Zulfiandri
Dalam bukunya Children’s Friendships, Zick Rubin dari Brandeis
University, menerangkan bagaimana anak-anak melewati empat tahap yang saling
tumpang tindih waktu mereka mempelajari seni dan keterampilan berteman.
1. Dalam tahap egosentris, antara usia tiga hingga tujuh
tahun, anak-anak paling sering mendefinisikan teman-temannya sebagai orang lain
yang secara bersamaan terlibat dalam kegiatan yang sama atau anak-anak lain yang tinggal dekat mereka. Seorang
“sahabat” bagi anak kecil seusia ini biasanya adalah orang yang tinggal paling dekat dengannya. Secara kasar,
anak-anak pada tahap ini mencari teman yang dapat mereka manfaatkan: mereka
yang mempunyai mainan yang dapat dipinjam, atau mereka yang mempunyai atribut
pnibadi yang tidak dipunyainya. Secara umum, anak-anak dalam tahap pertama ini
lebih ahli dalam memulai interaksi sosial ketimbang dalam hal menanggapi
tawaran anak lain. Dalam kerangka pikir egosentris itu, mereka mengandaikan
bahwa teman-teman berpikiran sama dengan mereka, dan. akan menjadi marah, atau
bahkan menolak bermain bila dugaan mereka ternyata meleset.
2. Dalam tahap pemenuhan kebutuhan, antara usia empat dan
sembilan tahun, anak-anak tidak terlalu termotivasi oleh egosentrisme dan lebih
berminat kepada proses suatu hubungan. Mereka menghargai teman sebagai individu,
tidak lagi berdasarkan yang mereka miliki atau tempat mereka tinggal. Tetapi,
pada tahapan ini, anak
Anda masih mempunyai dorongan dari dalam untuk mencari teman karena dengan ini ada kebutuhan khusus yang akan
terpenuhi. Anak-anak tertanik kepada anak lain yang mau bermain bersama atau
yang mau menenima pemberian kue, tetapi balasan belum dianggap penting sekali
oleh mereka. Karena persahabatan menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan mereka
yang bukan herasal dari keluarga, anak-anak pada usia ini mungkin selalu ingin
bersama anak-anak lain dan mungkin bahkan lebih suka bergaul dengan teman yang
tidak begitu mereka sukai hanya supaya tidak sendirian. Karena teman merupakan
sesuatu yang paling mereka butuhkan dalam tahapan ini, anak-anak umumnya suIit berteman dengan lebih dan satu
orang dalam waktu yang bersamaan. Pada masa ini Anda mungkin pernah secara
tidak sengaja mendengar putri Anda berkata kepada seorang anak, “Kamu bukan
temanku. Temanku
Jodie.”
3. Tahap balas jasa. ini terjadi antara usia 6 hingga 12
tahun. Fase ini dicirikan
dengan tuntutan atas balas jasa dan kesamaan hak. Anak-anak mampu
mempertimbangkan kedua syarat ini dalam berteman, dan mereka berkepentingan
bahkan terlalu dihantui dengan keadilan. Mereka bisa menilai mutu persahabatannya
berdasarkan pembandingan yang tidak sungkan-sungkan mengenai siapa berbuat apa
untuk siapa: undangan untuk menginap harus dibalas dengan undangan serupa;
bingkisan ulang tahun yang diterima harus bernilai sama dengan bingkisan yang
pernah diberikan kepada si pemberi; jika seorang anak membagi jajanan lebihnya
kepada seorang teman, ia berharap bahwa pada kesempatan benkutnya ia akan
menenima balasan dari teman tersebut. Barangkali karena tuntutan yang
berlebihan atas balas jasa ini, persahabatan selama fase ini cenderung terbatas pada
pasangan-pasangan. Kelompok atau klik yang terbentuk selama tahap balas jasa
sesungguhnya hanya suatu jaringan pasangan berjenis kelamin sama.
4. Selama tahap akrab, antara usia 9 dan 12 tahun, anak-anak
siap untuk terlibat dalam persahabatan yang betul-betul akrab. Alih-alih
memusatkan perhatian kepada hal-hal yang tampak, mereka lebih berkepentingan
dengan masalah dan kebahagiaan orang tersebut. Banyak psikolog memandang
tahapan ini sebagai fondasi untuk semua hubungan akrab, dengan mengajukan teori
bahwa anak-anak yang tidak mampu membentuk persahabatan akrab dalam masa praremaja
dan awal remaja mungkin tidak pernah bisa merasakan keakraban sejati sebagai
remaja atau bahkan waktu meningkat dewasa. Kesediaan untuk berbagi emosi,
masalah, dan konflik pada tahapan ini membentuk ikatan emosional mendalam yang
oleh anak-anak akan dikenang sebagai hubungan yang paling berkesan seumur
hidup. Dalam beberapa kasus, persahabatan ini betul-betul berlangsung sampai
akhir hayat.
No comments:
Post a Comment