Name: M.Sayyidus Shaleh
MA Ar-Risalah (2 MA)
Seperti yang kita tahu, negeri
ini sedang (atau setidaknya, pernah) dilanda fenomena yang menimbulkan efek
cukup signifikan. Contohnya saja pada bidang pendidikan yang sempat terhenti
selama berhari-hari. Belum lagi di perekonomian. Apalagi dalam kesehatan.Memang,
masalah yang awalnya dianggap sepele ini – baik oleh pemerintah maupun rakyat
sendiri –sekarang memerlukan solusi secepatnya.
Namun, bahkan setelah kita
mengetahui masalah ini telah mencapai level kritis, rakyat masih belum bisa
melihat tindakan pemerintah yang menunjukkan solusi efektif untuk masalah ini.
Hal tadi tentu sudah bisa ditebak akibatnya pada rakyat.Protes, kritik tajam
pada pemerintah yang diungkapkan oleh hampir seluruh elemen masyarakat.Bahkan
kita juga bisa melihat sebuah postingan di media sosial yang berisi gambar
seorang anak memegang sebuah papan bertuliskan, “Kalau pergi sekolah, kami
mati. Kalau tidak sekolah, kami bodoh”.
Muncul pertanyaan, apa penyebab
dari masalah ini? Asap tentu muncul karena kebakaran. Tapi, kalau kalau memang
begitu, maka kebakaran yang terjadi di negeri ini telah terjadi dengan begitu
masif.
Mengapa? Banyak yang mengira
(dari rakyat, dan info ini menyebar dengan mengagumkan melalui internet) kalau
sebagian besar kebakaran tersebut disebabkan oleh pembakaran hutan yang tak
terorganisir dengan baik oleh beberapa perusahaan swasta (sebagian bahkan
asing) untuk memperluas lahan yang bisa mereka garap. Tentu
perusahaan-perusahaan ini legal. Dan human
error ini boleh dikatakan sebagai kelalaian pemerintah.
Memang, info tersebut valid.
Seratus persen malahan. Tapi, mari kita pikir sejenak. Suatu masalah besar
pasti penyebabnya bukan hanya satu. Dan lagi, sudahkah kita berpikir tentang
sebab lain dari masalah asap ini dari kacamata lain?
Sebelum itu, coba kita ingat
kembali pelajaran SMP lalu. La Nina dan El-Nino. Maksudnya? Ya, El-Nino adalah sebuah
fenomena di kawasan Indo-Australia yangjarang sekali terjadi. Kronologinya
begini. Dalam keadaan normal, angin pasat* berhembus dari timur ke barat
melintasi Samudra Pasifik. Hal ini menyebabkan arus hangat dari Samudra Pasifik
bagian tengah terdorong ke arah barat. Arus hangat ini terkumpul di sepanjang
pantai Australia sebelah utara, dan juga di perairan Indonesia. Maka
terbentuklah awan-awan di atas arus tersebut.
Jika di El-Nino, arus hangat
tersebut tidak tiba di Indonesia maupun utara Australia, karena angin pasat
melemah dan arahnya berputar balik dari barat ke timur. Ketika hal ini terjadi,
udara tropis yang lembap tidak lagi berpusat di dekat benua Australia,
melainkan di Samudra Pasifik bagian tengah dan meluas lebih jauh ke timur ke
arah Amerika Selatan.
Lalu, apa hubungannya dengan
fenomena Asap? Ya, peristiwa tadi akan mengakibatkan turunnya curah hujan di
Australia dan Indonesia secara drastis. Jadi, datanglah kemarau tiba-tiba yang
berkepanjangan. Dan hampir setiap El-Nino terjadi, di kawasan yang tertimpa
selalu ada kebakaran hutan. Dan Badan Meteorologi menunjukkan laporan kalau
memang sekarang sedang terjadi aktifitas cuaca yang persis dengan El-Nino di
Samudra Pasifik.
Jadi, jelaslah apa yang
sebenarnya terjadi di Indonesia sekarang (atau beberapa waktu lalu). Kebakaran
terjadi karena sebuah fenomena alam, El-Nino sedang melanda Indonesia (dan juga
pelebaran lahan, tentu) , yang akhirnya berakibat munculnya Asap.
Memang, pemerintah punya blunder
yang sangat besar dalam mencegah dan memberi solusi terhadap masalah ini. Tapi,
kita juga tidak bisa menyalahkan pemerintah seluruhnya. Kita sebagai rakyat
sebenarnya juga mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan di sekitar kita.
Jadi, ada baiknya kalau kita memikirkan sesuatu tidak hanya dari satu kacamata.
No comments:
Post a Comment