Sunday 28 August 2016

Sepenuh Hari Penting Sepenuh Hati Harus


Oleh : Ali Usman

Adalah kemestian sebuah keputusan sepaket dengan konsekuensinya. Keputusan kita menjadi seorang guru paket konsekuensinya adalah kita siap digugu dan ditiru. Tentunya seluruh kebaikan akhlak dan keteladan kita jadi tuntunan anak didik kita. Pastikan kita  hanya merujuk kepada sang guru agung Rasulullah saw dengan mereguk hikmah siroh beliau, para sahabat, dan orang shaleh dan sadiqin.

Sepenuh hari penting sepenuh hati harus. Slogan ini terinspirasi dengan motto ruh pengabdian kita di Perguruan Islam Ar Risalah "Sepenuh Hari Sepenuh Hati". Motto ini juga yang selalu membingkai indah cinta kita di rumah kedua ini. Tentunya hari-hari kita selalu dihiasi dalam pemikiran dan pemberdayaan potensi kita untuk membangun generasi penuh berkah dengan sepenuh hati dan keikhlasan untuk mengharap ridho Allah swt.


Kita mendidik karena Allah dengan sepenuh hari sepenuh hati. Artinya kita kerahkan dan berdayakan potensi yang kita miliki untuk membaikkan anak didik kita dengan mencuri hatinya untuk mau dan ingin memperbaiki dirinya. Karena anak didik kita adalah raja masa depan yang akan mengurus umat manusia akhir zaman ini. Tentulah kita siapkan mereka dengan aqidah yang kokoh, ibadah yang benar, akhlak yang mulia, berbadan sehat, berwawasan luas, memiliki keterampilan, mandiri dan bermanfaat.

Kedelapan karakter yang kita siapkan tadi perlu keteladanan, cinta, kasih sayang, kepedulian, kelembutan, dan ketegasan. Hal ini yang sama-sama kita terus gali dan tingkatkan karena guru adalah pembelajar sejati yang tak pernah puas dan tak kenal lelah. Itulah kebanggaan kita bergabung di kereta Risalah Rasulullah saw ini untuk membangun generasi penuh berkah yang terus menebarkan keberkahan ke penjuru dunia dan berkumpul bersamanya di firdaus impian kita.

Sebuah keharusan jangan sakiti hati anak-anak didik kita. Kosekuensinya seorang guru di sekolah itu menurut Prof. Dr. H. Arief  Rachman, M.Pd. yang nomor satu adalah suasana. Suasana yang dimaksud adalah  proses pembelajara yang kreatif, efektif dan menyenangkan. Ayo! Guruku berbanggalah kita dalam profesi ini untuk menjemput syurga-Nya dengan membaikkan anak bangsa.

Seorang sufi terkenal, Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amal karena manusia adalah riya”. Bekerja dengan dedikasi, adalah bekerja sepenuh hati, tak setengah-setengah. Mrantasi, kata pepatah Jawa. Di posisi manapun akan berusaha memberikan yang maksimal, yang terbaik, the ultimate. Mempersembahkan hal terbaik hingga batas tertinggi kemampuan yang dimiliki. Banyak contoh pekerja keras yang berfikir tiap waktu untuk kemajuan perusahaan atau organisasi.

Pengarapan kita hanya kepada Allah. Tentunya kita harus selalu ingat dan amalkan agar kita tidak kecewa dan lalai. Hal ini yang mengingatkan bahwa setiap kita adalah insan yang terbaik. Kebaikan yang kita miliki adalah sebaik-baik umat. Profesi kita adalah profesi terbaik. Pelanjut Risalah Rasulullah saw untuk membaikkan umat ini khususnya anak didik kita.  Dedikasi maknanya sama dengan pengabdian tulus. Seperti kita seorang guru yang mendedikasikan dirinya dengan segenap ilmu yang dimiliki untuk anak didik kita, mencerdaskan generasi muda yang ber visi agar mereka siap menghadapi masa depan. Banyak guru yang mendedikasikan diri seperti itu meski tak menerima imbalan atau gaji yang memadai.

Sepenuh hari penting sepenuh hati harus, bisa diwujudkan dengan dedikasi yang tinggi. Artinya tidak membelokkannya dari tujuan yang telah diniatkan dari awal. Jadi pantaslah bagi guru yang memberikan penuh akan mendapatkan yang penuh pula. Guru yang memberikan setengah-setengah, akan mendapatkan yang setengah pula. Itu adalah hukum alami yang tak dapat diubah. Sesuai kadar pengorbananmu, sebesar itulah yang bakal kau peroleh. Namun ada hukum ‘anomali’ yang bisa dipegang, yaitu balasan kadang bisa berlipat ganda, entah yang bisa diduga, ataupun bonus dari arah yang tak disangka-sangka.


Menurut Ustadz Sam Badar dalam Seminar Online WA Grup Komunitas Teacher Trainer bahwa cara memiliki dedikasi yang kuat ini dengan kata DEDIKASI itu sendiri sehingga hadirlah semangat pengabdian sepenuh hari sepenuh hati. Pertama, DRIVE ON THE RIGHT WAY. Artinya memiliki niat untuk selalu berada pada jalan yang benar dengan visi dan misi yang diridho Allah. Memiliki rencana untuk apapun  yang ingin kita gapai. Semakin besar yang ingin kita gapai, biasanya semakin lama juga waktu yang dibutuhkan untuk meraihnya. Target yang besar pasti memiliki berbagai halangan untuk dilalui dan masalah untuk dipecahkan.

Kedua, EXCELLENT PERSON. Artinya selalu memantaskan diri untuk selalu menjadi pribadi yang terbaik. Berjiwa pemenang itu adalah keharusan karena kita sebagai guru tak pernah merasa puas sebelum anak didik kita menjadi pribadi yang shaleh, tangguh, dan cendekia. Kita tak kenal lelah dan tidak akan menyerah walau hasilnya belum kelihatan. Sangat normal jika kita tidak melihat hasil yang signifikan dalam waktu singkat. Disinilah dibutuhkan kesabaran dan cinta sepenuh hati.

Ketiga, DOING ANYTHING BEST. Artinya setiap amal shaleh dan pekerjaan yang kita lakukan haruslah yang ihsan atau terbaik. Kita tak mau setiap pekerjaan yang kita lakukan apa adanya, tapi selau kita upayakan "ada apanya" yang meninggalkan kesan dan pesan yang baik dan menarik. Sebagai guru mari kita berikan proses pembelajaran yang menarik, bervariasi, dan menyengkan.

Keempat, IMPROVEMENT. Artinya kita terus berusaha meningkatkan kualitas diri dan ruhiyah kita. Dalam pelaksanaan tugas mulia kita sebagai tenaga pendidik generasi bangsa harus selalu mengevaluasi kualitas dan profesionalitas pembelajaran dan pembinaan yang kita berikan. Jika ada kekurangan terus ditingkatkan dan komitmen untuk quality concern dan peningkatan mutu pendidikan.

Kelima, ATTENTION. Artinya sebagai seorang guru kita harus memiliki kepekaan/perhatian terhadap sekecil apapun pekerjaannya. Guru yang sudah mendedikasikan dirinya untuk mendidik generasi masa depan tidak akan mundur begitu saja sampai apa yang ia inginkan terwujud. Tentulah semua tetap berlandaskan amar ma'ruf nahi mungkar dengan bingkai cinta, peduli,  dan ridho Allah swt.

Keenam, SELF CONTROL. Pemahaman self control lebih kepada memanage diri kita sendiri agar perjalanan hidup kita akan tertata dengan rapi dan disiplin karena kita sudah memliki tameng yaitu mampu mengotrol diri kita. Sahabat Rasulullah saw Ali bin Abi Thalib ra. mengatakan berbahagialah orang yang mampu menjadi kapten bagi dirinya sendiri. Artinya dalam sebuah proses pendidikan memerlukan kesabaran dan kontrol diri dalam menjalankan tugas dengan komitmen dan istiqamah. Hal ini menjadi pagar diri untuk tetap menjaga izzah seorang guru yang melihatkan keteladanan yang baik dan tutur kata yang penuh cinta dan hikmah. Oleh karena itu mengotrol diri sangat diperlukan agar semuanya akan berjalan dengan semestinya.

Ketujuh, INSPIRATION. Artinya dalam dunia pembelajaran butuh banyak inspirasi dan inovasi dengan sepenuh hari dan sepenuh hati agar hadir suasana pembelajaran yang berkesan dan penuh makna. Ketika suasana itu hadir maka setiap hati anak didik kita merasa nyaman dan puas untuk belajar, sehingga rindu dengan kehadiran kita di kelas. Namun, hanya ada sedikit guru yang benar-benar berdedikasi di bidangnya. Setiap guru berdedikasi tinggi pasti akan menemui kegagalan atau kekecewaan di awal perjalanannya, bahkan dedikasi tingginya bisa berubah menjadi ambisius. Tapi justru komponen dedikasi, yaitu keberanian, keinginan dan keikhlasan itulah yang akan menuntunnya kembali menuju sukses sejati.

Demikianlah cara kita menghadirkan semangat pengabdian sepenuh hari penting sepenuh hati harus. Hal ini kita temukan dalam kata "dedikasi" yang perlu kita renungkan dan amalkan dalam keseharian kita. Semoga menginsprasi kita, menjadi guru yang tulus terhadap pekerjaan kita dalam membangun peradaban yang sedang dihadapi saat ini. Selamat berjuang guruku dan bersemangatlah mendidik dan membina generasi penuh berkah yang mampu menjadi raja yang shaleh-shaleha di zamannya. Wallahu'alam bishawab.


Image source: 1 2 3 4

Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment