Monday, 23 November 2015

Pemerintah, Asap, dan El-Nino




Name: M.Sayyidus Shaleh
            MA Ar-Risalah (2 MA)
Seperti yang kita tahu, negeri ini sedang (atau setidaknya, pernah) dilanda fenomena yang menimbulkan efek cukup signifikan. Contohnya saja pada bidang pendidikan yang sempat terhenti selama berhari-hari. Belum lagi di perekonomian. Apalagi dalam kesehatan.Memang, masalah yang awalnya dianggap sepele ini – baik oleh pemerintah maupun rakyat sendiri –sekarang memerlukan solusi secepatnya.
Namun, bahkan setelah kita mengetahui masalah ini telah mencapai level kritis, rakyat masih belum bisa melihat tindakan pemerintah yang menunjukkan solusi efektif untuk masalah ini. Hal tadi tentu sudah bisa ditebak akibatnya pada rakyat.Protes, kritik tajam pada pemerintah yang diungkapkan oleh hampir seluruh elemen masyarakat.Bahkan kita juga bisa melihat sebuah postingan di media sosial yang berisi gambar seorang anak memegang sebuah papan bertuliskan, “Kalau pergi sekolah, kami mati. Kalau tidak sekolah, kami bodoh”.
Muncul pertanyaan, apa penyebab dari masalah ini? Asap tentu muncul karena kebakaran. Tapi, kalau kalau memang begitu, maka kebakaran yang terjadi di negeri ini telah terjadi dengan begitu masif.
Mengapa? Banyak yang mengira (dari rakyat, dan info ini menyebar dengan mengagumkan melalui internet) kalau sebagian besar kebakaran tersebut disebabkan oleh pembakaran hutan yang tak terorganisir dengan baik oleh beberapa perusahaan swasta (sebagian bahkan asing) untuk memperluas lahan yang bisa mereka garap. Tentu perusahaan-perusahaan ini legal. Dan human error ini boleh dikatakan sebagai kelalaian pemerintah.
Memang, info tersebut valid. Seratus persen malahan. Tapi, mari kita pikir sejenak. Suatu masalah besar pasti penyebabnya bukan hanya satu. Dan lagi, sudahkah kita berpikir tentang sebab lain dari masalah asap ini dari kacamata lain?
Sebelum itu, coba kita ingat kembali pelajaran SMP lalu. La Nina dan El-Nino. Maksudnya? Ya, El-Nino adalah sebuah fenomena di kawasan Indo-Australia yangjarang sekali terjadi. Kronologinya begini. Dalam keadaan normal, angin pasat* berhembus dari timur ke barat melintasi Samudra Pasifik. Hal ini menyebabkan arus hangat dari Samudra Pasifik bagian tengah terdorong ke arah barat. Arus hangat ini terkumpul di sepanjang pantai Australia sebelah utara, dan juga di perairan Indonesia. Maka terbentuklah awan-awan di atas arus tersebut.
Jika di El-Nino, arus hangat tersebut tidak tiba di Indonesia maupun utara Australia, karena angin pasat melemah dan arahnya berputar balik dari barat ke timur. Ketika hal ini terjadi, udara tropis yang lembap tidak lagi berpusat di dekat benua Australia, melainkan di Samudra Pasifik bagian tengah dan meluas lebih jauh ke timur ke arah Amerika Selatan.
Lalu, apa hubungannya dengan fenomena Asap? Ya, peristiwa tadi akan mengakibatkan turunnya curah hujan di Australia dan Indonesia secara drastis. Jadi, datanglah kemarau tiba-tiba yang berkepanjangan. Dan hampir setiap El-Nino terjadi, di kawasan yang tertimpa selalu ada kebakaran hutan. Dan Badan Meteorologi menunjukkan laporan kalau memang sekarang sedang terjadi aktifitas cuaca yang persis dengan El-Nino di Samudra Pasifik.
Jadi, jelaslah apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia sekarang (atau beberapa waktu lalu). Kebakaran terjadi karena sebuah fenomena alam, El-Nino sedang melanda Indonesia (dan juga pelebaran lahan, tentu) , yang akhirnya berakibat munculnya Asap.
Memang, pemerintah punya blunder yang sangat besar dalam mencegah dan memberi solusi terhadap masalah ini. Tapi, kita juga tidak bisa menyalahkan pemerintah seluruhnya. Kita sebagai rakyat sebenarnya juga mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan di sekitar kita. Jadi, ada baiknya kalau kita memikirkan sesuatu tidak hanya dari satu kacamata.

 
Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment