Fadil Ahmadhia Warman,
Negeri dingin tanpa salju, itulah sebutan
yang tepat untuk daerah tempat penulis melaksanakan kegiatan khidmah. Alahan
Panjang, tempat tertinggi di provinsi Sumatera Barat ini. Khidmah adalah salah
satu kegiatan yang diadakan Perguruan Islam Arrisalah bagi kelas 3 SMP dan 3 MA
yaitu kegiatan sejenis KKN. Berbagai macam kegiatan kita lakukan dalam khidmah
ini seperti mengajar MDA, ikut masyarakat dalam memajukan daerahnya, dan bakti
lainnya.
Khidmah 2016 kali ini ada empat kelompok.
Kelompok pertama diletakkan di Sungai Nanam, Alahan Panjang. Kelompok kedua di
Lipek Pageh, Alahan Panjang. Kelompok ketiga di Sukarami. Dan kelompok terakhir
di Padang, dekat taplau. Kebetulan penulis berada di kelompok kedua.
Sebagaimana yang telah disebutkan tadi, tempatnya berada di daerah tertinggi di
Sumatera Barat. Tepatnya di Jorong Lipek Pageh, Nagari Sungai Nanam, Kecataman
lembah Gumanti.
Mata pencaharian masyarakatnya adalah
bercocok tanam. Yang paling banyak ditanam adalah bawang merah. Alasan
masyarakat di sana memilih bawang, karena perawatannya yang mudah. Selain
bawang, masyarakat Lipek Pageh ada juga yang menanam kentang, cabe, dan
kangkung.
Lingkungan yang dingin dan asri membuat
daerah ini nyaman untuk ditinggali. Walaupun jalanannya masih ada yang belum
diperbaiki tapi itu sudah lebih lebih dari cukup untuk hidup di daerah ini.
Masyarakat di sini juga ramah dan saling tegur sapa. Tak terlihat adanya
permusuhan pada raut wajah masyarakat Lipek Pageh.
Kami berangkat dari Arrisalah pada 15 Juni
2016, pada pukul 2:30. Dan kami sampai tepat sebelum berbuka puasa. Kami
tinggal di rumah saudara alumnus Arrisalah yang sekarang sedang menyelesaikan
kuliahnya di Universitas Al-Azhar, Mesir. Abdan Syukri, seorang alumnus yang
telah mengkhatamkan hafalan Qur’an-nya di Perguruan Islam Arrisalah.
Hari Pertama (16 Juni 2016)
Kami hanya melakukan aktivitas di rumah.
Dan sore harinya kami menghabiskan waktu untuk jalan-jalan sore. Hal ini
disebabkan oleh kami masih menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sangat
dingin. Siang harinya kami membeli bahan-bahan masak agar bisa membuat makanan
buat buka dan sahur. Sebelumnya kami makan di rumah alumnus tersebut. Kami
tidur dengan selimut terkemul. Karena suhu yang sangat dingin kami tak bisa
beraktifitas pada malam harinya kecuali untuk shalat tarawih.
Hari Kedua (17 Juni 2016)
Kami mengurus izin dengan kepala jorong di
sana. Sebagaimana biasanya, jika kita mengadakan kegiatan di suatu kampung maka
seharusnya kita mengurus perizinannya. Kami mulai kegiatan khidmah. Kami
berkoordinasi dengan pengurus masjid dan pengurus MDA untuk mencocokkan waktu
agar kami bisa mengajar di MDA tersebut. Sebenarnya, jadwal belajar anak-anak
tak ada pada bulan ramadhan tapi karena kepercayaan masyarakat di sana makanya
kami bisa mengajar walaupun di hari libur. Anak-anak dipanggil untuk belajar
bersama kami. Kami mulai mengajar setelah ashar dan jam 6:30. MDA terbagi atas
empat kelas. Sesuai dengan kapan mereka masuk ke MDA. Di sana terdapat satu
orang anak kelas 2 SD yang sudah hafal juz 30. Hal itu mengejutkan kami,
ternyata ada anak yang hafal satu juz di tempat ini.
Malam harinya kami rapat dengan pengurus
serta pemuda masjid. Hasil dari rapat tersebut, pengurus MDA meminta kami agar
menitikberatkan kepada tahfizh. Hal ini agar anak-anak dapat terbiasa dalam
menghafal Al-Quran. Sangat besar semangat masyarakat di sini agar anak-anak
mereka bisa hafal Al-Quran.
Hari Ketiga (18 Juni 2016)
Hari-hari kami seperti biasa, kami mengajar
setelah asharnya. Dan menyiapkan makanan setelah dzuhur. Awalnya kami dalam
kelompok berjumlah delapan orang. Tapi, dua orang teman kami datang dari
Arrisalah. Anak-anak masih malu-malu tapi ada juga yang langsung dekat dengan pengajarnya.
Penulis mengajar di kelas 3 MDA. Muridnya masih belum aktif, mungkin merek
abutuh penyesuaian.
Malam itu alumnus Arrisalah, Abdan Syukri
pulang dari Mesir. Adalah suatu kebahagiaan jika kita pergi ke suatu daerah
lalu masyarakat di daerah tersebut menerima kita. Pun pemudanya juga menerima
kita apa adanya. Dan malam itu juga di Masjid Raya Mujahidin tempat kelompok
satu khidmah mengadakan MTQ. Maka kami datang serta ikut dalam acara itu. satu
hal yang harus kita ketahui, remaja masjid di sini aktif dalam kegiatan masjid.
Seperti MTQ yang diadakan setiap ramdhan. Seluruh masjid maupun mushalla
mengadakan acara tersebut. Hal itu dikarenakan oleh aktifnya remaja masjidnya.
Hari Keempat (19 Juni 2016)
Hari minggu adalah hari libur bagi
anak-anak MDA. Maka kami tak mengajar pada hari ini. Pagi harinya kami goro
membersihkan rumah yang kami tinggali. Sampai menjelang zuhur kami berhenti dan
bersiap-siap buat sholat. Siangnya kami melaksanakan agenda pribadi, ada yang
baca novel, tilawah, dll.
Sore harinya kami jalan-jalan sore
sekaligus ngabuburit, nunggu waktu buka puasa. Sore harinya kami diajak oleh
para pemuda di sana buat main futsal pada jam 12 malam. Maka kami menyetujui
itu. kami berangkat dari rumah pukul 11 malam. Tidak semua yang berangkat
karena beberapa faktor seperti dingin, kecapekan, dan alasan lainnya.
Hari Kelima (20 Juni 2016)
Kami mengawali hari dengan jalan-jalan ke
perkebunan bawang yang letaknya di kaki-kaki bukit. Daerah yang kami tinggali
memang dikenal dengan perkebunan bawangnya. Kami sampai mendaki puncak bukit
dan juga sempat berfoto-foto. Mengabadikan momen di atas bukit yang dibawahnya
ditanami berbagai jenis sayuran. Sayuran-sayuran ini nantinya akan dijual di
pasar Alahan Panjang dan juga didistribusikan ke berbagai daerah seperti
Sijunjung, Padang Pariaman, Solok, dan serah sekitar. Bahkan jika hasilnya
bagus bisa di ekspor ke luar negeri.
Hari Keenam (21 Juni 2016)
Kegiatan kami setiap harinya hampir sama.
Tergantung pribadi masing-masing bagaimana cara mewarnai setiap hari yang
dilalui. Kami membuat suatu program baru di Lipek Pageh ini, yaitu Pesantren
Ramadhan. Kami berkoordinasi dengan pengurus masjid dan MDA, mereka menyetujui.
Maka kami jadwalkan dari pukul 7:30-11:00 adalah waktu untuk pesantren
ramadhan. Jadi, anak-anak MDA selain belajar setelah ashar mereka juga akan
belajar pagi harinya.
Anak-anak menyikapi dengan positif kegiatan
itu, bahkan mereka senang dengan pesantren ramadhan di pagi harinya. Walaupun
tetap dingin tapi semangat mereka tetap berkobar. Semangat yang dapat
menghilangkan kedinginan tiap paginya. Kedekatan kami dengan anak-anak sudah
terjalin sejak hari kedua MDA. Jadi, mereka lebih terbuka dengan kami. Bahkan
mereka sering mengujungi rumah kami. Dan mengajak kami bermain bersama.
Hari Ketujuh (22 Juni 2016)
Kami menjalani hari seperti biasa. Bedanya
sekarang ada pesantren ramadhan di pagi harinya. Diadakannya pesantren ramadhan
ini karena pagi harinya kami lebih memfokuskan pada tata cara sholat, wudhu,
dan amaliyah harian lainnya. Sedangkan sore harinya kami memfokuskan pada
tahfizh.
Hari Kedelapan (23 Juni 2016)
Hari ini kami diajak jalan-jalan ke kebun
teh. Hamparan hijau nan indah membuat kami melupakan esok akan pulang. Udara
yang sejuk dan dingin membuat emosi stabil. Selain ke kebun teh, kami juga
pergi ke Masjid Ummi (masjid Gamawan Fauzi) sambil menikmati panorama danau ateh
nan luas dan indah. Rindu akan meninggalkan kampung ini. Anak-anak MDA juga
meminta kami untuk menambah hari di sini. Kedekatan kami dengan mereka sudah
terjalin sempurna. Riang bermain di pagi harinya dan serius menghapal di sore
harinya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga besok adalah waktu buat
perpisahan.
Hari Kesembilan (24 Juni 2016)
Inilah hari perpisahan. Anak-anak MDA tidak
mau kami pergi dari kampung ini. sebagian mereka menarik kami agar tetap
bertahan di sini. Tapi, setiap perjumpaan tentu ada perpisahan walaupun
sebagian dari kita tak menginginkan perpisahan itu.
Kami berangkat dari Lipek Pageh pada pukul
2:00 dengan saling bersalaman dengan keluarga yang telah mengizinkan kami untuk
tinggal di rumah mereka.
Lingkungan yang asri dan suhu yang dingin
sekarang telah kami tinggalkan. Masyarakat yang ramah sekarang sudah menjadi
kenangan. Kami tak bisa melihat bawang di mana-mana lagi.
Ada adat unik di sini. Karena Lipek Pageh
adalah daerah yang dingin, maka masyarakat mengenakan sarung bukan untuk
menjadi bawahan sebagaimana biasanya. Tapi dipakai buat badan, baik dalam
sholat maupun di luar shalat.
Kami belajar banyak dari khidmah. Ada
banyak pengalaman menarik yang tak dapat tergantikan dengan rupiah. Khidmah yang
mengesankan.
No comments:
Post a Comment