Wednesday, 31 August 2016

Bertanggang di Negeri Dingin Tanpa Salju


Fadil Ahmadhia Warman,


Negeri dingin tanpa salju, itulah sebutan yang tepat untuk daerah tempat penulis melaksanakan kegiatan khidmah. Alahan Panjang, tempat tertinggi di provinsi Sumatera Barat ini. Khidmah adalah salah satu kegiatan yang diadakan Perguruan Islam Arrisalah bagi kelas 3 SMP dan 3 MA yaitu kegiatan sejenis KKN. Berbagai macam kegiatan kita lakukan dalam khidmah ini seperti mengajar MDA, ikut masyarakat dalam memajukan daerahnya, dan bakti lainnya.

Khidmah 2016 kali ini ada empat kelompok. Kelompok pertama diletakkan di Sungai Nanam, Alahan Panjang. Kelompok kedua di Lipek Pageh, Alahan Panjang. Kelompok ketiga di Sukarami. Dan kelompok terakhir di Padang, dekat taplau. Kebetulan penulis berada di kelompok kedua. Sebagaimana yang telah disebutkan tadi, tempatnya berada di daerah tertinggi di Sumatera Barat. Tepatnya di Jorong Lipek Pageh, Nagari Sungai Nanam, Kecataman lembah Gumanti.

Mata pencaharian masyarakatnya adalah bercocok tanam. Yang paling banyak ditanam adalah bawang merah. Alasan masyarakat di sana memilih bawang, karena perawatannya yang mudah. Selain bawang, masyarakat Lipek Pageh ada juga yang menanam kentang, cabe, dan kangkung.

Lingkungan yang dingin dan asri membuat daerah ini nyaman untuk ditinggali. Walaupun jalanannya masih ada yang belum diperbaiki tapi itu sudah lebih lebih dari cukup untuk hidup di daerah ini. Masyarakat di sini juga ramah dan saling tegur sapa. Tak terlihat adanya permusuhan pada raut wajah masyarakat Lipek Pageh.

Kami berangkat dari Arrisalah pada 15 Juni 2016, pada pukul 2:30. Dan kami sampai tepat sebelum berbuka puasa. Kami tinggal di rumah saudara alumnus Arrisalah yang sekarang sedang menyelesaikan kuliahnya di Universitas Al-Azhar, Mesir. Abdan Syukri, seorang alumnus yang telah mengkhatamkan hafalan Qur’an-nya di Perguruan Islam Arrisalah.

Hari Pertama (16 Juni 2016)
Kami hanya melakukan aktivitas di rumah. Dan sore harinya kami menghabiskan waktu untuk jalan-jalan sore. Hal ini disebabkan oleh kami masih menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sangat dingin. Siang harinya kami membeli bahan-bahan masak agar bisa membuat makanan buat buka dan sahur. Sebelumnya kami makan di rumah alumnus tersebut. Kami tidur dengan selimut terkemul. Karena suhu yang sangat dingin kami tak bisa beraktifitas pada malam harinya kecuali untuk shalat tarawih.

Hari Kedua (17 Juni 2016)
Kami mengurus izin dengan kepala jorong di sana. Sebagaimana biasanya, jika kita mengadakan kegiatan di suatu kampung maka seharusnya kita mengurus perizinannya. Kami mulai kegiatan khidmah. Kami berkoordinasi dengan pengurus masjid dan pengurus MDA untuk mencocokkan waktu agar kami bisa mengajar di MDA tersebut. Sebenarnya, jadwal belajar anak-anak tak ada pada bulan ramadhan tapi karena kepercayaan masyarakat di sana makanya kami bisa mengajar walaupun di hari libur. Anak-anak dipanggil untuk belajar bersama kami. Kami mulai mengajar setelah ashar dan jam 6:30. MDA terbagi atas empat kelas. Sesuai dengan kapan mereka masuk ke MDA. Di sana terdapat satu orang anak kelas 2 SD yang sudah hafal juz 30. Hal itu mengejutkan kami, ternyata ada anak yang hafal satu juz di tempat ini.

Malam harinya kami rapat dengan pengurus serta pemuda masjid. Hasil dari rapat tersebut, pengurus MDA meminta kami agar menitikberatkan kepada tahfizh. Hal ini agar anak-anak dapat terbiasa dalam menghafal Al-Quran. Sangat besar semangat masyarakat di sini agar anak-anak mereka bisa hafal Al-Quran.

Hari Ketiga (18 Juni 2016)
Hari-hari kami seperti biasa, kami mengajar setelah asharnya. Dan menyiapkan makanan setelah dzuhur. Awalnya kami dalam kelompok berjumlah delapan orang. Tapi, dua orang teman kami datang dari Arrisalah. Anak-anak masih malu-malu tapi ada juga yang langsung dekat dengan pengajarnya. Penulis mengajar di kelas 3 MDA. Muridnya masih belum aktif, mungkin merek abutuh penyesuaian.

Malam itu alumnus Arrisalah, Abdan Syukri pulang dari Mesir. Adalah suatu kebahagiaan jika kita pergi ke suatu daerah lalu masyarakat di daerah tersebut menerima kita. Pun pemudanya juga menerima kita apa adanya. Dan malam itu juga di Masjid Raya Mujahidin tempat kelompok satu khidmah mengadakan MTQ. Maka kami datang serta ikut dalam acara itu. satu hal yang harus kita ketahui, remaja masjid di sini aktif dalam kegiatan masjid. Seperti MTQ yang diadakan setiap ramdhan. Seluruh masjid maupun mushalla mengadakan acara tersebut. Hal itu dikarenakan oleh aktifnya remaja masjidnya.

Hari Keempat (19 Juni 2016)
Hari minggu adalah hari libur bagi anak-anak MDA. Maka kami tak mengajar pada hari ini. Pagi harinya kami goro membersihkan rumah yang kami tinggali. Sampai menjelang zuhur kami berhenti dan bersiap-siap buat sholat. Siangnya kami melaksanakan agenda pribadi, ada yang baca novel, tilawah, dll.
Sore harinya kami jalan-jalan sore sekaligus ngabuburit, nunggu waktu buka puasa. Sore harinya kami diajak oleh para pemuda di sana buat main futsal pada jam 12 malam. Maka kami menyetujui itu. kami berangkat dari rumah pukul 11 malam. Tidak semua yang berangkat karena beberapa faktor seperti dingin, kecapekan, dan alasan lainnya.

Hari Kelima (20 Juni 2016)
Kami mengawali hari dengan jalan-jalan ke perkebunan bawang yang letaknya di kaki-kaki bukit. Daerah yang kami tinggali memang dikenal dengan perkebunan bawangnya. Kami sampai mendaki puncak bukit dan juga sempat berfoto-foto. Mengabadikan momen di atas bukit yang dibawahnya ditanami berbagai jenis sayuran. Sayuran-sayuran ini nantinya akan dijual di pasar Alahan Panjang dan juga didistribusikan ke berbagai daerah seperti Sijunjung, Padang Pariaman, Solok, dan serah sekitar. Bahkan jika hasilnya bagus bisa di ekspor ke luar negeri.

Hari Keenam (21 Juni 2016)
Kegiatan kami setiap harinya hampir sama. Tergantung pribadi masing-masing bagaimana cara mewarnai setiap hari yang dilalui. Kami membuat suatu program baru di Lipek Pageh ini, yaitu Pesantren Ramadhan. Kami berkoordinasi dengan pengurus masjid dan MDA, mereka menyetujui. Maka kami jadwalkan dari pukul 7:30-11:00 adalah waktu untuk pesantren ramadhan. Jadi, anak-anak MDA selain belajar setelah ashar mereka juga akan belajar pagi harinya.

Anak-anak menyikapi dengan positif kegiatan itu, bahkan mereka senang dengan pesantren ramadhan di pagi harinya. Walaupun tetap dingin tapi semangat mereka tetap berkobar. Semangat yang dapat menghilangkan kedinginan tiap paginya. Kedekatan kami dengan anak-anak sudah terjalin sejak hari kedua MDA. Jadi, mereka lebih terbuka dengan kami. Bahkan mereka sering mengujungi rumah kami. Dan mengajak kami bermain bersama.

Hari Ketujuh (22 Juni 2016)
Kami menjalani hari seperti biasa. Bedanya sekarang ada pesantren ramadhan di pagi harinya. Diadakannya pesantren ramadhan ini karena pagi harinya kami lebih memfokuskan pada tata cara sholat, wudhu, dan amaliyah harian lainnya. Sedangkan sore harinya kami memfokuskan pada tahfizh.

Hari Kedelapan (23 Juni 2016)
Hari ini kami diajak jalan-jalan ke kebun teh. Hamparan hijau nan indah membuat kami melupakan esok akan pulang. Udara yang sejuk dan dingin membuat emosi stabil. Selain ke kebun teh, kami juga pergi ke Masjid Ummi (masjid Gamawan Fauzi) sambil menikmati panorama danau ateh nan luas dan indah. Rindu akan meninggalkan kampung ini. Anak-anak MDA juga meminta kami untuk menambah hari di sini. Kedekatan kami dengan mereka sudah terjalin sempurna. Riang bermain di pagi harinya dan serius menghapal di sore harinya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga besok adalah waktu buat perpisahan.

Hari Kesembilan (24 Juni 2016)
Inilah hari perpisahan. Anak-anak MDA tidak mau kami pergi dari kampung ini. sebagian mereka menarik kami agar tetap bertahan di sini. Tapi, setiap perjumpaan tentu ada perpisahan walaupun sebagian dari kita tak menginginkan perpisahan itu.

Kami berangkat dari Lipek Pageh pada pukul 2:00 dengan saling bersalaman dengan keluarga yang telah mengizinkan kami untuk tinggal di rumah mereka.

Lingkungan yang asri dan suhu yang dingin sekarang telah kami tinggalkan. Masyarakat yang ramah sekarang sudah menjadi kenangan. Kami tak bisa melihat bawang di mana-mana lagi.

Ada adat unik di sini. Karena Lipek Pageh adalah daerah yang dingin, maka masyarakat mengenakan sarung bukan untuk menjadi bawahan sebagaimana biasanya. Tapi dipakai buat badan, baik dalam sholat maupun di luar shalat.


Kami belajar banyak dari khidmah. Ada banyak pengalaman menarik yang tak dapat tergantikan dengan rupiah. Khidmah yang mengesankan.

No comments:

Post a Comment