Oleh : Farid Miftahul Ramdhan
Generasi
Muda Hari Ini
Generasi
muda hari ini hidup dalam zaman yang serba canggih atau sering kita sebut era
teknologi. Segala bentuk aktivitas yang dilakukan mulai dari pagi hingga malam bisa
dipastikan tidak terlepas dari sesuatu yang berhubungan dengan teknologi sebut
saja handphone, laptop, televisi dan lain sebagainya.
Semakin berkembangnya
zaman maka semakin beraneka ragam pula bentuk tekonologi yang bermunculan. Para
generasi terdahulu atau setidaknya mereka yang lahir di era 70an hingga awal
90an di negeri ini pasti sadar dan merasakan betul perbedaan zaman hari ini
dengan zaman yang pernah mereka lewati dulu pada masa-masa belianya.
Masih
terbayangkan dahulu betapa ramainya anak-anak bermain dilapangan, sawah, sungai
bahkan dalam kondisi dibawah guyuran hujan sekalipun dengan segala keterbatasan
dan bentuk permainan yang sederhana. Barangkali kita masih ingat permainan
kelereng, bola bekel, congklak, bongkar pasang, tali putar dan lain sebagainya
yang justru mampu mambangkitkan semangat, menumbuhkan kreatifitas, dan
membangun kekompakan satu sama lain. Hal tersebut sangat berbanding terbalik
dengan kehidupan generasi masa kini yang terpenjara oleh canggihnya teknologi
hingga minim berinteraksi.
Teknologi
yang berkembang dewasa ini memang tidak bisa dipungkiri memiliki manfaat positif
guna mempermudah aktivitas kehidupan manusia. Namun disadari atau tidak,
teknologi juga membawa pengaruh negatif bagi kehidupan sosial dan moral para
penggunanya. Banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab justru malah
memanfaatkan teknologi hari ini untuk menyebarkan pikiran-pikiran dan tontonan
negatif lewat media televisi, internet, dan lainnya tanpa mengindahkan batasan
norma yang seharusnya. Aksi-aksi kekerasan dengan mudah bisa dipertontonkan.
Kawin cerai selebriti menjadi konsumsi sehari-hari. Mudahnya mengakses berbagai
informasi hanya lewat genggaman justru seringkali dimanfaatkan oleh sebagian
orang untuk hal-hal negatif terutama melihat konten-konten yang berbau
pornografi.
Masih
melekat dalam ingatan kita tentang kasus video rekaman penganiayaan yang
dilakukan beberapa siswa sekolah dasar terhadap seorang teman perempuannya
beberapa waktu lalu yang sempat membuat geger masyarakat bahkan hampir semua
media nasional menyiarkannya. Bahkan jauh sebelumnya kita telah dikejutkan
dengan berita arisan seks yang dilakukan oleh kalangan pelajar. Ditambah lagi
persoalan tenda ceper dipinggiran pantai padang yang nyaris sulit untuk
dilakukan penutupan, seakan Gempa dahsyat 30 September tahun 2009 masih kurang
besar untuk dijadikan peringatan. Kasus tersebut hanya sebagian kecil dari
banyaknya kasus serupa yang terjadi di Indonesia.
Sangat
miris sekali rasanya jika perbuatan tercela yang bertentangan dengan norma adat
istiadat dan agama justru malah terjadi di daerah kita yang katanya menjujung
tinggi falsafah adat basandi sayarak, syarak basandi kitabullah. Dalam Ilmu
Sosiologi ada sebuah teori yang dikenal dengan Teori Siklus, yakni teori yang
menyatakan suatu zaman yang telah berlalu suatu saat nanti akan kembali ke
zaman yang sama. Hal ini berarti, apa yang terjadi pada zaman ini akan memiliki
kemiripan dengan zaman dahulu. Maka jika kita berkaca kepada fenomena degradasi
moral generasi muda hari ini, tidak salah kiranya jika banyak yang beranggapan
bahwa kita telah kembali kepada zaman jahiliyah atau lebih tepatnya kita hari
ini berada pada zaman jahiliyah modern.
1 Muharram Tranformasi
Akhlak
Dalam
sistim penanggalan kalender Hijriah (kalender Islam), tahun baru bagi umat
Islam jatuh pada tanggal 1 Muharram. Pada tahun ini 1 Muharram 1437 Hijriah
jatuh pada hari Rabu 14 Oktober 2015. Oleh sebagian umat Islam, 1 Muharram ada
yang diperingati dengan berbagai kegiatan baik berupa Tabligh Akbar, Muhasabah,
Pawai Muharram, Festival Nasyid dan lain sebagainya. Namun banyak juga yang
menjadikan 1 Muharram sebagai momen untuk berubah menuju pribadi yang lebih
baik demi mengharapkan Ridho Allah SWT. Hal ini didasari pada sejarah awal
penanggalan tahun 1 Hijriah itu sendiri yang berpatokan pada tahun dimana
hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari makkah menuju madinah dalam rangka berdakwah
mensyiarkan islam, memperbaiki akhlak manusia, mengajak kepada yang ma’ruf dan
menjauhi perbuatan munkar.
Sebagaimana
yang kita ketahui bersama, sebelum munculnya cahaya Islam bangsa Arab pada
zaman jahiliyah hidup dalam tradisi yang buruk dan berakhlak tercela. Mereka
seringkali merampok, berjudi, minum khamar, berzina, membunuh dan perbuatan
terlarang lainnya. Kemudian Allah mengutus Rasulullah untuk memperbaiki
buruknya akhlak manusia dan menuntun ke jalan yang lurus yang di ridhoi Allah
SWT. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Bukhari)
Budaya
orang jahiliyah dahulu, seakan tergambar dalam budaya masyarakat kita hari ini.
Maka dari itu untuk menetralisir budaya negatif dan perbuatan negatif yang telah menjadi penyakit dalam masyarakat
kita hari ini diperlukan upaya yang maksimal dari pemerintah dan seluruh
lapisan masyarakat terutama diri kita pribadi sebagai seorang muslim. Adalah hal yang positif manakala 1
muharam oleh sebagian umat Islam dijadikan momen untuk melakukan perubahan
perangai atau merevolusi akhlak menjadi lebih baik walaupun sebenarnya untuk
berubah menjadi pribadi yang baik bisa dilakukan kapan saja tanpa harus
menunggu momen tertentu termasuk 1 muharram. Hanya saja, budaya masyarakat kita
masih suka setengah-setengah. Hari ini berubah, besok kembali berulah. Oleh karena
itu untuk menuju transformasi akhlak ini membutuhkan niat yang sungguh-sunguh
dari masing-masing individu dan dibantu dengan dorongan dari orang-orang
disekitarnya terutama keluarga.
Peranan
orang tua dalam keluarga sangat penting fungsinya untuk memperbaiki akhlak
anak-anaknya. Penanaman nilai-nilai keislaman yang baik harus dimulai dari
rumah sejak dini. Para guru di sekolahpun juga harus mampu memberikan
keteladanan dan porsi pembelajaran akhlak yang cukup. Hari ini banyak murid
pintar tapi tidak berakhlak. Kaya ilmu namun miskin moral. Maka tidak heran
rasanya jika hari ini kita banyak menemukan pejabat di pemerintahan yang
bergelar profesor namun masih gemar melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan
sebagainya.
Pemerintah
diharapkan juga mampu berperan serta memfasilitasi proses menuju tranfomasi
akhlak ini, namun bukan sekedar mengadakan kegiatan seremonial seperti pawai
santri atau arak-arakan keliling kampung tanpa disertai penanaman nilai-nilai
spiritual yang mendalam. Program spiritual seperti kembali ke surau, menghafal
Al-Quran, pesantren kilat dan lainnya harus digalakkan dengan maksimal.
Bayangkan bagaimana berkahnya negeri ini andaikata puluhan ribu santri yang ikut
dalam kegiatan pawai muharram ternyata adalah hafidz Quran semua.
Peranan
tokoh adat dan alim ulama juga tidak kalah penting dan teramat sangat
dibutuhkan dalam menyokong perubahan akhlak generasi muda. Para ulama (baca: ustadz)
merupakan status formal yang menjadi simbol untuk mendorong pertaubatan dari
dosa dan kemaksiatan. Namun hari ini tidak semua orang yang tergerak untuk
menemui para ulama dan sebaliknya tidak semua ulama yang dakwahnya sampai pada
lingkungan terkecil. Maka aktivitas dakwah hari ini diharapkan tidak hanya
sebatas zona lingkungan masjid atau majelis ta’lim tapi bagaimana caranya agar
bisa menyeluruh hingga sampai ke warung-warung, pos ronda, pinggiran pantai dan
kolong jembatan sekalipun.
Semua
kita tentu sama-sama berharap terciptanya tatanan kehidupan yang aman tenteram
dan bahagia. Setiap orang juga berhak untuk memperoleh keadilan dan
kesejahteraan, namun harus di ingat bahwa ada kewajiban besar yang harus
ditunaikan tanpa pandang bulu dan strata sosial. Kewajiban untuk bertaubat dan meningkatkan
kualitas ibadah kita dengan memperbaiki tingkah laku, perangai serta mentransformasi
akhlak menjadi lebih baik. Tidak saling gesek, gosok, dan gasak satu sama lain.
Jangan sampai perilaku menyimpang dan akhlak tercela yang justru lebih
mendominasi dalam aktivitas kehidupan kita malah membawa kita bernasib sama sebagaimana
umat terdahulu yang dibinasakan oleh Allah SWT atas keingkaran dan rusaknya
akhlak mereka.
Hidup yang indah akan sulit dicapai ketika lalai
bersikap indah pada Yang Maha Hidup. Saatnya bagi kita semua untuk mengambil hikmah
dan pelajaran dari setiap waktu yang telah berlalu dan menjadikan momen Tahun
Baru Islam 1 Muharram 1437 Hijriah kali ini untuk membuka lembaran baru dan
catatan kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang membuat Allah menjadi ridho
dan memurahkan rezeki-Nya bagi kita bersama. Aamiin. Allahumma Aamiin.Tulisan ini seharusnya dimuat pada saat awal muharram (pertengahan Oktober 2015), namun karena keterbatasan teknis baru dapat dimuat hari ini.untuk keterlambatan ini redaksi memohon maaf
Image Source
Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik
penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment