Thursday 29 October 2015

1 Muharram, Momen Transformasi Akhlak Generasi Muda



Oleh : Farid Miftahul Ramdhan

Generasi Muda Hari Ini
Generasi muda hari ini hidup dalam zaman yang serba canggih atau sering kita sebut era teknologi. Segala bentuk aktivitas yang dilakukan mulai dari pagi hingga malam bisa dipastikan tidak terlepas dari sesuatu yang berhubungan dengan teknologi sebut saja handphone, laptop, televisi dan lain sebagainya.
Semakin berkembangnya zaman maka semakin beraneka ragam pula bentuk tekonologi yang bermunculan. Para generasi terdahulu atau setidaknya mereka yang lahir di era 70an hingga awal 90an di negeri ini pasti sadar dan merasakan betul perbedaan zaman hari ini dengan zaman yang pernah mereka lewati dulu pada masa-masa belianya.
Masih terbayangkan dahulu betapa ramainya anak-anak bermain dilapangan, sawah, sungai bahkan dalam kondisi dibawah guyuran hujan sekalipun dengan segala keterbatasan dan bentuk permainan yang sederhana. Barangkali kita masih ingat permainan kelereng, bola bekel, congklak, bongkar pasang, tali putar dan lain sebagainya yang justru mampu mambangkitkan semangat, menumbuhkan kreatifitas, dan membangun kekompakan satu sama lain. Hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan kehidupan generasi masa kini yang terpenjara oleh canggihnya teknologi hingga minim berinteraksi.
Teknologi yang berkembang dewasa ini memang tidak bisa dipungkiri memiliki manfaat positif guna mempermudah aktivitas kehidupan manusia. Namun disadari atau tidak, teknologi juga membawa pengaruh negatif bagi kehidupan sosial dan moral para penggunanya. Banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab justru malah memanfaatkan teknologi hari ini untuk menyebarkan pikiran-pikiran dan tontonan negatif lewat media televisi, internet, dan lainnya tanpa mengindahkan batasan norma yang seharusnya. Aksi-aksi kekerasan dengan mudah bisa dipertontonkan. Kawin cerai selebriti menjadi konsumsi sehari-hari. Mudahnya mengakses berbagai informasi hanya lewat genggaman justru seringkali dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk hal-hal negatif terutama melihat konten-konten yang berbau pornografi.
Masih melekat dalam ingatan kita tentang kasus video rekaman penganiayaan yang dilakukan beberapa siswa sekolah dasar terhadap seorang teman perempuannya beberapa waktu lalu yang sempat membuat geger masyarakat bahkan hampir semua media nasional menyiarkannya. Bahkan jauh sebelumnya kita telah dikejutkan dengan berita arisan seks yang dilakukan oleh kalangan pelajar. Ditambah lagi persoalan tenda ceper dipinggiran pantai padang yang nyaris sulit untuk dilakukan penutupan, seakan Gempa dahsyat 30 September tahun 2009 masih kurang besar untuk dijadikan peringatan. Kasus tersebut hanya sebagian kecil dari banyaknya kasus serupa yang terjadi di Indonesia.
Sangat miris sekali rasanya jika perbuatan tercela yang bertentangan dengan norma adat istiadat dan agama justru malah terjadi di daerah kita yang katanya menjujung tinggi falsafah adat basandi sayarak, syarak basandi kitabullah. Dalam Ilmu Sosiologi ada sebuah teori yang dikenal dengan Teori Siklus, yakni teori yang menyatakan suatu zaman yang telah berlalu suatu saat nanti akan kembali ke zaman yang sama. Hal ini berarti, apa yang terjadi pada zaman ini akan memiliki kemiripan dengan zaman dahulu. Maka jika kita berkaca kepada fenomena degradasi moral generasi muda hari ini, tidak salah kiranya jika banyak yang beranggapan bahwa kita telah kembali kepada zaman jahiliyah atau lebih tepatnya kita hari ini berada pada zaman jahiliyah modern.
1 Muharram Tranformasi Akhlak
Dalam sistim penanggalan kalender Hijriah (kalender Islam), tahun baru bagi umat Islam jatuh pada tanggal 1 Muharram. Pada tahun ini 1 Muharram 1437 Hijriah jatuh pada hari Rabu 14 Oktober 2015. Oleh sebagian umat Islam, 1 Muharram ada yang diperingati dengan berbagai kegiatan baik berupa Tabligh Akbar, Muhasabah, Pawai Muharram, Festival Nasyid dan lain sebagainya. Namun banyak juga yang menjadikan 1 Muharram sebagai momen untuk berubah menuju pribadi yang lebih baik demi mengharapkan Ridho Allah SWT. Hal ini didasari pada sejarah awal penanggalan tahun 1 Hijriah itu sendiri yang berpatokan pada tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari makkah menuju madinah dalam rangka berdakwah mensyiarkan islam, memperbaiki akhlak manusia, mengajak kepada yang ma’ruf dan menjauhi perbuatan munkar.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, sebelum munculnya cahaya Islam bangsa Arab pada zaman jahiliyah hidup dalam tradisi yang buruk dan berakhlak tercela. Mereka seringkali merampok, berjudi, minum khamar, berzina, membunuh dan perbuatan terlarang lainnya. Kemudian Allah mengutus Rasulullah untuk memperbaiki buruknya akhlak manusia dan menuntun ke jalan yang lurus yang di ridhoi Allah SWT. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Bukhari)
Budaya orang jahiliyah dahulu, seakan tergambar dalam budaya masyarakat kita hari ini. Maka dari itu untuk menetralisir budaya negatif dan perbuatan negatif  yang telah menjadi penyakit dalam masyarakat kita hari ini diperlukan upaya yang maksimal dari pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat terutama diri kita pribadi sebagai seorang  muslim. Adalah hal yang positif manakala 1 muharam oleh sebagian umat Islam dijadikan momen untuk melakukan perubahan perangai atau merevolusi akhlak menjadi lebih baik walaupun sebenarnya untuk berubah menjadi pribadi yang baik bisa dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu momen tertentu termasuk 1 muharram. Hanya saja, budaya masyarakat kita masih suka setengah-setengah. Hari ini berubah, besok kembali berulah. Oleh karena itu untuk menuju transformasi akhlak ini membutuhkan niat yang sungguh-sunguh dari masing-masing individu dan dibantu dengan dorongan dari orang-orang disekitarnya terutama keluarga. 
Peranan orang tua dalam keluarga sangat penting fungsinya untuk memperbaiki akhlak anak-anaknya. Penanaman nilai-nilai keislaman yang baik harus dimulai dari rumah sejak dini. Para guru di sekolahpun juga harus mampu memberikan keteladanan dan porsi pembelajaran akhlak yang cukup. Hari ini banyak murid pintar tapi tidak berakhlak. Kaya ilmu namun miskin moral. Maka tidak heran rasanya jika hari ini kita banyak menemukan pejabat di pemerintahan yang bergelar profesor namun masih gemar melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan sebagainya.
Pemerintah diharapkan juga mampu berperan serta memfasilitasi proses menuju tranfomasi akhlak ini, namun bukan sekedar mengadakan kegiatan seremonial seperti pawai santri atau arak-arakan keliling kampung tanpa disertai penanaman nilai-nilai spiritual yang mendalam. Program spiritual seperti kembali ke surau, menghafal Al-Quran, pesantren kilat dan lainnya harus digalakkan dengan maksimal. Bayangkan bagaimana berkahnya negeri ini andaikata puluhan ribu santri yang ikut dalam kegiatan pawai muharram ternyata adalah hafidz Quran semua.
Peranan tokoh adat dan alim ulama juga tidak kalah penting dan teramat sangat dibutuhkan dalam menyokong perubahan akhlak generasi muda. Para ulama (baca: ustadz) merupakan status formal yang menjadi simbol untuk mendorong pertaubatan dari dosa dan kemaksiatan. Namun hari ini tidak semua orang yang tergerak untuk menemui para ulama dan sebaliknya tidak semua ulama yang dakwahnya sampai pada lingkungan terkecil. Maka aktivitas dakwah hari ini diharapkan tidak hanya sebatas zona lingkungan masjid atau majelis ta’lim tapi bagaimana caranya agar bisa menyeluruh hingga sampai ke warung-warung, pos ronda, pinggiran pantai dan kolong jembatan sekalipun.
Semua kita tentu sama-sama berharap terciptanya tatanan kehidupan yang aman tenteram dan bahagia. Setiap orang juga berhak untuk memperoleh keadilan dan kesejahteraan, namun harus di ingat bahwa ada kewajiban besar yang harus ditunaikan tanpa pandang bulu dan strata sosial. Kewajiban untuk bertaubat dan meningkatkan kualitas ibadah kita dengan memperbaiki tingkah laku, perangai serta mentransformasi akhlak menjadi lebih baik. Tidak saling gesek, gosok, dan gasak satu sama lain. Jangan sampai perilaku menyimpang dan akhlak tercela yang justru lebih mendominasi dalam aktivitas kehidupan kita malah membawa kita bernasib sama sebagaimana umat terdahulu yang dibinasakan oleh Allah SWT atas keingkaran dan rusaknya akhlak mereka.
Hidup yang indah akan sulit dicapai ketika lalai bersikap indah pada Yang Maha Hidup. Saatnya bagi kita semua untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap waktu yang telah berlalu dan menjadikan momen Tahun Baru Islam 1 Muharram 1437 Hijriah kali ini untuk membuka lembaran baru dan catatan kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang membuat Allah menjadi ridho dan memurahkan rezeki-Nya bagi kita bersama. Aamiin. Allahumma Aamiin.

Tulisan ini seharusnya dimuat pada saat awal muharram (pertengahan Oktober 2015), namun karena keterbatasan teknis baru dapat dimuat hari ini.untuk keterlambatan ini redaksi memohon maaf

Image Source 

Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment