Friday 13 January 2017

Masalah Hati, Bukan Otak




Nama   : Al Hafidh Ramadhan

Senin, 25 Januari 2016, 15:00. Angin berhembus kencang, menerbangkan debu, kertas, plastik, daun, dan segala yang dapat diterbangkannya, merebahkan pohon, merontokkan daun, melepas spanduk, dan baliho. Hari itu angin berhembus, merusak apa yang dapat dirusak olehnya.


Aku berdiri di sana, ditengah tengah hembusan angin, membiarkan angin meniup diriku.  Berharap angin kencang dapat menerbangkannya, merebahkannya, merontokkannya, atau merusaknya. Sesuatu yang ada di dalam diriku, sesuatu yang sangat ingin kumusnahkan. Kegundahan dan segala masalah hidupku.

Aku masih berdiri di tempat yang sama, berharap hal yang sama. Namun, tak terjadi apa apa, aku masih memikirkannya. Masalah demi masalah terus menghantui fikiranku tak sedikitpun masalah yang berkurang.

Masih di hari yang sama, Pukul 22:00. Aku berbaring di atas kasur, di luar, angin memberontak, menerbangkan gorden, mengguncang jendela. Masih dalam masalah yang sama, aku masih memikirkan masalah yang sama, aku menyerah, tidak memaksakan diriku untuk memikirkannya, tidak memaksakan hatiku unutuk merasa bersalah. Dan tahukah apa yang aku dapatkan?. Masalah itu tak lagi sebesar yang aku bayangkan.

Kadang saat kita berusaha melupakan sesuatu, sesuatu itu malah tambah membebani fikiran kita, semakin keras kita berusaha, semakin keras pula masalah itu untuk tetap berada dalam fikiran kita. Tak selamanya kita harus berfikir keras untuk menyelesaikan masalah, terkadang kita harus tenang, mendinginkan fikiran, dan bahkan berhenti berfikir.

Ketika mesin bekerja, dan dipaksa untuk terus bekerja. Melebihi batas waktu yang ditentukan, melebihi kapasitas kemampuan mesin tersebut, apa yang terjadi?. Apakah mesin tersebut masih dapat bekerja dengan baik?. Tentu saja tidak,pastilah ada perbedaan, mesin itu pastinya tak lagi berfungsi sebagaiman mestinya, pastinya terdapat kerusakan mesin, baik itu kerusakan kecil, maupun kerusakan besar.

Begitupula dengan otak, ketika dipaksa untuk bekerja di luar kemampuanya, maka, hal tersebut tidak baik bagi otak, ketika dipaksa untuk memaafkan, menyelesaikan masalah yang tak dapat di selesaikan oleh otak, masalah yang hanya dapat di selesaikan oleh hati. Maka, masalah itu bukannya selesai, tapi, malah menambah masalah masalah lainnya, dan pastinya hal itu tak baik bagi diri kita 

Jadi bagi yang memiliki masalah, cobalah berfikir dengan kepala dngin, jangan terlalu memaksakan diri untuk menyelesaikannya, karna, bisa jadi, hal itu tak dapat di selesaikan dengan berfikir.   



No comments:

Post a Comment