Sebuah kejatuhan biasanya diawali dengan arogansi
Kalimat bijak yang seringkali menggambarkan sejarah yang
terus menerus berulang, dan pada tulisan kali ini yang akan saya bahas adalah
penyedia layanan seluler terbesar di Indonesia yaitu Telkomsel.
Kenapa Telkomsel? Karena baru-baru ini Telkomsel mendapat
serangan yang cukup mengejutkan pada laman resmi web mereka, dimana peretas
berhasil membobol keamanan situs tersebut dan mengganti laman utama yang diganti
dengan keluh kesah peretas tersebut akan tingginya harga yang harus dibayar
pengguna layanan internet yang disediakan oleh perusahaan. Kata-kata yang
digunakan cukup vulgar dalam mengkritik perusahaan.
Apakah memang seperti itu kenyataannya? Secara sekilas kami
mencoba menelusuri di sosial media tentang mahalnya kuota internet yang
disediakan oleh perusahaan tersebut. Dan memang banyak pro dan kontra tentang
harga yang ditawarkan, namun yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana proses
peretasan itu bisa terjadi, apakah memang semahal itu layanan internet yang
disediakan oleh Telkomsel, sehingga sang peretas meras perlu bersusah payah
meretas laman resmi agar harapannya dikabulkan.
Secara fakta memang Telkomsel adalah layanan seluler dengan
jumlah pelanggan terbesar dan jangkauan terluas jika dibandingkan dengan
provider lainnya. Selain itu profit yang dihasilkan juga tertinggi dengan jarak
margin yang cukup jauh jika dibandingkan dengan pesaingnya. Hal ini yang boleh
jadi menjadikan Telkomsel jumawa atas pencapaiannya.
Namun jika kita menoleh kembali sejarah tentang bagaimana
pemimpin yang sangat kuat biasanya dijatuhkan oleh pesaingnya yang saat itu
masih kecil, namun jeli meliat peluang kebutuhan pasar dan mereka
berkonsentrasi disana sehingga akhirnya bisa menumbangkan sang raksasa.
Lihatlah bagaimana Nokia dihantam hingga rontok oleh
Blackberry, hanya karena mereka terlambat masuk pada kebutuhan pebisnis yaitu
e-mail yang tersinkronisasi secara real time dengan handphone mereka.
Blackberry mampu menyediakan hal tersebut, dan disanalah awal kejatuhan nokia
hingga hanya menyisakan nostalgia bagi para penggunanya.
Blackberry ternyata terlena dengan kejayaan mereka dan lupa
bahwa kebutuhan masyarakat dalam berinternet terus berkembang, tidak hanya
e-mail, namun juga website lainnya dan hal tersebut membutuhkan kecepatan akses
yang tinggi. Dan disinilah letak kesalahan Blackberry dalam berinovasi. Mereka
terpaku dalam penyediaan jasa internet harus melalui server yang mereka miliki,
dan hal tersebut mengurangi kecepatan akses internet yang dbutuhkan oleh
penggunanya.
Disinilah muncul Google dengan Androidnya, dimana google
menyediakan software, dan perusahaan pembuat ponsel bebas menggunakan software
tersebut, asalkan tertaut dengan layanan yang disediakan oleh Google.
Disinilah letak kecerdasan Google menangkap peluang yang
tidak disediakan oleh Blackberry. Akses internet dilepas oleh kemampuan
provider menyediakan akses secepat yang mereka dapat tawarkan pada pengguna.
Sehingga secara perlahan perusahaan ponsel seperti Samsung, Sony atau Motorola
mulai menggantikan Blackberry sebagai raja dalam pasar penjualan ponsel di
dunia.
Namun cerita belum berhenti, para raja kembali mendapat
tantangan dari para pesaing yang mungkin tidak disangka oleh mereka sebelumnya.
Google mendapat tantangan dari Apple, sementara posisi Samsung mulai dihadang
ponsel murah berkualitas dari negeri tirai bambu yang menyakiti posisi mereka
sebagai raja. Ditambah dengan kasus Samsung Galaxy Note 7 yang secara global
mempengaruhi brand image Samsung.
Demikianlah sejarah selalu berulang, sama seperti halnya
dengan teknologi informasi di Indonesia, saat ini dikuasai oleh Telkomsel
sebagai raja. Namun bukan tidak mungkin pesaing yang tidak disangka akan
menjadi kuda hitam yang menjegal langkah sang raja, karena dalam bisnis informasi
teknolog, sekali terlambat berinovasi, jurang kejatuhan siap menanti.
Dan dalam beberapa kali kesempatan, telkomsel terlambat
mengaplikasikan inovasi yang dibutuhkan pengguna, seperti berjualan paket data,
maupun aplikasi smartphone yang terintengrasi dengan nomor pengguna. Keduanya
sudah lebih dulu dilakukan oleh 3, baik paket data maupun aplikasi BIMA Tri
yang lebih dulu diluncurkan.
Siapa yang tahu, provider mana yang siap untuk menggilas
Telkomsel, dengan kemampuannya membaca situasi yang tidak disangka dalam
menentukan apa yang sebenarnya lebih dibutuhkan oleh pengguna. Dan disaat itu
terjadi semoga Telkomsel tidak terlambat, Karena biar bagaimanapun, Telkomsel
adalah perusahaan BUMN yang berperan dalam memajukan bangsa ini.
No comments:
Post a Comment