinginannya kepada sang ibu. Ibunya mengizinkan, tapi ia meminta agar setelah bertemu dengan Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam., ia harus langsung pulang.

Uwais al-Qarni berangkat ke Madinah. Jarak membentang sangat jauh, perjalanan yang membara ia lalui, jika malam dingin menggigit tulang. Berhari-hari ia berjalan di tengah padang pasir, kadang melewati pemukiman, akhirnya sampai juga ia ke Madinah.

Ternyata sesampainya di Madinah, hanya disambut oleh Fatimah yang tidak terlalu antusias menyambutnya, melihat penampilan yang kotor dan dekil. Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam sedang pergi berperang. Ada rasa kecewa, kemudian ketika dalam hatinya ingin menunggu Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam pulang, ibunya berpesan agar ia segera pulang.

Ia pulang. Dengan perasaan kecewa.

Begitu Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam pulang dari perang. Beliau langsuang bertanya kepada Fatimah apakah ada orang yang mencarinya.

“Ada orang yang mencari engkau, Ya Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam! Orangnya kumal dan pakaiannya acak-acakan!” jawab Fatimah.

“Tahukah engkau wahai Fatimah! Dia itu adalah anak yang taat kepada kedua orang tuanya. Dialah Uwais Al-Qarni, orang yang terkenal di langit dan tidak terkenal di bumi!”

Mendengar jawaban itu Fatimah tertegun.

Ketika berkumpul dengan para sahabat. Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam menceritakan tenang Uwais Al-Qarni. “Kalau ingin berjumpa dengannya, lihatlah di telapak tangannya ada tanda putih sebesar dirham akibat penyakit kusta, ia berasal dari daerah Qarn, Yaman.” Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam lalu memandang sahabat yang hadir ketika itu antara lain Umar ibn Al-Khattab. “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi. Doanya pasti akan dikabulkan oleh Allah.

Ketika Umar telah menjadi khalifah, ia teringat pesan Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam, ia pun ingin mendapat doa yang mujarab dan agar permohonan ampun kepada Allah oleh Uwais Al-Qarni.
Lama Umar mencarinya, ketika ia bertemu dengan kabilah dari Yaman, beliau bertanya apakah ada yang mengenal Uwais, bukannya menjawab, malah yang ditanya terheran-heran karena seorang khalifah bertanya tentang seorang pengembala kambing mereka, miskin, berpakaian kumal. Heran. Tentu saja.

Para kabilah yang ditanya mengatakan kalau Uwais sedang menjaga unta mereka di perbatasan kota. Umar lalu bergegas dan menemuinya. Begitu sampai umar betanya tentang tanda-tanda yang diberikan oleh Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam., melihat tanda kusta sebesar dirham ke tangannya. Dialah Uwais.

“Ada apa Amirul Mukminin mencari saya?!” Heran tentu saja, seorang yang jangankan Amirul mukminin, tukang sampah, tukang gembala saja malas mencarinya.

“Engkau orang yang diceritakan oleh Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam, mohon ampunkan kepada Allah untukku!” pinta umar.

Uwais terkejut, ada dua hal yang membuat ia terkejut. Yang pertama ia diminta oleh seorang khalifah untuk memina ampun atas dosanya lewat mulutnya. Apa tidak salah? Pikirnya. Yang lebih membuat ia terkejut adalah Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam menyebut namanya, padahal ia baru pertama kali ke Madinah dan waktu itu belum sempat bertemu dengan Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam.

Umar terus mendesak Uwais akhirnya ia menyerah dan memohon kepada Allah untuk ampunan kepada Umar.

Kematiannya yang paling mencengangkan. Ribuan orang datang menyelenggarakan jenazahnya, memandikan, mengkafani, menyolatkan dan menguburkan. Kerumunan orang tidak terkira banyaknya membuat penduduk Kota Yaman tercengang heran. Padahal setahu mereka Uwais al-Qarni adalah seorang tukang gembala kambing dan unta siapa saja untuk makannya. Tidak ada yang suka berkawan dengannya. Tapi kenapa kematiannya sebanyak ini orangnya! Begitulah pertanyaan yang muncul dari penduduk Kota Yaman.

Tak ada yang tahu. Ia memang tidak dikenal di bumi, tapi ia terkenal di langit. Dan, yang menjenguk kematiannya dan menyelenggarakan jenazahnya adalah penduduk langit, Malaikat. Wallahu a’lam.

Seorang sosok yang luar biasa. Tidak pernah mau dikenal oleh orang banyak. Ketika ia akan bergegas ke Iraq, Umar akan mengirim surat kepada gubernur kota itu agar ia menyambut Uwais. Tapi Uwais menolak, ia tidak mau dikenal oleh penduduk bumi, tapi ia dikenal oleh penduduk langit. Subhanallah.

***

Tidak perlu berkoar-koar, untuk terkenal tidak perlu pencitraan. Bekerjalah. Biar pun tidak seterkenal elang, tidak setangguh singa Afrika dan tidak sekuat hiu putih, seekor capung tetap pemburu paling efektif, meskipun dunia tidak pernah mengenalnya.

Biarlah dunia tidak mengenalnya, seorang Uwais Al-Qarni berdiri sendirian dalam ketaqwaan. Tapi langit begitu mengenalnya, doanya begitu diijabah oleh Allah, dan perbuatannya begitu mencengangkan penduduk langit. Biarlah ia hilang ditelah gurun pasir, hilang dirampok kemiskinan, tenggelam dalam caci dan maki. Ia tetap seorang pemuda tangguh yang menjadi teladan yang membuat seluruh dunia bergetar karena doanya yang makbul.


Dan, janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS Al-Isra’ [17]: 37)


Image Source : 1 2

Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment