Friday, 17 March 2017

Menikah, Seharusnya Mencari Berkah

Reza Pratomo

Mendengar kata menikah tentunya yang terbayang oleh kita adalah proses menyatukan dua insan dalam sebuah ikatan untuk menegakkan agama Allah SWT. Dan proses itu, jika digabungkan dengan adat, maka akan enjadi sebuah proses yang cukup panjang dan banyak menguras energi, waktu dan biaya dari kedua keluarga yang akan diikat oleh persaudaraan.


Dan tulisan ini akan mengulas sedikit tentang salah satu proses pernikahan tersebut, yaitu walimah.

Walimah atau biasa dikenal dengan kenduri atau resepsi lazim dilakukan oleh keluarga mempelai untuk memperkenalkan anggota keluarga mereka yang telah melepas masa lajangnya. Pada saat walimah tersebut selain memperkenalkan, anggota keluarga juga berharap do’a dan restu dari keluarga besar, handai taulan dan masyarakat.

Namun apa yang terjadi jika sumpah serapah lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan lantunan doa bagi kedua mempelai?

Fenomena ini cukup sering terjadi di daerah tempat penulis tinggal, yaitu Sumatera Barat khususnya kota Padang. Dimana saat resepsi maka seluruh anggota keluarga besar dan tetangga turut serta bergotong royong membantu mensukseskan acara ini hingga tuntas. Mulai dari hidangan hingga acara, keterlibatan keluarga dan masyarakat erasa sekali dalam penyelenggaraan acara ini.

Namun ada sebuah kelaziman yang dilakukan masyarakat di kota Padang ini, dimana pelaksanaan acara resepsi ini menggunakan tenda yang sering kali mengurangi hak pengguna jalan. Tenda yang didirikan sampai menggunakan badan jalan yang mengganggu kelancaran lalu lintas.

Maka disinilah letak masalahnya. Jika sebuah resepsi sampai memaksa pengguna jalan dikurangi haknya, maka sebenarnya secara tidak langsung resepsi tersebut juga sedang mengurangi berkahnya, hingga memunculkan serapah dari pengguna jalan yang merasa haknya dirampas.

Tentu saja kita dapat berdalih “Saya tidak setiap bulan menikahkan keluarga saya, masak masyarakat tidak mengerti? Berbagi-lah dengan saya hanya untuk hari ini saja, masak tidak boleh?”

Betul sekali. Namun di sepanjang jalan tersebut bukan hanya anda yang tinggal kan? Ada ratusan atau ribuan keluarga yang juga tinggal di ruas jalan tersebut. Bayangkan jika seluruhnya memiliki pendapat yang sama, maka di sepanjang jalan tersebut akan berulang kali ditutup atau dialihkan untuk penyelenggaraan acara.

Jika salah satu tujuan resepsi adalah berharapa doa dari segenap undangan, maka berapa banyak sumpah atau doa negatif yang dialamatkan kepada penyelenggara acara oleh pengguna jalan yang merasa haknya dirampas? Jika dibandingkan dengan doa dari para tamu undangan.

Sekedar gambaran saja, jika jalan yang ditutup berada di dekat persimpangan jalan, maka tentu saja kemacetan tak dapat dihindarkan. Dan apa yang sekiranya akan terjadi jika salah satu pengguna jalan sedang dalam kondisi kritis dan darurat?

Hari berbahagia seharusnya juga dirasakan berkahnya oleh semua, segenap penghuni bumi dan langit ikut mendoakan serta berharap keberkahan atas penikahan dua hamba Allah. Jangan sampai keberkahan ini dinodai oleh sedikit doa negatif dari pengguna jalan. Karena jika merka merasa dizhalimi, maka tidak ada penghalang dari setiap makhluk Allah yang berdoa atas kezhaliman yang diterimanya. Doanya segera diterima oleh Allah

Semoga catatan kecil ini mampu menjadi masukan bagi kita untuk berhat-hati dalam menggunakan fasilitas umum agar tidak termasuk dalam kategori menzhalimi, yang mengakibatkan berkurangnya keberkahan acara kita bersama.

No comments:

Post a Comment