Monday 23 November 2015

Hutan Unang Tersiksa





Oleh : Muhammad Akram


     Namaku Unang,umurku 12 tahun,dan selamat datang dirumahku.Rumah yang sangat luas,yang tak berpagar dan tak tentu ujungnya,yang dikelilingi oleh pepohonan hijau yang tinggi dan menjulang.Terserah kalian mau panggil rumahku hutan
,rimba,belantara atau apalah namanya,tapi disinilah aku tinggal.Bersama Bapak dan Ibuku serta keluarga besar Suku Kubu Anak Dalam tinggal dihutan pedalaman Bukit Barisan Sumatra.
     Disini kami bersahabat dengan hutan dan menjaganya.karena itu telah menjadi aturan tak tertulis yang telah berlaku sejak ratusan tahun yang lalu.Mau tak mau kami memang harus begitu.Karena hutan yang telah memberikan kehidupan kepada kami,memberikan tempat tinggal kepada kami dan memberikan kebutuhan harian kami.dan sepantasnya kami harus menjaganya agar Alam ini tetap seimbang dan terjaga,dan kami pun dapat hidup dengan nyaman.
      Selain berburu binatang hutan dan menangkap ikan disungai,untuk memenuhi kehidupan sehari-hari aku membantu bapakku dan orang dewasa Suku Anak Dalam menyadap getah pohon Karet yang tumbuh dihutan ini dan dijual kepasar pekanan di Kota Kabupaten.Tentunya kami tidak mengambilnya dengan rakus dan serakah,karena kami harus menyisakannya dan menjaganya agar dapat dirasakan juga oleh generasi kami selanjutnya.
     Itulah kehidupan kami.yang bersahabat dengan alam dan berusaha untuk melestarikannya seperti yang telah diajarkan oleh Nenek Moyang kami.Namun suatu waktu hutanku ini akan berubah dan tidak seperti realitanya,yang kelak aku dan kalian akan mengetahuinnya.
     Pagi hari itu,ketika baru bangun dari tidurdan hendak melaksanakan aktifitas seperti biasanya,aku melihat keatas langit yang sedang mendung berkelabu ,seperti tanda akan hujan.Awalnya aku bahagia,karena beberapa bulan belakangan ini hutan kami dilanda kekeringan.Tapi bukan hujan yang turun membasahi hutan,tapi langit yang semakin pekat bewarna kelabu,berkabut dan berbau hangus.Akupun curiga dan merasa ada yang tidak beres dari kejadian ini.Inilah awal dari permasalahan yang akan datang.
     Mungkin Inilah yang diingatkan oleh Bang Zahir kepadaku jauh-jauh hari sebelumnya.Bang Zahir adalah seorangAktivis pecinta lingkungan.Dia dan rekan-rekannya  selalu berusaha untuk melestarikan alam dan memperjuangkan hak-hak lingkungan hidup. Sesekali ia masuk kepedalaman hutan untuk membantu kami dalam melestarikan hutan.
     Suatu hari ia memperingatkan kepadaku bahwasanya Alam ini tak selamanya terjaga dan satu persatu akan hancur.selain karena perubahan cuaca yang ekstrim juga disebakan oleh Tangan-tangan Manusia yang tidak bertangung jawab,seperti pencemaran lingkungan,pengeksploitasi alam secara berlebih –lebihan dengan cara penebangan hutan dan pembakaran hutan.
      Bang Zahir juga mengingatkanku untuk menjaga hutan ini agar tetap lestari,karena ini memang tugasku  sebagai penghuni hutan untuk menjaganya agar tetap lestari.
                                         ***************
     Kekhawatiran dari Bang Zahir telah menjadi kenyataan dan menjadi awal permasalahan yang telah Aku jelaskan tadi.Kabut itu,bukanlah kabut hujan melainkan kabut asap hasil pembakaran hutan yang terjadi diPropinsi tetangga beberapa minggu kemarin.
      Hutan mereka telah dibumi hanguskan oleh orang-orang jahat yang sok berkuasa yang menginginkan hutan itu untuk menjadi ladang-ladang bisnis mereka dengan melakukan cara instan untuk mengosongkan kawasan mereka dengan membakarnya,dan asap hasil pembakarannya telah menyebar kemana-mana,termasuk kedaerahku.Sungguh cara yang sangat pengecut sekali.
     Bapak  yang juga telah mengetahui hal ini setelah diberitahui oleh orang-orang Pasar ketika pergi berdagang karet.dan bapak juga berpesan kepadaku untuk selalu berjaga-jaga untuk menjaga hutan ini dari orang-orang yang mencurigan yang hendak merusak hutan ini.bapak tenglah,akan kujaga janjimu untuk selalu menjaga hutan ini,karena inilah rumahku,Istanaku dan tempat dibesarkannyaa Aku tentunya akan kujaga.Pasti.
     Berminggu-minggu asap yang bukannya kunjung reda tapi malah bertambah banyak dan semakin pekat dan mengganggu pernapasan,dan parahnya kebakaran ini telah menyebar ke hutan yang ada diProvinsiku,meskipun belum sampai kehutan tempat aku tinggal.sungguh menyedihkan.Kami memang telah berusaha semaksimal mungkin semampu kami,dan usaha kami memang hanya bisa sampai disana,karena kami ini hanyalah orang pedalaman,orang pinggiran yang tidak punya apa-apa dan dilupakan.tapi dimanakah peran penguasa dalam membantu kami? Yang janjinya akan melindungi hutan kami,rumah kami?apakah orang-orang jahat itu punya peran penting dalam pemerintahan sehingga ia dapat dengan bebas membakar habis hutan kami?
    Perkara ini memang belum selesai,bahkan semakin gawat dan semakin parah,Provinsi kami sudah dalam status bahaya.Anak-anak sekolah sudah diliburkan karena kondisi diluar sudah sangat parah.Begitu penjelasan dari temanku,Jauhari sewaktu bertemu dengannya dipasar saat membantu bapak berdagang di pasar.Karena mau bagaimana lagi kalau belajar mereka bisa mati karena menghirup asap teralu banyak,sedangkan tidak belajar mereka bisa bodoh.
     Juga aku perhatikan dijalanan,hampir semua orang menutup mulutnya untuk mensterilkan udara yang mereka hirup karena telah bercampur dengan asap.bentuknyapun bermacam-macam,ada yang berbentuk seperti kain,sampai yang aneh berbentuk selang seperti Gajah,dan ada juga dari mereka kemana-man membawa tabung yang bentuknya seperti tabung gas yang gunanya juga untuk membantu mereka bernapas.
      Aneh saja aku melihatnya,dizaman canggih ini orang-orang tidak lagi bernapas dengan cara yang biasa,sudah dengan cara yang modern menggunakan alat-alat aneh seperti itu.Rasanya kami seperti orang yang ketinggalan zaman,orang-orang kuno,masih menggunakan cara yang biasa.Namun kami juga tidak mau ketinggalan zaman,karena itu berikan juga kami alat-alat canggih seperti itu agar kami bisa juga bernapas dengan nyaman dan tidak ketinggalan zaman.Tapi nyatanya untuk memadamkan api membakar hutan kami saja mereka tidak bisa,apalagi memberikan kami barang-barang seperti itu.Apakah karena kami ini orang pinggiran?orang pedalaman yang tempatnya sulit dijangkaui?sehingga kami dilupakan begitu saja?
                                                   ***********
     Kisah piluku masih terus berlanjut.tadi pagi,ketika bapakku hendak pergi untuk menyadap karet.Sesampai disana bukanya pohon-pohon karet yang siap disadap ia jumpai,melainkan hanya lahan-lahan yang telah hangus dibakar yang hanya menyisakan abu dan arang.Sungguh mereka tidak berperasaan sama sekali.Apakah mereka tidak berpikir bagaimana susah payahnya kami menjaga hutan kami,sehingga dengan teganya mereka membakar hutan kami tanpa ada tangung jawab dari mereka.Aku hanya bisa menangisi kejadian memilukan ini.
     Kisah piluku tetap terus berlanjut dan menjadi malapetaka yang besar,sekaligus menjadi penutup dari semua kisah piluku.Malam itu ketika kami sedang tidur mengistirahatkan badan kami yang lelah,tiba-tiba udara disekitar kami sangat panas sekali.Aku,kedua orangtuaku,orang Suku Anak Dalam dan seluruh penghuni hutan terbangun,namun terlambat hutan kami telah terbakar dan kami dikepung oleh kobaran api.Inilah mala petaka besar itu.
      Masing-masing dari kami berusaha untuk menyelamatkan diri.Aku bersama orangtuaku  terus berlari menjauh sejauh mungkin dari kobaran api,namun kobaran api semakin besar dan asapnya semakit tebal.Orang tuaku yang merangkulku untuk melindungiku sudah tak sanggup lagi menghirup asap yang sangat pekat.Tubuh mereka terkulai lemas,napas mereka sudah sesak dan wajah mereka memerah karena sudah tak tahan dengan panas.Mereka yang sudah tak sanggup lagi bertahan  menyuruhku berlari sejauh mungkin dan berusaha menyelamatkan diri.Itulah pesan terakhir mereka kepadaku sebelum mereka meninggal.
     Nasibkupun juga berakhir tragis.Aku yang sudah kelelahan karena berlari,panas,serta asap yang kuhirup semakin banyak membuatku jatuh terduduk tak kuat lagi.Oh hutanku.. maaf kanlah aku yang tidak bisa menjagamu denagn sungguh-sungguh karena aku hanya orang-orang kecil yang tak berdaya.Salahkanlah orang-orang jahat itu karena telah merusakmu,kutuklah mereka jahat yang telah menganiayamu dan semoga mereka diazab oleh Tuhan didunia dan akhirat.Sekali lagi terimalah permintaan maafku.Maafkan aku......
     Kini aku hanya menanti diriku mati perlahan-lahan mati terkulai lemas dan terpanggang munjadi abu.



Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

No comments:

Post a Comment