Oleh Wildatul Fitri
Apa yang membuat mereka
ingin selalu hidup?, bukankah kehidupan di dunia ini hanya singgahan
sementara?, apakah hidup ini memiliki arti?, dan apa arti dari kehidupan yang
sesungguhnya?.
Kita dapat melihat
hidup orang lain begitu nikmat, namun ternyata ia hanya menutupi kekurangannya
tanpa berkeluh kesah. Kita melihat kehidupan teman-teman kita tak ada duka dan
kepedihan, tidak ada yang tahu ternyata ia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri.
Kita melihat hidup saudara-saudara kita tenang tanpa ujian, tapi ternyata ia
begitu menikmati badai ujian dalam hidupannya. Kita melihat hidup
sahabat-sahabat kita begitu sempurna, namun tak terpikir oleh benak kita
ternyata ia hanya berbahagia menjadi apa adanya. Kita melihat hidup
tetangga-tetangga begitu beruntung, ternyata hal itu lantaran ia selalu tunduk
kepada Allah untuk bergantung.
Maka dari itu, tak
perlu menghadirkan rasa iri dan dengki terhadap rezeki orang lain. Mungkin kita
tidak tau dimana rezeki kita, akan tetapi rezeki kita tau dimana diri kita.
Dari lautan biru, bumi dan gunung, Allah telah memerintahkannya menuju kita.
Tidak ada keraguan bahwa setiap makhluk yang Allah ciptakan, dari yang paling
kecil sampai terbesar, semua sudah dilengkapi rezekinya.
Allah tidak memerintah
untuk mencari rezeki karena memang jatah kita sudah disiapkan jauh-jauh hari
sebelum kelahiran. Allah yang maha pengasih menjamin rezeki kita sejak sembilan
bulan sepuluh hari di dalam kandungan ibu. Cicak yang merayap, makanannya
adalah nyamuk yang terbang bebas. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah.
Amatlah keliru bila berkeyakinan rezeki dimaknai dari hasil bekerja, karena
bekerja adalah ibadah, sedangkan rezeki adalah urusan Allah, melainkan
kebenaran demi mengkhawatirkan apa yang dijamin-Nya.
Manusia membanting
tulang demi angka simpanan gaji yang esok akan ditinggal mati. Kita lupa bahwa
hakikat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tetapi apa yang telah
dinikmatinya. Adakalanya semangat yang payah membuat ikhtiar menjadi goyah.
Ilmu yang sedikit membuat ikhtiar kurang menggigit. Amal ibadah yang tidak
istiqamah membuat ikhtiar melemah. Jadi, semata-mata bukan persoalan tidak
adanya rezeki, melainkan terampil menjemputnya atau tidak.
Hidup bukan tentang
siapa yang terbaik, tapi tentang siapa yang mau berbuat baik. Sebelum kita
mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkanlah tentang mereka yang harus
meminta-minta di jalanan. Manusia tidak dituntut untuk terhormat di hadapan
manusia, akan tetapi di hadapan Allah. Harta dunia, pangkat, dan jabatan tidak
bisa dijadikan tolak ukur kehormatan.
Kita harus berjalan
dengan cara yang benar, karena itu kunci meraih kebahagian dunia maupun
akhirat. Yang demikian harus kita perjuangkan dalam hidup agar mendapat
kemuliaan di sisi Allah. Dekatlah kepada Allah, maka Allah akan menjaga kita.
Seperti yang kita ketahui dalam hadist Rasul, “Jika kita mendekat kepada Allah
sejengkal, maka Allah akan mendekat kepada kita sehasta. Jika kita mendekat
kepada Allah sehasta, maka Allah akan mendekat kepada kita sedepa. Jika kita
mendekat kepada Allah dengan berjalan, maka Allah akan mendekati kita dengan
berlari.” Apakah ada yang lebih hebat menjaga kita di dunia ini selain Allah?
Hidup itu penuh dengan
hal-hal dan orang-orang yang tidak sempurna. Hidup adalah anugerah yang
diberikan Tuhan kepada kita. Selayaknya kita bersyukur dan menerima kesalahan
orang lain dan memilih merayakan perbedaan. Hidup terlalu pendek untuk diisi
dengan penyesalan dan kebencian. Penyesalan dan kebencian hanyalah hal yang
sangat sia-sia.
Cintai mereka yang
memperlakukanmu dengan baik, dan sayangilah yang lainnya, karena yang indah
hanyalah sementara, yang abadi adalah kenangan, yang ikhlas hanyalah dari hati,
yang tulus hanya sanubari. Tidak mudah mencari yang hilang, tidak mudah
mengejar impian, namun yang lebih susah ialah mempertahankan yang sudah ada,
karna walaupun tergenggam bisa terlepas juga. Ingatlah pada pepatah “Jika kamu
tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini”.
Belajar menerima apa adanya dan berfikir positif. Rumah mewah bagaikan istana,
harta benda yang tak terhitung nilainya, dan jabatan yang luar biasa, namun
ketika nafas terakhir tiba, sebatang jarum pun tak bisa dimiliki.
Apa lagi yang mau
diperebutkan? Apalagi yang mau disombongkan?. Jalanilah hidup ini dengan
keinsafan nurani. Jangan terlalu perhitungan. Jangan hanya mau menang sendiri.
Jangan suka sakiti sesama. Belajarlah untuk selalu berlapang dada dan mengalah
untuk menang. Tiada hari tanpa kasih sayang. Belajarlah lepaskan beban hidup
dengan cerita. Tak ada yang tak bisa diikhlaskan. Tak ada sakit hati yang tak
bisa dimaafkan. Tak ada dendam yang tak bisa dihapuskan.
Setiap detik hidup ini
adalah berkah dari Allah, tak ada satupun hal jelek yang dikaruniakan-NYA, tapi
sudahkah kita bersyukur?. Jika hidup bukanlah suatu tujuan melainkan
perjalanan, maka nimkatilah..! Satu hal yang membuat kita bahagia adalah cinta.
Satu hal yang membuat kita dewasa adalah masalah. Satu hal yang membuat kita
hancur adalah putus asa. Satu hal yang membuat kita maju adalah usaha. Satu hal
yang membuat kita kuat adalah do’a. Tetaplah belajar dan menjadi diri sendiri.
Yakinlah itu adalah kehendak yang kuasa.
No comments:
Post a Comment