Monday, 2 November 2015

Degradasi Karakter




Oleh: Devilla Indrayenti, S.TP
Pendidikan karakter merupakan hal yang paling hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Nampaknya sekarang sudah tidak sukar lagi kita melihat prilaku-prilaku remaja khususnya yang menjurus pada hilangnya karakter mereka.
Jika dahulunya, orang orang segan dengan prilaku menyimpang, sekarang ibarat tidak ada rasa malu untuk memperlihatkan prilaku buruk tersebut. Ketika masa pelik seperti ini teringat susahnya perjuangan para pahlawan dan ulama besar berjihad membela negri ini, agar pikiran serta tindak kotor penjajah tidak tersebar dan menghancurkan generasi baru di negri ini. Semoga Allah melimpahi rahmat kepada mereka.
Pada kehidupan sehari-sehari sulit kita temukan orang yang peka dengan pentingnya hidup berkarakter. Belum berbicara dilingkungan masyarakat, kita lihat kehidupan remaja dirumah bersama orang tua, sedikit diantara mereka yang menganggap seperti bangun lebih awal adalah sebuah karakter yang baik yang akan secara tidak langsung tertanam disana buah kedisiplinan. Seperti halnya peka terhadap pekerjaan rumah, meletakkan barang sesuai tempatnya, resik, sangat sedikit kita temukan dan ini baru hal kecil. Ternyata hal kecil yang sudah terbiasa inilah yang secara tidak langsung membentuk kepribadian seorang anak hingga ia remaja dan dewasa. Secara tidak sadar hal-hal kecil ini adalah pemicu terjadinya kemerosotan karakter. Hal ini sangat berdampak pada waktu panjang.
Adanya kemajuan teknologi, selain memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, namun juga telah menimbulkan dampak negatif jika tidak “pandai” menggunakannya. Dimana orang lebih sibuk dengan dirinya sendiri dan melupakan lingkungannya. Tidak heran kita melihat, kejadian seorang guru yang mengajar dikelas sambil merokok. Bahkan sengaja ketika masuk si guru memanggil sisiwa
“ bisa bapak minta tolong??” “tolong belikan bapak rokok setengah di warung”.
Tentulah semestinya para pendidik bangsa ini harus terlebih dulu sadar akan pentingnya karakter, selain kita men-cekokin anak didik kita. Itu baru sekelumit, yang saya alami ketika saya sekolah tingkat pertama. Maka tidak sulit kita temukan pada setiap tikungan sekolah melihat siswa merokok. Ada kejadian yang lebih sadis lagi, yang saya temukan seorang mahasiswa merokok di depan dosennya yang sedang lewat. Hal diatas adalah sedikit contoh degradasi karakter yang sering ditemui pada umunya, yang dilakukan terang-terangan.
Lantas apa kiranya solusi yang paling tepat untuk menyulap negri ini?? Tak payah, kejadian degradasi karakter berbanding lurus dengan kemerosotan iman. Mau bukti ? mari kita lihat dengan kasat mata, berapa banyak orang-orang yang sholat berjama’ah dimesjid ketika waktu sholat tiba? Angkot aja standby pas jam sholat, si bapak sholat dimana kira-kira ya ? yang parah lagi, pas jadwal sholat jumat angkot-angkot dengan para supirnya masih enak-enakkan membawa penumpang kepasar. Mencari rezki, tapi sumbang perangai, hal tersebutlah yang pantas disebut. Solusi yang paling utama untuk meminimalisir terjadinya degradasi karakter adalah untuk remaja dan orang-orang dewasa yang sudah bisa membedakan hal baik dan buruk adalah ingatkan mereka dengan pencipta-Nya, jika kegiatan ibadah sudah menjadi asing maka tidak ada lagi pedoman diri untuk membedakan hal baik dan buruk. Peran orang tua adalah yang paling penting bagi anak-anak, dan fasilitator yang paling strategis untuk menanamkan karakter. Mari kita bersama berkerja keras, bersusah-susah mendidik bangsa ini, hingga suatu hari nanti kita menuai terhadap apa-apa yang kita kerjakan hari ini.



Opini yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis  risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online

1 comment:

  1. Mari kita menjaga generasi saat ini dengan mendekatkan Al Qur'an kepada mereka, seperti yang ada di PIAR saat ini. Setiap hari dimulai dengan Hafalan Al Qur'an. Kelak pemimpin masa depan itu berkarakter islami.

    ReplyDelete