Oleh : Devilla Indrayenti
Setiap amal perbuatan tergantung
dengan keikhlasan hamba yang mengerjakannya. Ketika hati sudah ikhlas dalam
beribadah, maka tidak ada lagi penyakit hati yang timbul sesudah beribadah
seperti riya, sombong dan merasa amal sudah sempurna.
Kehadiran keihklasan
dalam sanubari tidaklah mudah untuk dimiliki oleh setiap manusia. Namun apa
sebenarnya pengertian ikhlas itu? Secara harfiah ikhlas adalah sebuah
kepasrahan atas pekerjaan hanya mengharapkan ridho Allah semata. Lalu bagaimana
dengan suatu kondisi engkau melakukan amal untuk menyejahterakan orang lain
lalu orang yang kau sejahterakan membalasmu dengan hujatan bahkan sampai
melukai perasaanmu. Apakah engkau pantas untuk marah atas itu? Atau membalas
hujatan mereka, bahkan sampai menunda kebaikan yang akan dilakukan.
Sesungguhnya ketika hati dan tangan tergerak untuk melakukan amal kebajikan,
maka semua anggota tubuh harus tertunduk dengan hati yang ikhlas. Tidak ada
mulut yang menghujat ketika kebaikan kepada orang lain dibalas penghinaan,
tidak ada mata yang membelalak kepada orang yang menghujat, serta tidak ada
anggota tubuh yang melukai. Karena sejatinya biarkan Allah yang bekerja atas
amal kita, tidak pula kita hiraukan balasan orang lain atas amal kita.
Menurut ibnul qayyim. ada beberapa
kriteria yang membantu kita untuk mudah mendapatkan keikhlasan, mari kita lihat
apakah hal ini ada ketika kita melakukan amal kebajikan :
1. Sembunyikan
amal
Orang-orang yang ikhlas ia mempunyai
sifat wara’. Wara’ adalah kewaspadaan atas hal-hal yang bisa merusak amal
kebajikan, orang ikhlas cenderung suka menyembunyikan amalnya. Ketika ia
beramal ia menginginkan tidak ada orang yang mengetahui amalnya. Sehingga
sebagai pencegah bagi ia untuk dilihat orang lalu menimbulkan riya’ .
Menyembunyikan amal tidaklah perkara mudah, karena sifat manusia adalah butuh
penghormatan. Namun bagi orang-orang yang ikhlas, penghormatan dari Allah jauh
lebih utama dibandingkan penghormatan manusia. Karena pujian dan penghormatan
manusia akan menyebabkan kelalaian semata.
2. Tidak
bangga dengan amal
Bagi orang-orang yang ikhlas tidak ada
yang harus mereka banggakan di dunia yang fana ini. Dalam Sekejap mata jika
Allah berkehendak memusnahkan segalanya maka akan musnah. Ia merasa dirinya
tidak ada apa-apanya, sehingga ia merasa amalnya yang ia lakukan belumlah
seberapa, dibandingkan dengan dosa ia perbuat setiap hari. Ia merasa malu
ketika setiap hari ia melakukan dosa, namun nikmat dan rahmat Allah tidak
pernah putus sampai kepadanya, bahkan bertambah dari biasanya. Oleh sebab itu
orang yang ikhlas, merasakan Allah adalah Tuhan maha segalanya yang berkuasa
atas yang ia kerjakan , sehingga tiada daya upaya bagi orang-orang yang
mengakar keihlasan dalam hatinya untuk membanggakan amal yang belum seberapa.
Sedanfgkan orang yang sombong , jika tidak ada pujian datang kepdanya maka ia
akan berhenti beramal. Sungguh semoga Allah merahmati dan meng-istiqomahkan
bagi orang-orang yang hatinya sudah terhujam keikhlasan.
3. Selalu
melihat amal masih ada kecacatan
Kesombongan biasanya hadir ketika
kita merasa amal yang kita kerjakan adalah sempurna.
Ia
tersinggung jika dinasehati mengenai pekerjaannya, serta akan berhenti beramal
jika orang lain tidak memujinya. Kebalikannya dengan orang-orang yang ikhlas ia
merasa setiap hari amal yang dikerjakannya banyak cacatnya, sehingga tidak ada
daya bagi ia untuk membanggakan amalnya pada orang lain. Maka satu-satunya
tempat pengharapan pada amalnya hanya pada Allah. Ketika setiap hari ia merasa
amalnya cacat, maka setiap hari pula ia berusahan untuk memperbaiki amalnya
agar Allah ridho dengannya. Ridho Allah adalah tujuan tertinggi dalam hidupnya,
ia telah melibatkan secara jauh Allah dalam segala hal tentang hidupnya.
Sehingga sudah menjadi ketergantungan bagi dia untuk selalu meraih tangan Allah
dengan menjual amal-amal terbaiknya pada-Nya.
Demikianlah
tiga kriteria yang membantu kita untuk mudah mendapatkan keikhlasan, Semoga
kita adalah orang-orang yang dipilih Allah hatinya untuk ikhlas. Untuk menuju
ikhlas memang tidak mudah, banyak kepahitan yang dirasakan. Namun bagi mereka
yang sudah membudaya dalam qolbunya keikhlasan, kepahitan yang mereka rasakan
berubah menjadi berkah bagi ia untuk banyak bersyukur. Mari kita jadikan
keikhlasan menjadi penyempurna amal kita dimata Allah swt , sesungguhnya tiada
tempat berharap kecuali hanya pada Allah.
Tulisan
yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan
pernyataan dari risalah-online
Yes, I Agree to you.
ReplyDelete