Reza Pratomo
Suatu ketika, saya mendapat pertanyaan dari salah
seorang mahasiswa universitas negeri di kota Padang yang mengundang saya
mengisi forum ilmu, yang rutin diselenggarakan oleh forum studi Islam di
tingkat fakultas kampus tersebut.
Pertanyaan yang diajukan cukup menggelitik saya
yaitu: “bang, saya memiliki teman yang punya pemahaman atas ilmu keislaman yang
cukup, namun dia malah punya pacar”
“Lho kok bisa?” sambar saya dengan cepat.
“Alasan yang dibuatnya juga membuat saya bingung bang,
katanya dia punya pacar dalam rangka mengenalkan Islam lebih jauh pada pacarnya
tersebut. Jadi boleh ya bang jika dengan alasan tersebut punya pacar?”
Duh....
Antara ingin tertawa namun juga bercampur dengan
perasaan miris, dimana pemuda yang seharusnya mampu mengenalkan islam secara
lebih ringkas, namun malah berjalan di arah yang bertentangan dengan pemahaman
yang sebaiknya dimiliki tentang hubungan antar lawan jenis.
Saya tidak berani langsung memvonis dia bersalah
atas permasalahan ini, karena mungkin saya tidak memahami latar belakang
permasalahan yang dialami pemuda tersebu, selain itu kondisi pergaulan anak
muda hari ini sudah demikian cair sekat antara laki-laki dengan perempuan. Dan
guyonan tentang betapa menyedihkannya seorang pemuda yang belum memiliki
pasangan sudah sering terlontar di berbagai media sosial maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga semakin menguatkan stigma bahwa, pemuda yang keren itu
adalah yang punya pasangan.
Namun yang titik perhatian saya bukan stigam kuat di
masyarakat tersebut, namun bagaimana cara dia berusaha menjustifikasi atau
mebenarkan apa yang dilakukannya, dengan dalih yang seolah-olah benar. Karena
ada unsur mendekatkan diri kepada Allah melalui hubungan antar manusia disana.
Saya tidak banyak mengetahui tentang dalil atau
alasan yang tepat dalam agama untuk kasus seperti ini. Namun pernyataan saya
sederhana.
“Kita akan selalu menemukan logika atau pembenaran
atas apa yang kita lakukan, walau mungkin bertentangan dengan agama. Dan kita
akan selalu mencari pembenaran-pembenaran atau pendapat yang mendukung apa yang
kita laukan tersebut”. Itu yang saya sampaikan pada peserta yang bertanya
tentang masalah itu.
Itulah kelebihan akal dan logika yang diberikan
Allah kepada kita sebagai manusia. Walau kadang rambu sudah jelas diberikan
oleh Allah, namun kadang dalam menurutkan hawa nafsu kita, akhirnya kita
mencari-cari pembenaran. Namun kita mampu bertanya pada hati nurani kita yang
terdalam. Benarkah apa yang saya lakukan ini sudah sesuai dengan tuntunan
agama, ataukah saya hanya memperturutkan hawa nafsu saja?
Pilihan selalu dikembalikan kepada kita sebagai
hamba Allah. Rambu dan tuntunan sudah banyak dberikan. Adalah pilihan kita
untuk mengikuti tanpa banyak bertanya atau mempertanyakan perintah Allah atau
berusaha mencari pembenaran atas apa yang kita lakukan.
Semoga Allah selalu melindungi kita atas keputusan-keputusan yang sudah kita pilih selama ini, Aamiin.
No comments:
Post a Comment