Oleh : Rofiq L Hayat
Jawabannya tentu saja, di
air adalah hiu putih
Di darat adalah singa Afrika
Sedangkan di udara adalah rajawali.
Tentu saja, jika saja survey
dilakukan sekarang.
Tidak banyak yang sadar
ternyata ada hewan lebih ganas dalam berburu. Mengalahkan keganasan hiu putih
yang merupakan puncak tertinggi dari rantai makanan yang ada di laut. Melebihi
dahsyatnya singa Afrika yang juga rantai makanan tertinggi di darat dan
rajawali, si raja angkasa yang mengalahkan tiupan angin, matanya setajam silet
dan cengkramannya mematikan.
Ada, memang ada hewan
predator yang melebihi semua itu.
Dialah capung!
Yah, Capung. Hewan mungil
ini ternyata sebagai predator sejati. Bukan tinggi rantai makanan yang dilihat,
tapi yang paling ditonjolkan adalah bagaimana ia bisa memburu mangsanya. Capung
adalah hewan yang paling efektif dalam memburu mangsanya, yaitu 95% mangsa yang
diburunya berhasil ditangkap. Bandingkan saja dengan Singa Afrika yang hanya
bisa menangkap hanya sebanyak 25% dari total buruannya. Sedangkan hiu putih
lain lagi, ia hanya mampu menangkap 50% dari semua buruannya.
Sungguh takjub dan luar
biasa. Seekor makhluk mungil ternyata pemburu yang sangat tangguh, tidak banyak
orang yang menyebutnya, bahkan mungkin banyak anak-anak yang lupa dengan
anatomi tubuh hewan mungil itu.
Sesungguhnya tidak perlu
berkoar-koar untuk menjadi yang terhebat, jadilah diri sebagai manusia hebat,
tanpa harus melakukan pencitraan. Biarlah dunia mengenal setelah kontribusi
jangan dikenal dulu baru kontribusi. Memang sekarang, zamannya media
informatika dan teknologi, sangat susah untuk membedakan yang mana yang asli
dan yang mana yang palsu.
***
Sosok ini miskin, berbaju
kumal, hanya ada dua pakaian yang ia punya, satu yang sedang ia pakai satu lagi
selendang yang sedang melekat pada tubuhnya. Pekerjaan sehari-hari adalah
sebagai pengembala kambing dan unta milik orang-orang kaya di Yaman.
Hari itu ia kelihatan lelah
sekali, ia harus mengurus kambing dan unta yang sedang ia gembalakan. Disamping
itu ia juga harus mengurus ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan, benar-benar
lelah.
Itu hanya sebagian ‘menu
makanan’ sehari-harinya, ‘menu’ lain yang sering ia dapatkan adalah
diperolok-olok oleh orang-orang, dituduh pencuri dan pembujuk. Wajar jika
seorang lelaki Persia yang ingin memberikan pakaian kepadanya, ia menolak,
karena takut akan diperolok-olok dan dituduh membujuk.
Di bumi memang tidak ada
apa-apanya. Tidak ada seorang pun yang mengenalnya, barangkali yang mau
mengenalnya. Ya, bahkan ia sering dikucilkan dari pergaulan. Tapi, ia amat
terkenal oleh penduduk langit, saking terkenalnya bahkan Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam diberitahukan
oleh Allah kepada beliau tentang pemuda yang bernama Uwais al-Qarni itu.
Uwais al-Qarni, ada
kerinduan yang menyusup ke dalam dadanya, ia rindu sekali ingin berjumpa dengan
Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam.. Ia ingin sekali bertemu, melihat wajah
beliau dan mendengar ajaran Islam langsung dari bibir kekasih Allah itu.
Namun, apalah daya. Jarak
membentang sejauh 400 km membentang dari Yaman ke Madinah. Bagaimana mungkin ia
bisa menembus jarak sejauh itu, ia tidak punya unta, ia tidak punya sanak-famili
yang akan mengurus ibunya ketika ia pergi nantinya. Ia juga tidak ada bekal
yang cukup untuk pergi.
Lama ia memikirkan, bagaimana ia dapat mengunjungi Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam.
Seandainya kerinduannya terobati, pasti sangat senang hatinya. Tapi ia urungkan
niatnya. Ia menabung, Ia berusaha mengumpulkan sejumlah uang yang barangkali
cukup untuk pergi ke Madinah. Setiap hari para tetangga yang pulang dari
Madinah bercerita, mendengar kabar tenang Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam, itulah yang membuat ia begitu
bersemangat untuk bekerja apa saja.
Waktu telah berlangsung
lama. Ia tidak sadar ternyata ia sudah mengumpulkan cukup banyak uang untuk
pergi ke Madinah.
Akhirnya ia menyampaikan
keinginannya kepada sang ibu. Ibunya mengizinkan, tapi ia meminta agar setelah
bertemu dengan Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam., ia harus langsung
pulang.
Uwais al-Qarni berangkat ke
Madinah. Jarak membentang sangat jauh, perjalanan yang membara ia lalui, jika
malam dingin menggigit tulang. Berhari-hari ia berjalan di tengah padang pasir,
kadang melewati pemukiman, akhirnya sampai juga ia ke Madinah.
Ternyata sesampainya di
Madinah, hanya disambut oleh Fatimah yang tidak terlalu antusias menyambutnya,
melihat penampilan yang kotor dan dekil. Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam sedang pergi berperang. Ada rasa
kecewa, kemudian ketika dalam hatinya ingin menunggu Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam pulang,
ibunya berpesan agar ia segera pulang.
Ia pulang. Dengan perasaan
kecewa.
Begitu Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam pulang dari
perang. Beliau langsuang bertanya kepada Fatimah apakah ada orang yang
mencarinya.
“Ada orang yang mencari
engkau, Ya Rasulullah Sollallohu ‘alaihi
wa sallam! Orangnya kumal dan pakaiannya acak-acakan!” jawab Fatimah.
“Tahukah engkau wahai
Fatimah! Dia itu adalah anak yang taat kepada kedua orang tuanya. Dialah Uwais
Al-Qarni, orang yang terkenal di langit dan tidak terkenal di bumi!”
Mendengar jawaban itu
Fatimah tertegun.
Ketika berkumpul dengan para
sahabat. Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa
sallam menceritakan tenang Uwais Al-Qarni. “Kalau ingin berjumpa dengannya,
lihatlah di telapak tangannya ada tanda putih sebesar dirham akibat penyakit
kusta, ia berasal dari daerah Qarn, Yaman.” Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam lalu memandang sahabat yang hadir
ketika itu antara lain Umar ibn Al-Khattab. “Suatu ketika, apabila kalian
bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit
dan bukan penghuni bumi. Doanya pasti akan dikabulkan oleh Allah.
Ketika Umar telah menjadi
khalifah, ia teringat pesan Rasulullah Sollallohu
‘alaihi wa sallam, ia pun ingin mendapat doa yang mujarab dan agar
permohonan ampun kepada Allah oleh Uwais Al-Qarni.
Lama Umar mencarinya, ketika
ia bertemu dengan kabilah dari Yaman, beliau bertanya apakah ada yang mengenal
Uwais, bukannya menjawab, malah yang ditanya terheran-heran karena seorang
khalifah bertanya tentang seorang pengembala kambing mereka, miskin, berpakaian
kumal. Heran. Tentu saja.
Para kabilah yang ditanya
mengatakan kalau Uwais sedang menjaga unta mereka di perbatasan kota. Umar lalu
bergegas dan menemuinya. Begitu sampai umar betanya tentang tanda-tanda yang
diberikan oleh Rasulullah Sollallohu ‘alaihi wa sallam., melihat tanda kusta
sebesar dirham ke tangannya. Dialah Uwais.
“Ada apa Amirul Mukminin
mencari saya?!” Heran tentu saja, seorang yang jangankan Amirul mukminin,
tukang sampah, tukang gembala saja malas mencarinya.
“Engkau orang yang
diceritakan oleh Rasulullah Sollallohu
‘alaihi wa sallam, mohon ampunkan kepada Allah untukku!” pinta umar.
Uwais terkejut, ada dua hal
yang membuat ia terkejut. Yang pertama ia diminta oleh seorang khalifah untuk
memina ampun atas dosanya lewat mulutnya. Apa tidak salah? Pikirnya. Yang lebih
membuat ia terkejut adalah Rasulullah Sollallohu
‘alaihi wa sallam menyebut namanya, padahal ia baru pertama kali ke Madinah
dan waktu itu belum sempat bertemu dengan Rasulullah
Sollallohu ‘alaihi wa sallam.
Umar terus mendesak Uwais
akhirnya ia menyerah dan memohon kepada Allah untuk ampunan kepada Umar.
Kematiannya yang paling
mencengangkan. Ribuan orang datang menyelenggarakan jenazahnya, memandikan,
mengkafani, menyolatkan dan menguburkan. Kerumunan orang tidak terkira
banyaknya membuat penduduk Kota Yaman tercengang heran. Padahal setahu mereka
Uwais al-Qarni adalah seorang tukang gembala kambing dan unta siapa saja untuk
makannya. Tidak ada yang suka berkawan dengannya. Tapi kenapa kematiannya
sebanyak ini orangnya! Begitulah pertanyaan yang muncul dari penduduk Kota
Yaman.
Tak ada yang tahu. Ia memang
tidak dikenal di bumi, tapi ia terkenal di langit. Dan, yang menjenguk
kematiannya dan menyelenggarakan jenazahnya adalah penduduk langit, Malaikat. Wallahu a’lam.
Seorang sosok yang luar
biasa. Tidak pernah mau dikenal oleh orang banyak. Ketika ia akan bergegas ke
Iraq, Umar akan mengirim surat kepada gubernur kota itu agar ia menyambut
Uwais. Tapi Uwais menolak, ia tidak mau dikenal oleh penduduk bumi, tapi ia
dikenal oleh penduduk langit. Subhanallah.
***
Tidak perlu berkoar-koar,
untuk terkenal tidak perlu pencitraan. Bekerjalah. Biar pun tidak seterkenal
elang, tidak setangguh singa Afrika dan tidak sekuat hiu putih, seekor capung
tetap pemburu paling efektif, meskipun dunia tidak pernah mengenalnya.
Biarlah dunia tidak
mengenalnya, seorang Uwais Al-Qarni berdiri sendirian dalam ketaqwaan. Tapi
langit begitu mengenalnya, doanya begitu diijabah oleh Allah, dan perbuatannya
begitu mencengangkan penduduk langit. Biarlah ia hilang ditelah gurun pasir,
hilang dirampok kemiskinan, tenggelam dalam caci dan maki. Ia tetap seorang
pemuda tangguh yang menjadi teladan yang membuat seluruh dunia bergetar karena
doanya yang makbul.
Dan, janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong,
karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS Al-Isra’ [17]: 37)
Image Source : 1 2
Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
Image Source : 1 2
Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment