Sunday 15 January 2017

Membangun Daya Resiliensi pada Anak (Bag. 2)



Reza Pratomo

Berikut ini adalah bagian kedua dari 10 hal yang perlu dilakukan orang tua perlu lakukan dalam membangun daya resiliensi pada anak. Bagian pertama dapat anda baca disini.

Menjadi mentor, bukan penyelamat.
Kadangkala sebuah kesalahan dapat menjadi resep yang amat mujarab bagi anak untuk belajar. Lebih baik mereka belajar dari kesalahan-kesalahan kecil disaat muda, dibandingkan kesalahan besar yang mereka lakukan disaat mereka dewasa.


Selain itu anak juga akan belajar bahwa kadang hal terbaik bisa datang dari kesalahan yang merka lakukan, oleh sebab itu tugas kita membantu mereka mengambil hikmah dari kesalahan mereka, sehingga mereka sudah mempersiapkan diri jika gejala kesalahan yang sama akan terjadi di masa depan.

Hadapi kegagalan
Walau mungkin terdengar klise, namun kegagalan adalah sebuah syarat kesuksesan. Bagaimana seseorang akan sukses jika ia takut menghadapi kegagalan?

Anak yang mampu menghadapi kegagalan adalah anak yang memiliki rasa percaya diri yang sehat, karena ia mampu menaklukkan rasa takutnya. Ia berani untuk melakukan perbuatan yang belum pernah dilalakukan sebelumnya. Disana ia belajar menghadapi kesulitan yang mungkin terjadi dan bagaimana mengambil peljaran dari kegagalan dan kesulitan yang ia temukan.

Mengambil resiko
Kegagalan dan keberanian mengambil resiko adalah dua hal yang saling berkaitan. Seseorang yang tidak berani mengambil resiko, tidak ada pernah gagal. Yang juga berarti dia jauh dari keuksesan yang diharapkannya.

Oleh sebab itu biarkan anak mencoba sesatu yang baru. Karena jika mereka ingin menjadi pribadi yang berbeda, maka mereka harus berani melakukan suatu hal yang berbeda pula.

Pastikan anda memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan
Kita sebagai orang tua tetap harus memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan pada anak tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukannya. Karena tidak seluruh resiko pantas untuk diambil.

Kita sebagai orang tua tentu saja memiliki perspektif sendiri tentang apa yang menurut kita bai dan benar. Dan hal tersebut sebaiknya disampaikan pada anak agar mereka memahami batasan yang harus mereka jaga dalam melakuan aktifitas harian mereka. Satu hal yang juga penting adalah pertimbangan atas pengalaman orang tua seringkali membantu anak untuk menetapkan apa yang harus mereka lakukan.

Menunjukan perasaan kepada orang sekitar
Orang yang resilien adalah orang yang sadar dan memahami bahwa mereka membutuhkan perasaan cinta dan kasih sayang dari orang-orang sekitar mereka. Oleh sebab itu karena membutuhkan perasaan itu, maka ajarkan anak untuk mampu menunjukkan perasaan kasih sayang tersebut pada orang terdekatnya. Sehingga jika ia membutuhkannya, orang disekitarnya tahu bahwa ia sedang membutuhkan perasaan tersebut untuk segera bangkit dari kegagalannya.

Hal-hal inilah yang dilakukan oleh Eric Greitens kepada anaknya untuk meningkatkan daya reslien pada diri mereka. Dan kenyataannya, disaat orang tua mampu untuk melakukan hal ini, sebenarnya orang tua juga sedang mempersiapkan hal yang sama untuk diri mereka sendiri.


Mulailah sejak hari ini menanamkan nilai-nilai ini pada anak kita, sehingga disaat karakter mereka terbentuk, maka hal yang sama juga akan berengaruh pada diri kita pribadi sebagai orang tua.




Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment