Monday 13 March 2017

Pacaran Islami?

Reza Pratomo

Suatu ketika, saya mendapat pertanyaan dari salah seorang mahasiswa universitas negeri di kota Padang yang mengundang saya mengisi forum ilmu, yang rutin diselenggarakan oleh forum studi Islam di tingkat fakultas kampus tersebut.

Pertanyaan yang diajukan cukup menggelitik saya yaitu: “bang, saya memiliki teman yang punya pemahaman atas ilmu keislaman yang cukup, namun dia malah punya pacar”


“Lho kok bisa?” sambar saya dengan cepat.

“Alasan yang dibuatnya juga membuat saya bingung bang, katanya dia punya pacar dalam rangka mengenalkan Islam lebih jauh pada pacarnya tersebut. Jadi boleh ya bang jika dengan alasan tersebut punya pacar?”

Duh....

Antara ingin tertawa namun juga bercampur dengan perasaan miris, dimana pemuda yang seharusnya mampu mengenalkan islam secara lebih ringkas, namun malah berjalan di arah yang bertentangan dengan pemahaman yang sebaiknya dimiliki tentang hubungan antar lawan jenis.

Saya tidak berani langsung memvonis dia bersalah atas permasalahan ini, karena mungkin saya tidak memahami latar belakang permasalahan yang dialami pemuda tersebu, selain itu kondisi pergaulan anak muda hari ini sudah demikian cair sekat antara laki-laki dengan perempuan. Dan guyonan tentang betapa menyedihkannya seorang pemuda yang belum memiliki pasangan sudah sering terlontar di berbagai media sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga semakin menguatkan stigma bahwa, pemuda yang keren itu adalah yang punya pasangan.

Namun yang titik perhatian saya bukan stigam kuat di masyarakat tersebut, namun bagaimana cara dia berusaha menjustifikasi atau mebenarkan apa yang dilakukannya, dengan dalih yang seolah-olah benar. Karena ada unsur mendekatkan diri kepada Allah melalui hubungan antar manusia disana.

Saya tidak banyak mengetahui tentang dalil atau alasan yang tepat dalam agama untuk kasus seperti ini. Namun pernyataan saya sederhana.

“Kita akan selalu menemukan logika atau pembenaran atas apa yang kita lakukan, walau mungkin bertentangan dengan agama. Dan kita akan selalu mencari pembenaran-pembenaran atau pendapat yang mendukung apa yang kita laukan tersebut”. Itu yang saya sampaikan pada peserta yang bertanya tentang masalah itu.

Itulah kelebihan akal dan logika yang diberikan Allah kepada kita sebagai manusia. Walau kadang rambu sudah jelas diberikan oleh Allah, namun kadang dalam menurutkan hawa nafsu kita, akhirnya kita mencari-cari pembenaran. Namun kita mampu bertanya pada hati nurani kita yang terdalam. Benarkah apa yang saya lakukan ini sudah sesuai dengan tuntunan agama, ataukah saya hanya memperturutkan hawa nafsu saja?

Pilihan selalu dikembalikan kepada kita sebagai hamba Allah. Rambu dan tuntunan sudah banyak dberikan. Adalah pilihan kita untuk mengikuti tanpa banyak bertanya atau mempertanyakan perintah Allah atau berusaha mencari pembenaran atas apa yang kita lakukan.

Semoga Allah selalu melindungi kita atas keputusan-keputusan yang sudah kita pilih selama ini, Aamiin.

No comments:

Post a Comment