Oleh Ali Usman
Do'a adalah kekuatan seorang muslim. Seorang
guru yang muslim dan muslimah, sejatinya mesti selalu berdo'a kepada Allah SWT.
Berdo'alah untuk kebaikan peserta didik kita untuk teman-teman guru kita, kepada
orang tua kita, saudara dan kaum muslimin, karena pada dasarnya ketika kita mendo’akan
mereka kita sendirilah yang akan merasakan manfaatnya, sebagaimana yang terdapat
dalam hadits Rasulullah saw berikut. "Tidak ada seorang muslim pun yang
mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya,
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR.
Muslim).
Mendoakan sesama muslim tanpa sepengatahuan
orangnya termasuk dari sunnah hasanah yang telah diamalkan turun-temurun oleh para
nabi dan juga orang-orang shaleh yang mengikuti mereka. Mereka senang kalau kaum
muslimin mendapatkan kebaikan, sehingga mereka pun mendoakan saudaranya di dalam
doa mereka tatkala mereka mendoakan diri mereka sendiri. Dan ini di antara sebab
terbesar tersebarnya kasih sayang dan kecintaan di antara kaum muslimin, serta menunjukkan
kesempuraan iman mereka. Nabi Muhammad saw bersabda, “Tidak beriman salah
seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia
cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik).
Imam Ahmad selalu mendo’akan gurunya, yaitu
Imam Syafi’i setiap usai shalat. Suatu ketika, ia berkata kepada anak Imam Syafi’i.
”Ayahmu salah satu dari enam orang yang aku do’akan usai setiap shalat. Marilah
kita bercermin pada mereka yang senantiasa saling mendo’akan kebaikan, guru mendo’akan
peserta didik Insya Allah peserta didik pun akan mendo’akannya, betapa indah jika
hal ini dilakukan.
Guruku, do'akanlah peserta didik kita,
karena banyak keutamaannya, di antara keutamaan mendoakan orang lain (apalagi
peserta didik kita) tanpa sepengetahuannya akan mendatangkan kebaikan bagi kita
yang mendoakan. Allah swt berfirman tentang doa nabi Ibrahim as yang artinya :
"Wahai Rabb kami, beri ampunilah
aku dan kedua ibu bapaku dan semua orang-orang mukmin pada hari terjadinya
hisab (hari kiamat).” (QS. Ibrahim: 41).
Allah swt juga berfirman tentang nabi Nuh as bahwa
beliau berdoa “Wahai Rabbku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke
dalam rumahku dalam keadaan beriman, dan semua orang yang beriman laki-laki dan
perempuan.” (QS. Nuh: 28). Dan juga
tentang Nabi Muhammad saw diperintahkan Allah yang artinya :
“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan
bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.”
(QS. Muhammad: 19).
Guruku, sungguh Allah dan Rasul-Nya memotivasi
kaum muslimin (khususnya kita seorang guru muslim-muslimah) untuk senantiasa
mendoakan saudara kita atau peserta didik kita, sampai-sampai Allah swt
mengutus malaikat yang khusus bertugas untuk meng’amin’kan setiap doa seorang
muslim untuk saudaranya dan sebagai balasannya malaikat itu pun diperintahkan
oleh Allah swt untuk mendoakan orang yang berdoa tersebut. Berhubung doa
malaikat adalah mustajabah, maka kita bisa menyatakan bahwa mendoakan sesama
muslim tanpa sepengetahuannya termasuk dari doa-doa mustajabah. Oleh karena
itu, jika kita mendoakan peserta didik kita dan saudara kita, tentu saja doa
yang sama akan kembali kepada kita, maka potensi dikabulkannya akan lebih besar
dibandingkan kita hanya mendoakan untuk diri kita sendiri.
Hanya saja satu batasan yang disebutkan
dalam hadits -agar malaikat meng’amin’kan- doa kita adalah peserta didik kita
atau saudara kita itu tidak mengetahui kalau kita sedang mendoakan kebaikan
untuknya. Jika dia mengetahui bahwa dirinya didoakan maka lahiriah hadits
menunjukkan malaikat tidak meng’amin’kan, walaupun tetap saja orang yang berdoa
mendapatkan keutamaan karena telah mendoakan saudaranya. Hanya saja kita
mendoakannya tanpa sepengetahuannya lebih menjaga keikhlasan dan lebih
berpengaruh dalam kasih sayang dan kecintaan.
Semoga kita dimudahkan Allah swt untuk
menjadi guru yang ikhlas dan selalu mendoakan peserta didik kita. Amin. Tentunya dengan hanya mengharap kasih sayang
dan ridho Allah SWT.
Padang, 13 September 2016 pukul 21.40
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment