Oleh : Dewi Sartika
Kenalkah kita dengan master virus yang sering menggrogoti pikiran dan kalbu
kita setiap hari?, sadarkah kita sebenarnya dia adalah sesuatu yang mesti kita
enyahkan dari dalam diri kita?
, ituah dia sang master virus sejati yang bernama
“DOSA”.
Tanpa kita sadari sesuatu yang datang mengganggu pikiran,
ketika itu terjadi, kita langsung terpakur, terhentak, lalu berkata: “apa yang
sudah terjadi pada diriku, kenapa aku tidak bahagia??”. Menjawab
pertanyaan ini semestinya kita ingat percakapan yang terjadi antara sahabat
dengan Rasulullah berikut ini: Seorang
laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW:
Apakah iman itu? Beliau
menjawab: Ketika perbuatan baik menjadi
sumber kebahagiaan bagimu dan perbuatan jahat menjadi sumber kejijikan bagimu,
maka engkau mukmin. Laki-laki itu lalu melanjutkan
pertanyaannya pada Rasulullah SAW:
Apakah dosa itu? lalu beliau
menjawab: Ketika sesuatu mengganggu
nuranimu, maka hentikanlah. (HR. Ahmad).
Sebut saja dosa remeh yang sering kita lakukan, telat
shalat lima waktu, nonton televisi dengan siaran-siaran yang jauh dari nilai
islami, menyaksikan show-show yang mengumbar nafsu syahwat (seperti konser,
dangdutan, tarian, pesta dansa, dan lain sebagainya). Hal ini sering kita
abaikan dan menganggapnya biasa, padahal perbuatan demikian dapat menguras iman
kita yang kemudian membuat krisis iman dalam hati sanubari kita yang
keranjingan melakukannya.
Namun, sadarilah wahai saudaraku seiman, kita belum terlambat
untuk memuhasabahi (intropeksi diri) diri kita dari sekarang, dan kembali
memperbaharui niat untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari, dengan
mengisinya dengan amal shaleh, mudah-mudahan Allah Swt terima tobat kita, dan
menghapuskan segala perbuatan salah dan dosa kita, dan kita kembali terlahir sebagai
insan yang fitrah, yang dapat menjadi muara kebahagiaan tanpa akhir dalam
kehidupan ini, benar firman-Nya dalam al-Qur’an: “bahwa hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tenang” (Q.S. 13:28).
Berikut ini Said Nursi, seorang pemikir dan ahli sufi di
Abad XX dalam bukunya yang berjudul “Menikmati Takdir Langit” memberikan
wejangan kepada kita bahwa salah satu tanda pelaku dosa itu adalah ia merasa
malu jika perbuatannya tersebut diketahui oleh orang. Oleh sebab itu, jika
salah satu tanda ini ada dalam diri kita, coba kita renungi perbuatan apa yang
sudah kita lakukan dan perbuat, kalau benar itu adalah perbuatan yang dilarang
oleh agama, maka segeralah kita bertaubat dengan mengawalinya dengan mengucapkan
“istghfar” dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Semoga dengan taubat
kita tesebut dapat mendatangkan kebahagiaan hakiki dalam hati sanubari kita,
tentunya hal demikian tidak dapat digantikan dengan sesuatu hal apapun.
Saya, anda, dan kita semua adalah
insan yang fitrah, oleh sebab itu wajar jika hati kita gelisah, pikiran kita
kacau, dan fisik/badan kita terasa lemas jika terus-menerus melakukan perbuatan
dosa. Saya mengajak dan menghibau kita semua agar dapat bersama-sama memerangi
pasukan nafsu yang merajalela tanpa ampun, terus menggrogoti hati kita dengan merayu,
membujuk, dan menghasutnya agar terus dan terus melakukan sesuatu yang dibenci
oleh-Nya, sehingga akhirnya kita mendapat laknat dari Allah Swt.
Tentu kita tidak mau berakhir tragis
seperti itu. Oleh karena itu, mulai saat ini kita bertekad untuk memulainya
dari sekarang, detik ini, dan saat ini, tanpa terlewat satu detikpun kecuali
dengan kebaikan-kebaikan yang berhasil kita lakukan. Semua itu tentunya semata mengharapkan
ridha Allah dan menjadi bekal untuk kehidupan yang abadi yakni “yaumul akhir”
kelak.
Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik
penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment