Oleh: Ust. Firman Bahar, Lc
Di
sebuah pesantren saat makan siang, saya melihat pemandangan mengejutkan,
selesai makan santri ramai-ramai mengangkat piring mereka lalu menjilatinya
sampai bersih...
bahkan sebagian tidak perlu lagi mencuci piring tsb dg air dan
sabun krn...sudah bersih dan bahkan mengkilat...hmm
Lain
peristiwa, seorang teman kuliah di Timur Tengah dulu sampai dihinggapi lalat
siwaknya(alat gosok gigi dari kayu sugi) yang ditarok menyembul di saku dada,
sementara di bibir beliau menempel serpihan kayu sugi tadi yg membuat saya
kurang nyaman ngobrol dg beliau dan pingin cepat-cepat berlalu...
Suatu
Ashar di masjid Nabawi saat kami baca-baca qur’an usai sholat, terdengar suara
langkah kaki seseorang yang sepertinya pakai sandal...aneh, dan ternyata benar
dia pakai sandal dan walah rupanya teman saya sama kuliah tapi jurusan kami
berbeda. Dan tiba2 beliau dihampiri petugas mesjid yg marah-marah dan sita
sandalnya...ada-ada saja
Dan ada
juga masjid yang menyediakan batu-batu kerikil di WC untuk keperluan bersuci...
Beberapa
kejadian unik ini sebenarnya ada akarnya dari Sunnah Rasul kita, bhw Rasul
suruh menjilat tangan ada, Rasul pakai siwak ada, Rasul pakai sandal di masjid
ada dan Rasul pakai batu saat bersuci juga ada.
Masalahnya
hanya pada cara kita memahami pesan yang ingin disampaikan Rasul, sebagian
melihatnya harus persis sama, sebagain melihat semangat/konteks dari pesan tersebut.
Saya lebih
cenderung piring tersebut dicuci dg sabun setelah makanannya dihabiskan, saya
akan pakai sikat gigi dg odol yang terbuat dari bahan yg halal krn lebih banyak
tersedia dan lebih tuntas bersihnya, saya tidak akan pakai sandal di masjid krn
masjid skrg tidak lagi berlantai
pasir/tanah. Dan bersuci dg batu bukan pilihan saya krn air cukup dan ada
banyak sabun tangan yg jadi alternati.
Satu hal
yang tidak boleh beda adalah cinta thd Rasul dan Sunnahnya...
Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik
penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment