Oleh : M.Sayyidus Shaleh
Siswa MA Ar-Risalah
Game?
Mendengar kata itu saja penulis sudah bisa menebak apa yang pembaca pikirkan
tentang kata di awal paragraf tadi. Gambaran seperti orang yang berkutat
sepanjang waktu di depan komputer,
menghabiskan waktu sesia-sia mungkin.
Kecanduan. Meniru hal-hal dari game. Pokoknya, pasti yang negatif.
Well,
disini penulis akan berusaha untuk sedikit membuktikan hal sebaliknya.
Memang,
banyak sekali buku, tulisan, artikel dan referensi lainnya yang menunjukkan
sisi yang kurang bagus dari game, dan mereka memang benar. Meski begitu, coba
kita baca pepatah dibawah.
“Jangan
menilai sebuah buku dari sampulnya saja”. Segala sesuatu pastinya punya hal
yang positif, meski jika kita lihat sepintas hal itu terlihat negatif.
Begitupun game, ada dua sisi yang ditampilkan oleh game. Itupun tergantung dari
gamenya. Dan disini, kita hanya akan membahas sisi yang satunya. Sisi positif.
Menurut
pemikiran penulis, game sekarang hanya terdiri dari dua macam. Pertama, game
yang hanya beroientasi pada keinginan pasar. Maksudnya, hanya mementingkan
profit alias untung. Caranya? Beri para pemain kesenangan yang mereka inginkan.
Tanpa nilai-nilai lainnya, hanya untuk menghabiskan waktu. Game seperti inilah
yang sangat marak di negeri kita ini zaman sekarang. Sebut saja, game seperti Point Blank, World of Warcraft, dan game online lainnya. Dari sinilah bermula
sentimen-sentimen negatif tersebut.
Jenis
kedua ini cukup unik, yang satu ini masih puna tujuan utama untuk mendapat
profit, tapi mereka masih meninggalkan nilai-nilai positif yang bisa diambil
oleh pemain. Biasanya sih, menurut penulis, jenis ini banyak lahir dari game
bergenre RTS alias Real Time Strategy,
sebagai contoh, Rise of Nations
buatan Microsoft, dimana pemain bisa mengatahui detail sejarah dunia tanpa
membaca buku sejarah, atau bersimulasi sebagai seorang kepala negara. Yang
lain? Coba lihat Civilization V karya
Sid Meier. Sesuai namanya, game ini berbicara tentang semua peradaban yang pernah
ada di dunia. Jadi pemain bisa memahami ideologi-ideologi seperti republik atau
depotisme tanpa membaca teori di buku sosial atau KWN.
Oke.
Yang kedua, mari kita lupakan para gamer sejenak. Kita akan pikirkan aktor
lainnya dalam dunia game ini. Para Game Maker. Yep, orang-orang yang membuat
game.
Pernahkah
pembaca sekalian berpikir seperti apakah para pembuat game ini? Apakah mereka
sama saja dengan para gamers? Tentu tidak! Maksud penulis disini, setiap game
itu pasti punya kompleksitas masing-masing. Contohnya? Rise of Nations tadi, dalam membuatnya tentu harus tahu dan paham
tentang masalah sejarah dunia dan konflik yang pernah terjadi selama sejarah
itu. So, membuat game berbeda dengan memainkan game. Orang-orang yang membuat
game hanyalah mereka yang memiliki kreatifitas tak terbatas dalam diri mereka.
Jadi,
pesan yang ingin disampaikan penulis sejak awal tadi adalah, melihat sesuatu
itu jangan dari satu kacamata saja. Kita bisa gunakan sudut pandang lainnya.
Begitulah pemikiran orang-orang yang kritis. Lalu, meski tidak semua game
seperti itu, kita tentu bisa memilahnya.
Tulisan yang dimuat adalah sepenuhnya milik penulis risalah-online, bukan merupakan pernyataan dari risalah-online
No comments:
Post a Comment