Monday 30 November 2015

Mengalahkan Hawa Nafsu, Kenapa Tidak?




By: Dewi Sartika

Kita sebagai manusia ciptaan Allah, tentunya ada hawa nafsu, jika tidak, maka kita bukan manusia alias malaikat, jika hanya terdiri dari hawa nafsu saja, maka lebih tidak manusia lagi, itulah makhluk yang bernama “syetan”.


Manusia adakalanya bisa disebut malaikat, dan tidak sering juga kita mendengar golongan manusia juga disebut syetan.

Nah, bagaiman manusia yang dapat dikatakan sebgai malaikat itu?, mari kita simak penjelasan berikut ini....

Sebut saja, apa saja amalan malaikat pada Tuhan?, jawabannya; mereka senang bertasbih memuji Allah, patuh terhadap semua yang Allah perintahkan kepadanya, menjaga amanah, tidak melawan terhadap titah Allah satu kalipun, dan sederetan sikap tunduk lainnya.

Sekarang coba perhatikan diri kita, apakah kita sudah menirukan malaikat dalam hal ketundukkan pada Allah seperti yang tersebut di atas?, jika belum, bagaimana kita bisa dikatakan manusia yang tunduk dan patuh, apalagi mau menyaingi amalan para malaikat, so what??

Berikutnya, bagaimana pula seorang manusia dapat dikatakan seperti syetan?. Jawabannya ada pada uraian berikut ini, chek out....

Apa saja yang suka dilakukan oleh syetan?, sebut saja syetan itu senang melihat orang yang gemar berbuat maksiat, dan sakit jika melihat orang berbuat taat, alias sms (senang melihat orang susah & susah melihat orang senang). Syetan juga ingkar pada perintah Allah, suka mengganggu manusia dari jalan yang lurus, mencari teman untuk bersama-sama melakukan maksiat, dan seterusnya.

Jika salah satu kegemaran syetan seperti yang tersebut di atas ada pada diri kita, tentunya kita selangkah demi selangkah sudah mengikuti langkah-langkah syetan. Perbuatan seperti inilah yang nantinya akan menjerumuskan kita pada jurang api neraka, na’udzubillah min dzalik.

Hawa nafsu itu seyogyanya fitrah manusia, seperti; makan, minum, istirahat, tidur, menikah, dan lainnya. Semua itu Allah ciptakan demi berlangsungnya kehidupan manusia.

Manusia terdiri dari kebutuhan jasmani dan rohani. Makanya, adanya hawa nafsu tersebut untuk menunjang kebutuhan jasmani, sedangkan kebutuhan rohani dipenuhi dengan dzikrullah (mengingat Allah), salah satunya dengan shalat.

Agar hawa nafsu tidak sampai menguasai diri kita, makanya kita perlu manajemen kebutuhan. Maksudnya adalah, semua kebutuhan jasmani kita penuhi sesuai dengan sunnah Rasullulah yang meliputi kebutuhan akan air, udara, dan makanan, yang mana masing-masingnya kita penuhi sepertiganya saja. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut ini;

Sahabat Al-Miqdam bin Ma’dykareb al-Kindi mengisahkan: Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: Tidaklah seorang anak Adam memenuhi suatu kantung yang lebih buruk dibanding perutnya. Bila harus juga, maka cukuplah baginya sepertiga dari perutnya untuk makanan, sepertiga lainnya untuk minuman dan sepertiga lainnya untuk nafasnya.” (HR. Ahmad At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan oleh Al-Albani dinyatakan sebagai hadits shahih)[1]

Jika kita berlebih-lebihan dalam hal makanan, minuman, dan kebutuhan jasmani lainnya, maka kita dikhawatirkan akan jatuh pada sikap hubbud dunya (cinta pada dunia), yang nantinya akan mematikan hati kita.

Dalam pengertian yang sederhana seperti ini, kita sebut dengan mengalahkan hawa nafsu. Mengalahkan bukan berarti membasmi sampai tuntas, namun lebih mendekat pada makna mengendalikan (memanajemen). Selamat mencoba, semoga berhasil, good luck....





Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online



[1]Mustika sari,  http://jilbab.or.id/archives/2245-tidak-berlebih-lebihan-dalam-hal-makanan-dan-minuman/, diakses tanggal 6 Oktober 2015, 09:02 Wib.

No comments:

Post a Comment