Friday 30 September 2016

Identitas


Oleh Rofiq L Hayat

Apa jadinya jika burung tak lagi terkenal dengan sayapnya,
Bagaimana kalau gajah tak lagi menarik karena belalainya,
Bagaimana pula kalau harimau tidak lagi populer dengan belangnya.
Begitu juga manusia dengan akalnya.
Khusus Islam dengan tak menyentuh keimanannya.


Jika melihat gunung pasti yang terbayang adalah tinggi dan besar. Karena setiap perbandingan mengatakan kalau gunung itu besar. Lalu apa yang anda bayangkan ketika orang mengatakan air? Jernih, dingin, bersih, bukankah itu yang terbayang? Begitu juga dengan ketika melihat api, meskipun dari jauh sudah dapat merasakan panasnya. Itulah identitas yang melekat dalam setiap sesuatu. Sifat khas selain nama, itulah identitas.

Identitas.

Islam Berjaya dengan mengikuti Islamnya, tapi sungguh berbeda dengan agama lain. Contoh saja Kristen justru mereka Berjaya ketika meninggalkan agamanya.

Pada saat kekhilafahan Islam berdiri, Islam begitu dikagumi dari seluruh penjuru dunia. Mulai dari timur hingga ke barat, Islam menyinari dunia yang kala itu sedang dinamakan ‘dark age’ oleh orang-orang Eropa. Islam kala itu kian bersinar menerangi dunia. Karena saat itu Islam masih memegang teguh ‘identitas’ yang Islami, baik dalam urusan individu seperti ibadah maupun urusan umat seperti hukum syari’ah.

Memang Islam akan semakin kokoh dengan keislamannya.

Tapi apakah Kristen demikian?

Ternyata tidak.

Kristen tidak akan pernah maju ketika mereka masih menggabungkan antara Kristen dan urusan dunia. Buktinya, banyak ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan ajaran Kristen, banyak ilmuan yang mencoba mengembangkan ilmu pengetahuan akhirnya dibunuh karena tidak sesuai dengan ajaran Kristen. Antara lain Nicholas Copernicus yang mengatakan kalau bumi ini bulat.

Kristen tidak akan pernah berkembang, jika hal itu terus dibiarkan.

Maka muncullah masyarakat sekuler. Yaitu masyarakat yang memisahkan antara agama dan kehidupan dunia. Di dunia barat gerakan ini bermula dengan nama Renaisans, masa kebangkitan Eropa setelah lebih dari seribu tahun berada dalam kegelapan. Pada masa itu ada sebuah pengertian baru yang dianut oleh Kristen dan para penguasa ketika itu. bahwa agama dan kehidupan dunia harus dipisah, akhirnya keduanya benar-benar terpisah.

Urusan dunia terpisah sama sekali dengan urusan agama. Untuk urusan agama biarlah mereka yang mengaturnya dalam gereja, sedangkan untuk urusan lainnya biarlah urusan dunia.

Sekulerisme.

Apakah Islam demikian? Ternyata tidak. Islam justru tumbuh dan berkembang pesat dengan tetap mempertahankan keislamannya. Pada zaman keemasan Islam, justru yang membuatnya terkenal adalah banyaknya ulama yang disamping ulama mereka juga ilmuan. Mereka mempelajari ilmu pengetahuan dan juga ilmu agama. Islam menjadi pusat peradaban dunia dengan ilmu pengetahuan keislaman yang kental, budaya yang semuanya berlandaskan Islami, hukum Islami dan semua aspek kehidupan yang Islami.

Tapi apa yang menyebabkan tumbangnya Islam?

Umat Islam meninggalkan ajaran Islam. Mereka tidak peduli lagi dengan Islam, bahkan menganggap agama itu hanya untuk urusan akhirat. Tentu saja terjadi kesenjangan dan ketidakadilan dimana-mana, orang-orang mulai melupakan tanggung jawabnya dan mementingkan diri sendiri menjadi tren. Maka hasilnya perpecahan yang akan terjadi.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah [2]: 108)
Itulah identitas dalam setiap muslim harusnya, menjadikan Islam sebagai landasan semua aktivitas. Identitas bukan hanya yang melekat pada sebuah kartu kecil yang berukuran 6X9 cm, benda mungil yang disebut KTP. Atau dalam secarik kertas, bukan di sana letak identitas muslim. Itu hanya sebagai tanda, bukan identitas, karena identitas melekat dalam jiwa muslim.

Apakah identitas muslim sudah melekat dalam jiwa kita?

Bagaimana pandangan orang lain terhadap kita? Ketika bertemu, apakah yang terbayang atau penilaian orang lain terhadap kita? Mungkinkah orang lain melihat kita yang terbayang adalah ia selalu ingat dengan Allah, ia akan selalu teringat dengan ibadah, kalau itu jawabannya, berarti kita telah melekat sebuah identitas yang mulia.

Bagaimana jika sebaliknya? Setiap orang lain melihat kita yang terbayang adalah minuman keras, judi, kekerasan. Na’udzubillah.



Image Source

Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment